Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Peristiwa Bersejarah Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Wikimediacommons.org
Peristiwa Rengasdengklok. Latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok adalah adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno pada 17 Agustus 1945.

Untuk mencapai gerbang kemerdekan, rakyat Indonesia sudah berupaya sekuat tenaga untuk mengakhiri penderitaan atas luka yang ditorehkan penjajah.

Momentum ini tidak akan terjadi tanpa serangkaian peristiwa yang melatarbelakanginya.

Berikut beberapa peristiwa bersejarah menjelang hari kemerdekaan Indonesia: 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik dan Kemerdekaan Indonesia

1. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu

Dikutip dari emodul.kemdikbud Sejarah Paket C, awal mula Jepang menyerah kepada Sekutu yakni setelah dua wilayah Jepang, Kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh AS.

AS menjatuhkan bom atom "Little Boy" ke Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Kemudian, pada 9 Agustus 1945, AS kembali menjatuhkan bom atom bernama "Fat Man" ke Kota Nagasaki.

Untuk menghindari kehancuran di pihak Jepang yang lebih mendalam, maka 14 Agustus 1945 waktu New York (atau 15 Agustus 1945 waktu Indonesia) Kaisar Jepang Hirohito memerintahkan untuk menghentikan perang.

Hirohito juga mengaku menyerah kepada Sekutu (AS) di atas geladak kapal perang AS yang bernama USS Missouri.

Dengan begitu, di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan (vacum of power).

Baca juga: Mengapa Hiroshima dan Nagasaki Menjadi Target Bom Atom AS?

 

2. Beda pandangan tokoh tua dan golongan muda

Berita menyerahnya Jepang kepada sekutu didengar oleh Sutan Sjahrir (tokoh pemuda) dari siaran radio Amerika (voice of America).

Ia pun segera menemui Mohammad Hatta dan mendesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sjahrir mengatakan kepada Hatta bahwa pengumuman kemerdekaan jangan dilakukan oleh PPKI karena akan muncul anggapan di pihak Sekutu bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang.

Akan tetapi Hatta tidak bisa memberikan keputusan dan mengajak Sjahrir bertemu Soekarno untuk menanyakan permasalahan tersebut.

Ketika mereka bertemu, Soekarno ternyata tidak setuju dengan usul Sjahrir.

Alasannya, pernyataan kemerdekaan adalah wewenang PPKI sehingga tidak bijaksana ia sebagai ketua PPKI mendahului tanpa konsultasi dengan anggota lainnya.

Di sisi lain Hatta kembali kedatangan dua orang pemuda, yaitu Soebadio Sastrosatomo dan Soebianto.

Mereka bermaksud sama dengan Sjahrir, mendesak Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Hatta tetap menolaknya.

Gagal mendapat dukungan dari Hatta, golongan pemuda memilih Wikana sebagai ketua rombongan.

Wikana menyampaikan keinginan para pemuda agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Akan tetapi, Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri melainkan harus berunding dengan para tokoh lainnya (golongan tua) mengenai kemerdekaan Indonesia.

Para golongan tua yakni Hatta, Ahmad Soebardjo, R.Boentaran , Mr. Iwa Koesoema Soemantri, Dr. Samsi, Djojopranoto, dan Mbah Diro selalu bersikap hati-hati dan tetap pada pendiriannya sesuai perjanjiannya dengan Marsecal Terauchi.

Perjanjian yang dimaksud yakni proklamasi akan dibacakan setelah rapat PPKI yang akan diadakan tanggal 18 Agustus 1945 atau tepatnya tanggal 24 Agustus 1945.

Golongan tua tidak berani melanggar ketentuan ini karena khawatir akan adanya pertumpahan darah. Meskipun jepang telah kalah, kekuatan militernya yang ada di Indonesia masih sangat kuat.

Kemudian, Soekarni mengusulkan agar Soekarno dan Hatta harus dijemput paksa dibawa keluar kota Jakarta, tempat di mana kedua tokoh tersebut jauh dari pengaruh Jepang. Usulan tersebut pun disetujui oleh semua orang yang hadir di pertemuan.

Baca juga: Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang, Tokoh, Kronologi, dan Hasil

 

3. Peristiwa Rengasdengklok

Pada Kamis, 16 Agustus 1945 dini hari, para pemuda berseragam masuk diam-diam ke rumah Bung Karno.

Soekarni diikuti beberapa pemuda bersenjata “menjemput paksa” Bung Karno bersama istri Nyonya Fatmawati dan putranya Guntur.

Bung Karno dan keluarga yang telah dibawa keluar para pemuda kemudian masuk ke dalam mobil yang didalamnya sudah ada Bung Hatta.

Mereka dibawa sekelompok pemuda dan anggota tentara Peta di bawah pimpinan Soekarni dan Shodancho Singgih menuju Rengasdengklok.

Sementara itu, di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada 16 Agustus 1945 telah datang dan berkumpul di Gedung Pejambon (sekarang Gedung Kementrian Luar Ne geri).

Akan tetapi, rapat tidak dapat berlangsung karena tidak dihadiri oleh Soekarno dan Moh. Hatta sebagai ketua dan wakilnya.

Joesoef Koento diutus dari Rengasdengklok untuk berunding dengan kelompok pemuda di Jakarta. Mereka berunding dan menghasilkan kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta secepatnya.

Pada Kamis, 16 Agustus 1945 pukul 16.00 WIB, Ahmad Soebardjo, Soediro, dan Joesoef Koento pergi menjemput Soekarno di Rengasdengklok.

Di Rengasdengklok, Ahmad Soebardjo bertemu dengan Soekarno, Hatta, Soekarni, Shodanco Subeno dan Soetarjo Kartohadikoesoemo yang tengah melakukan perundingan.

Mereka sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan segera diumumkan di Jakarta.

Baca juga: Mengapa Para Pemuda Menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok?

4. Perumusan teks Proklamasi

Soekarno dan Hatta kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Laksamana Muda Maeda untuk merumuskan proklamasi.

Dalam momen itu, Ir. Soekarno berperan sebagai penulis konsep Proklamasi, Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo yang menyumbangkan pikiran secara lisan.

Setelah selesai, rumusan teks proklamasi tersebut dibawa keruang depan tempat berkumpul tokoh-tokoh Indonesia lainnya. Rumusan Proklamasi itu kemudiaan dibacakan di hadapan
tokoh-tokoh yang hadir.

Pada saat itu muncul persoalan tentang siapa yang akan menandatangani naskah proklamasi itu nantinya. Ir.Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir menandatangani naskah proklamasi.

Akan tetapi, usulan itu ditolak oleh tokoh golongan muda.

Soekarni kemudian mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno dan Moh.Hatta saja atas nama Bangsa Indonesia. Usulan Soekarni ini disetujui
oleh seluruh yang hadir.

Selanjutnya, konsep teks Proklamasi diketik oleh Sajoeti Melik menggunakan mesin ketik yang diambil dari Kantor Perwakilan AL Jerman.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Logo HUT kemerdekaan di Era Joko Widodo

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi