Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter RSUD Majalengka
Bergabung sejak: 3 Jul 2022

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Ekalaya, Kenaifan Para Pencari Ilmu

Baca di App
Lihat Foto
Wikipedia
Ilustrasi Ekalaya sedang belajar memanah dengan didampingi oleh patung Drona. Ilustrasi diambil dari buku Myths of the Hindus & Buddhists.
Editor: Egidius Patnistik

SAYA penggemar wayang. Ketika Pak Jaya Suprana menulis tentang Ekalaya, ingatan masa kecil saya kembali.

Baca juga: Ekalaya, Tokoh Personifikasi Semangat Belajar Tak Kenal Putus Asa

Buat saya Ekalaya bukanlah sebuah contoh yang baik. Ekalaya adalah simbol kecerobohan dan kepicikan para pencari ilmu. Karena kepicikan tersebut mereka terjerembab ke dalam kecelakaan.

Itulah sebabnya lakon wayangnya berjudul Ekalaya Perlaya. Sebuah cerita tragis seorang pencari ilmu. Sebuah lakon yang membuat saya tidak pernah menyukai Arjuna dan Kresna.

Ekalaya adalah sosok pemuda yang haus akan ilmu. Setiap dia dengar ada seorang guru yang mumpuni selalu didatangi, termasuk ke Resi Dorna. Resi Dorna dikenal sebagai guru linuwih,  sehingga menjadi tumpuan para pencari ilmu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayangnya, Resi Dorna telah terikat janji pada Bhisma. Resi Dorna hanya boleh mengajar keluarga Hastinapura, sehingga keinginan para pencari ilmu kandas.

Namun tidak dengan Ekalaya. Meski telah ditolak oleh Resi Dorna, Ekalaya tetap berusaha memperoleh pengajaran dengan cara sembunyi-sembunyi, sesuatu hal yang terlarang dilakukan.

Karena dasarnya jenius, Ekalaya berhasil menguasai ilmu, meski dengan cara mencuri. Bahkan dia dengan kepiawaian mengalahkan Arjuna, murid kinasih Resi Dorna. Arjuna adalah ksatria yang  dianggap paling cerdas di antara semua murid Resi Dorna.

Suatu saat kemampuannya Ekalaya tercium oleh para putera Hastinapura. Duryudana dan adik-adiknya gembira menemukan seorang yang lebih piawai dari Arjuna. Sebaliknya para Pandawa merasa terancam dan mengadu pada Resi Dorna.

Pusaka Ekalaya

Apalagi saat ditanya, Ekalaya mengaku gurunya adalah Resi Dorna. Resi Dorna merasa terancam, disebut tidak memenuhi sumpah. Dia dengan terpaksa memberikan hukuman potong jempol tangan pada Ekalaya. Sebuah simbol pengambilan kembali ilmu yang telah dicuri Ekalaya. Walaupun mengagumi kemampuan belajarnya.

Ekalaya yang mengagumi Resi Dorna menerima hukuman tersebut. Bahkan yang lebih gila, dia membuat patung Resi Dorna sebagai objek pemujaan. Hal yang tidak mungkin dilakukannya pada sosok asli Resi Dorna. Dengan pemujaan kepada patung tersebut, Ekalaya merasa diberkati oleh Resi Dorna.

Meski jempolnya telah hilang kemampuan memanah Ekalaya tidak berkurang. (Para sahabat yang menekuni tekhnik memanah thumb draw, pasti dapat membayangkan kesulitan Ekalaya).

Hal ini yang suatu saat mengantarnya pada perseteruan dengan Arjuna. Seperti di masa lalu, Arjuna kalah dalam pertarungan memanah melawan Ekalaya. Bahkan tewas, sebelum akhirnya dihidupkan kembali oleh Kresna.

Baca juga: Kitab Mahabharata: Penulis, Isi, dan Kisahnya

Ego Arjuna muncul. Dia tidak mampu menerima kekalahan dari pencuri ilmu. Meski oleh Kresna telah dinasehati agar melupakan hal tersebut dan fokus pada persiapan Bharatayuda. Namun karena Arjuna tetap berkeras, terpaksa ditempuh cara licik dalam mengalahkan Ekalaya.

Kresna memahami kekaguman Ekalaya pada Resi Dorna. Apapun yang dilakukan dan diminta oleh Resi Dorna pada Ekalaya, dia pasti dituruti, termasuk menyerahkan kekuatannya. Rahasia kekuatan Ekalaya terletak pada cincin yang digunakan sebagai pengganti jempolnya. Itu yang diincar Kresna. Hal itu yang disampaikannya pada Arjuna. Termasuk tentang kekagumannya pada Resi Dorna.

Siasat licik digunakan Arjuna. Arjuna bersembunyi di balik patung Resi Dorna, objek pemujaan Ekalaya. Di saat Ekalaya melakukan persembahan pada patung tersebut, Arjuna bersuara seperti suara Resi Dorna dari balik patung. Karena kekaguman luar biasa pada Resi Dorna, sikap kritis Ekalaya hilang, sama sekali tidak waspada. Padahal dia tahu itu hanya sekedar patung. Patung yang tiba-tiba bersuara. Suara yang mirip dengan suara Resi Dorna.

Suara itu meminta Ekalaya mempersembahkan cincin pusakanya. Lagi-lagi tanpa kewaspadaan Ekalaya menurut. Padahal tanpa cincin tersebut dia bukan apa-apa.

Tiba-tiba saja Arjuna muncul dan menyerang Ekalaya. Tanpa cincin pusaka, Ekalaya bukanlah tandingan Arjuna. Ekalaya tewas, dengan membawa rasa penasaranan.

Dikisahkan, arwah Ekalaya yang penasaran kelak membalas pada Resi Dorna pada Bharatayuda. Bukan pada Arjuna.

Sejak itu saya mulai antipati pada sosok Arjuna dan Kresna.

Sangat disayangkan, kekaguman Ekalaya yang berlebihan pada Resi Dorna membuatnya celaka.

Hal itu juga yang terjadi saat ini. Karena kagum pada gelar akademis yang disandang, kita tidak lagi bersikap kritis. Padahal seringkali kita mendengar para ahli tersebut bicara tanpa menyertakan teori yang jadi keahlian mereka.

Apakah itu berdasarkan ilmu atau pesanan titipan. Bagaimanapun mereka tetaplah manusia yang penuh kebutuhan dan keinginan. Kita tetap harus kritis dengan apa yang dikatakan. Jangan sampai perlaya seperti Ekalaya.

Salam hormat buat Pak Jaya Suprana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi