Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diderita Ruben Onsu

Baca di App
Lihat Foto
Bidikan layar YouTube Trans7 Official
Presenter Ruben Onsu menceritakan tentang penyakit lesi otak yang dideritanya saat berada di salah satu acara stasiun televisi.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Presenter kenamaan Ruben Onsu belum lama ini mengaku dirinya mengidap sebuah gangguan kesehatan yang disebut sebagai Empty Sella Syndrome.

Hal itu ia ceritakan kepada sahabatnya, Irfan Hakim dan Raffi Ahmad dalam sebuah program di televisi swasta nasional, beberapa hari yang lalu.

"Kemarin itu aku sudah MRI. Jadi, ada bercak-bercak putih di bagian otak, A. Dan yang kedua juga ada Empty Sella Syndrome," kata Ruben.

Kondisi kesehatannya itulah yang membuatnya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit dan membuat dirinya tak tahan jika berada di ruangan dengan suhu dingin dalam waktu lama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa Itu Penyakit Lesi Otak seperti yang Diidap Ruben Onsu?

Lantas apa itu Empty Sella Syndrome?

Mengenal apa itu Empty Sella Syndrome

Dikutip dari Mount Sinai, Empty Sella Syndrome adalah kondisi di mana kelenjar yang bernama pituitari menyusut atau menjadi rata.

Kelenjar pituitari adalah kelenjar yang berukuran kira-kira sebesar kacang yang ditemukan pada dasar otak.

Disebut sebagai Empy Sella, karena kelenjar pituitari terletak di dalam sebuah ruang yang disebut Sella. Ketika kelenjar itu menyusut atau rata, keberadaannya tidak bisa  terlihat saat pasien dilakukan MRI.

Itulah mengapa penyakit ini disebut sebagai Empty Sella Syndrome atau yang jika diartikan adalah Sindrom Sella Kosong. 

Baca juga: Mengenal Sindrom Putri Tidur atau Sleeping Beauty Syndrome

Penyebab Empty Sella Syndrome

Setiap penyakit pasti datang dengan sebab tersendiri, begitu pula dengan Empty Sella Syndrome ini.

Disebutkan, penyebab kelenjar pituitari menjadi rata atau menyusut adalah adanya cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, bernama serebrospinal (CSF).

Ketika Sella kosong, CFS ini bocor ke dalam sella tursika dan memberi tekanan pada hipofisis. Tekanan inilah yang menyebabkan kelenjar pituitari menjadi menyusut atau rata.

Baca juga: Mengenal Twin to Twin Transfusion Syndrome, Deteksi, dan Penanganannya

Gejala Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome mungkin belum terlalu familiar di tengah masyarakat, namun kita bisa mendeteksi keberadaan kondisi ini dengan memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan.

Gejala dari Empty Sella Syndrome di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Masalah ereksi;
  • Sakit kepala;
  • Menstruasi tidak teratur/tidak menstruasi;
  • Penurunan atau kehilangan hasrat untuk berhubungan seks (libido rendah);
  • Lelah;
  • Keluarnya puting susu.

Oleh karena tidak pasti menimbulkan gejala, maka untuk dapat memastikan apakah seseorang mengidap Empty Sella Syndrome adalah dengan melakukan tes kesehatan.

Sindrom ini banyak ditemukan pada seseorang, ketika ia tengah melakukan MRI atau CT Scan bagian kepala.

Selanjutnya, mereka akan diminta untuk melakukan tes untuk mengetahui adanya tekanan tinggi di otak.

Tes itu meliputi pemeriksaan retina oleh dokter mata dan tes spinal tap.

Baca juga: Tergolong Sindrom Langka, Apa Itu Mirror Syndrome?

Penanganan Empty Sella Syndrome

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Empty Sella Syndrome terbagi menjadi 2: primer dan sekunder.

Primer, artinya sindrom ini terjadi ketika salah satu lapisan yang menutupi bagian luar otak menonjol ke dalam sella dan menekan hipofisis.

Sementara sekunder, terjadi ketika sella kosong karena kelenjar pituitari telah rusak oleh tumor, terapi radiasi, operasi, atau trauma benturan tertentu.

Cara menangani pasien Empty Sella Syndrome pun akan berbeda, tergantung dari sindrom mana yang ia derita.

Baca juga: Indonesia Pernah Dinyatakan Bebas PMK, Mengapa Penyakit Itu Datang Lagi?

Untuk Empty Sella Syndrome primer, tidak ada pengobatan yang harus dilakukan apabila fungsi hipofisis normal.

Obat-obatan dapat diresepkan untuk mengobati kadar hormon tubuh yang tidak normal.

Sementara untuk Empty Sella Syndrome sekunder, pengobatan dilakukan juga untuk mengganti hormon yang hilang.

Dalam beberapa kasus, tindakan bedah diperlukan untuk memperbaiki Sella dan mencegah CSF bocor ke area hidung dan sinus.

Meski terkesan serius, namun ternyata penyakit ini, khususnya untuk jenis primer, tidak menyebabkan masalah kesehatan apa pun dan tidak mempengaruhi angka harapan hidup.

Baca juga: Gejala dari Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diderita Ruben Onsu

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi