Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Ingin Partai Peserta Pemilu 2024 Lebih Sedikit, Berapa Idealnya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ratusan bendera partai politik terpasang di pinggir jalan di kawasan Karangrejo, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu (8/2). Menjelang pemilu, partai politik melakukan sosialisasi, salah satunya pemasangan bendera partai secara masif di berbagai sudut kota.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan pada awal Juli 2022 menunjukkan, sebanyak 45,5 persen responden menginginkan jumlah partai Pemilu 2024 lebih sedikit dari jumlah saat ini. 

Mayoritas responden yang menginginkan penyederhanaan jumlah peserta pemilu tersebut berasal dari kalangan berlatar pendidikan menengah dan atas.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Mayoritas Publik Ingin Parpol Peserta Pemilu 2024 Lebih Sedikit ketimbang 2019

Inginkan peserta pemilu lebih sedikit

Pada kelompok responden pendidikan menengah, sebanyak 56,3 persen menginginkan jumlah parpol di Pemilu 2024 lebih sedikit dibandingkan Pemilu 2019.

Sementara 60 persen kelompok responden dengan pendidikan menengah ke atas atas menyatakan lebih setuju jika peserta pemilu lebih sedikit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai informasi, Pemilu 2019 diikuti oleh 16 partai politik nasional dan 3 parpol lokal khusus di Aceh.

"Jika harapan jumlah parpol lebih sedikit dapat terwujud, potensi kebingungan pemilih yang membuka peluang terjadinya surat suara tidak sah pun sedikit banyak bisa ditekan," tulis peneliti Litbang Kompas.

Lantas, berapa jumlah ideal peserta pemilu?

Rakyat yang memilih

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, secara demokrasi tak ada yang salah dengan banyaknya partai politik yang bertarung di pemilu.

"Kalau idealnya mengikuti demorkasi ya sebanyak-banyaknya. Maka silakan saja sebanyak-banyaknya, boleh-boleh saja itu, selama lolos verifikasi," kata Hendri kepada Kompas.com, Senin (25/7/2022).

Menurutnya, kehadiran partai politik merupakan "supermarket" ideologi yang bisa dipilih oleh rakyat.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Mayoritas Responden Sebut Kantor Parpol Daerah Cuma Aktif Saat Tahapan Pemilu Dimulai

 

Makin banyak pilihan

Nantinya, rakyat yang akan memilih ideologi yang sejalan dengan keinginannya. Dengan begitu, partai tanpa ideologi jelas tentu tak akan banyak dipilih.

"Jadi kalau partai banyak plusnya itu kita bisa belanja ide, masyakarat bisa memilih ide partai politik yang cocok," jelas dia.

Dalam sebuah teori, lanjut Hendri, disebutkan bahwa semakin banyak pilihan, maka akan semakin memuaskan masyarakat.

Kendati demkian, jumlah parpol yang banyak dalam pemilu juga bukan berarti tanpa kekurangan.

Menurutnya, jumlah parpol yang banyak akan membuat rakyat kesulitan untuk mengontrol fungsi dan kewajibannya.

"Kalau partai sedikit juga akan lebih mudah masyarakat mengontrolnya, apakah parpol ini bisa menjalankan kewajibannya sebagai parpol atau tidak," ujarnya.

Pemilu 5 partai?

Terlepas dari itu, Hendri berpandangan bahwa pemilu sebenarnya dapat diikuti oleh hanya lima partai.

Sebab keberagaman ide sudah bisa diwakilkan dalam 5 partai. Akan tetapi, hal tersebut memang tidak sesuai dengan kaidah demokrasi.

Agar partai peserta pemilu tak sekedar eksis, Hendri berharap agar verifikasi parpol lebih diperketat.

"Kan ada beberapa partai yang sebelumnya gak lolos (verifikasi), kemudian lolos. Ketika mereka lolos pun tidak bisa berbicara banyak," kata dia.

"Jadi verifikasi itu diperketat dan harusnya di semua partai politik, walaupun mereka sudah lolos," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi