Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PNS Kementerian Keuangan
Bergabung sejak: 29 Jul 2022

PNS Kementerian Keuangan

Symbolic Convergence Theory dalam Fenomena Citayam Fashion Week

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/RYAN SARA
Remaja asal Bojonggede Cibe (16), Ucu (17), Bimo (17), dan Rafli (15) saat ditemui di Citayam Fashion Week di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2022).
Editor: Sandro Gatra

BELAKANGAN negeri ini cukup dihebohkan oleh fenomena Citayam Fashion Week. Bermula dari viralnya istilah SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) di mana sekelompok anak muda dari wilayah sub-urban ibu kota “menjajah” kawasan Sudirman-Thamrin, sebuah kawasan yang dulunya seolah eksklusif hanya untuk kaum pekerja kantoran saja.

Kawasan ini semakin ramai dengan hadirnya generasi muda yang oleh sebagian tokoh disebut “kreatif”. Kreativitas anak-anak muda ini kemudian semakin viral dengan munculnya “Citayam Fashion Week”.

Sekelompok anak muda yang berlenggak-lenggok bagai sedang berjalan di catwalk, namun nyatanya mereka menggelar semacam fashion show di trotoar, bahkan zebra cross, di salah satu kawasan elite ibu kota.

Sebuah fenomena yang luar biasa, sehingga menarik minat para pejabat, bahkan artis-artis ikutan ambil bagian di sana.

Fenomena ini mengingatkan kita akan kisah “harajuku” di Jepang, yang mungkin juga memiliki kisah serupa di mana sekelompok anak muda dari pinggiran Jepang kemudian berhasil merambah kota-kota besar dan menularkan sebuah budaya dan identitas baru anak muda di negeri sakura.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun demikian, di balik viralnya kisah Citayam Fashion Week baru-baru ini, muncul juga berita lain dari kisah viral ini, yaitu ketika artis Baim Wong hendak mendaftarkan “merk” Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI untuk mendapatkan hak paten.

Sebuah langkah yang mendapat tentangan dari berbagai pihak. Sebagian pihak menyatakan bahwa tidak seharusnya Citayam Fashion Week dikuasai oleh satu pihak saja.

Ridwan Kamil bahkan menyindir dengan mengatakan bahwa Citayam Fashion Week adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuh kembangnya harus natural dan organik pula (cnbcindonesia.com, 25 Juli 2022).

Dari perspektif teori komunikasi, fenomena ini bisa dilihat sebagai salah satu bentuk dari symbolic convergence theory (SCT).

Dikutip dari buku A First Look at Communication Theory karangan Griffin, Ledbetter, dan Sparks (2019, hal.223), pencetus teori ini, Ernest Bormann, menyatakan bahwa “sharing group fantasies creates symbolic convergence” atau berbagi fantasi kelompok menciptakan konvergensi simbolis.

SCT merupakan teori yang membahas fenomena pertukaran pesan yang kemudian menghasilkan kesadaran kelompok hingga menghasilkan makna, motif dan perasaan yang sama.

Terdapat empat konsep penting dalam Teori SCT (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017), yaitu fantasy theme, fantasy chain, fantasy type, dan rethorical visions.

Selanjutnya mari kita bahas fenomena Citayam Fashion Week dari perspektif keempat konsep dalam teori konvergensi simbolik.

Pertama fantasy theme (tema fantasi), di mana isi pesan yang didramatisasi menciptakan rantai fantasi.

Dramatisasi pesan terjadi ketika anggota-anggota kelompok membicarakan kejadian sama yang dialami anggota kelompok pada masa lalu atau pun masa depan.

Citayam Fashion Week adalah sebuah kegiatan fashion show jalanan di kawasan elite ibu kota. Ketika anak-anak muda dari wilayah pinggiran Jakarta “menjajah” ibu kota, kreativitas mereka muncul dalam sebuah simbol fashion show jalanan.

Sebuah simbol yang kemudian dibicarakan berulang, secara berantai (terutama di media daring dan media sosial), dan kemudian justru semakin didramatisasi oleh kisah Baim Wong yang hendak mendaftarkan HAKI dari Citayam Fashion Week.

Kurniatmastria dan Sulistyani (2021) menyatakan bahwa kelompok virtual semakian tumbuh dengan adanya kemajuan teknologi internet dan komunikasi.

Menurut mereka, rasa kebersamaan akan muncul ketika ada rasa keanggotaan, pengaruh, pemenuhan kebutuhan, hingga hubungan emosional yang terjalin di dalam kelompok.

Dalam fenomena Citayam Fashion Week, kita dapat mengamati bahwa salah satu tokoh utama fenomena ini, yaitu Roy, Bonge dan Jeje menjadi simbol bahwa kawasan elite ibu kota yang tadinya seolah mustahil untuk didatangi oleh kamu urban, justru dapat menjadi ajang pembuktian kreativitas anak muda dari pinggiran Jakarta.

Sebuah “fantasi” yang kemudian menjadi nyata di kalangan kelompok SCBD ini. Ketiga orang itu bahkan sempat mendapatkan tawaran beasiswa dari Mas Menteri Sandiaga Uno (detik.com, 19 Juli 2022).

Selanjutnya fantasy Chain (rantai fantasi), yang terbentuk ketika pesan yang didramatisasi mendapat tanggapan dari anggota dalam kelompok sehingga meningkatkan kohesivitas kelompok. Akhirnya memunculkan konvergensi simbolik dan memiliki makna bersama.

Kelompok SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) awalnya bisa saja tidak terlalu dianggap oleh publik.

Namun dengan bantuan media sosial, kreativitas kelompok anak muda ini kemudian menjadi viral di seantero negeri.

Ketika kelompok ini kemudian memunculkan Citayam Fashion Week di kawasan elite ibu kota, maka dramatisasi muncul mengikuti kisahnya.

Artis-artis bahkan tokoh nasional seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak mau kalah dan ikut mejeng di Citayam Fashion Week dengan ciri khas gaya mereka masing-masing.

Keikutsertaan para tokoh nasional ini tentu menjadi semacam dramatisasi kisah viral SCBD dan Citayam Fashion Week-nya.

Ketiga fantasy type (tipe fantasi), di mana tema fantasi dibicarakan berulang dengan komposisi retorika dari narasi yang sama.

Walaupun tokoh, setting, latar belakang, karakter dan sebagainya sama, namun bisa menghasilkan topik yang berbeda berdasarkan retorika yang dimunculkan oleh kelompok. Fenomena serupa pernah muncul di era harajuku di Jepang (intisari.grid.id, 5 Maret 2018).

Retorika kisah anak muda pinggiran yang mejeng di kawasan elite ibu kota tentu merupakan sebuah cerita yang “enak” untuk dilahap oleh media sosial.

Maka, tipe fantasi semacam ini kembali menjadi buah bibir dan viral. Bukan tidak mungkin, fenomena ini juga semakin mendunia.

Dan yang terakhir adalah rhetorical visions (visi retoris), di mana tema fantasi yang berkembang dan melebar keluar dari kelompok.

Dengan ikut sertanya para artis dan beberapa tokoh nasional mejeng di Citayam Fashion Week, maka retorika fashion show remaja pinggiran di kawasan elite ibu kota semakin meluas. Bahkan, Presiden Jokowi juga mendukung gelaran ini.

Beliau mengatakan bahwa kreativitas anak muda yang menghasilkan karya-karya semacam ini seharusnya tidak dihalang-halangi, sepanjang tidak menabrak aturan yang ada (nasional.tempo.co, 23 Juli 2022). Hal serupa juga dinyatakan oleh Gubernur DKI Anies Baswedan.

Lebih lanjut, ketika Baim Wong hendak mendaftarkan merk Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI, tentu ini pula menjadi sebuah visi teroris di mana tema fantasi yang telah dibangun dan berkembang seolah segera mendapatkan pengakuan resmi, walaupun banyak tokoh yang menentang niat Baim Wong tersebut.

Ridwan Kamil berpendapat bahwa apabila Citayam Fashion Week diformalkan, maka justru akan kehilangan maksud dan tujuannya itu sendiri, terutama jika yang memformalkan adalah kalangan “diluar” dari kelompok SCBD atau Citayam Fashion Week itu sendiri (cnbcindonesia.com, 25 Juli 2022).

Sekali lagi, fenomena SCBD dan Citayam Fashion Week seharusnya dapat kita sikapi dengan lebih bijak.

Generasi muda dari kawasan penyangga ibu kota yang selama ini mungkin merasa terpinggirkan, hari ini berani tampil di depan publik, memunculkan beragam kreativitas kegiatan positif.

Bahkan ikut menggerakkan sendi-sendi ekonomi rakyat kecil di seputaran kawasan elite ibu kota.

Sebuah kawasan yang tadinya seolah hanya “dikuasai” oleh kalangan elite, mobil-mobil mewah, para pekerja kantoran, hari ini “dijajah” oleh para remaja dari pinggiran ibu kota.

Semoga fenomena ini terus melahirkan generasi yang kreatif ke arah positif. Tidak layu sebelum berkembang. Semoga.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi