Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Aneka Ragam Versi Durga

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Di India, Durga tersohor sebagai pembunuh Mahishasura dalam sosok seorang dewi dengan banyak tangan yang masing-masing membawa senjata pamungkas berbentuk cakra, trisula, panah, tumbak, pedang, perisai, pisau sambil berkendaraan singa.
Editor: Sandro Gatra

KARENA sudah menulis tentang Kala antara lain di dalam naskah Aneka Ragam Versi Kala (16 Juli 2022), maka secara genderisme kurang adil jika saya tidak menulis tentang Durga.

Sama halnya dengan Kala, maka juga terdapat banyak versi kisah tentang Durga.

Di dalam mitologi India, Durga juga disebut sebagai Mata Rani dan Devi Maa sebagai dewi pelindung, kekuatan, keibuan tetapi sekaligus juga dewi perang yang berkesaktian destruktif setara Shiwa.

Dua teks utama Shaktisme, Devi Mahatmya dan Fevi Bhagavat bahkan memuja Durga sebagai dewi pencipta alam semesta serta kenyataan dan kebenaran ultimat.

Durga dianggap sebagai satu di antara lima dewa terkemuka Panchayatana Puja dari tradisi Samarta Hinduisme.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di dalam Shaktisme terdapat sembilam nama Durga, yaitu Shailaputri, Brahmacharini, Chandraghanta, Kushmanda, Skandamata, Katyayini, Kaalratri, Mahagauri dan Siddhidatri.

Bahkan tidak kurang dari 108 nama julukan pemujaan Durga tergabung di dalam daftar Ashtottarshat Namavali.

Sosok Durga sudah tampil sebagai dewi perang pada masa peradaban Lembah Indus. Di dalam ayat Kali pada Mundaka Upanishad sekitar abad V sebelum Masehi, Durga ditampilkan sebagai dewi berkulit merah dengan lidah api. Durga tampil di dalam Mahabharata maupun Ramayana.

Di India, Durga tersohor sebagai pembunuh Mahishasura dalam sosok seorang dewi dengan banyak tangan yang masing-masing membawa senjata pamungkas berbentuk cakra, trisula, panah, tumbak, pedang, perisai, pisau sambil berkendaraan singa.

Umat Hindu di India merayakan festival Dharadiya Durga Puja selama sembilan hari. Di Nepal para pemuja Durga menyelenggarakan festival Dhasain sama halnya di Sikkim dan Bhutan.

Dewi Buddhisme Tantrik di Tibet bernama Palden Lhamo memiliki atribut mirip Durga yang di Jepang disebut sebagai Butsu-mo.

Di kuil Jainisme di Ellora, Durga ditampilkan sebagai seorang dewi menunggang singa tetapi tanpa membunuh Mahishasura karena bersosok perempuan membawa kedamaian.

Di reruntuhan candi-candi My Son di tengah hutan belantara Vietnam, juga tampak relief menampilkan sosok Durga.

Satu di antara aneka ragam versi Durga menurut Wayang Purwa adalah bahwa semula Durga adalah istri Batara Guru bernama Dewi Uma.

Pada suatu hari Batara Guru dan Dewi Uma pergi bersantai menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam.

Di atas lautan sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya.

Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini.

Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar.

Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah air mani Batara Guru, jatuh ke laut.

Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar.

Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: "Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang!"; Dewi Uma sakti maka apa yang
diucapkannya itu kemudian terjadi.

Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang seperti raksasa maka segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raksasa perempuan. Setelah itu keduanya sama-sama menyesal.

Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya.

Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik, tetapi berhati jahat.

Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berwujud raksasa dan diberi nama Batari Durga.

Beberapa saat kemudian datanglah raksasa ganas yang berasal dari sperma Batara Guru yang jatuh ke laut, mengamuk di kahyangan sambil mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Ketiga tuntutan itu dikabulkan Batara Guru.

Makhluk ganas itu diberi nama Batara Kala serta diberi istri Batari Durga. Mereka berdua diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana.

Di kawasan angker itu pasutri Kala dan Durga berkuasa atas segala jin, gandarwa, hantu, dedemit dan makhluk halus lainnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi