KOMPAS.com - Bongkahan besar sampah luar angkasa diduga Space-X milik Elon Musk jatuh di tengah-tengah padang peternakan domba di Australia.
Sampah luar angkasa itu disebut terkait dengan ledakan besar yang terdengar awal bulan Juli 2022.
Dikutip dari ABC News, banyak dari warga yang mendengar ledakan pada 9 Juli 2022 membagikan ceritanya di media sosial.
Diduga dari pesawat ruang angkasa SpaceX Dragon
Spekulasi tersebar luas bahwa itu mungkin disebabkan oleh pesawat ruang angkasa SpaceX Dragon yang memasuki kembali atmosfer bumi setelah diluncurkan pada November 2020.
Seorang peternak domba di Numbla Vale bernama Mick Miners menemukan benda setinggi hampir tiga meter yang terjepit di bagian terpencil peternakannya.
"Saya tidak tahu harus berpikir apa, saya tidak tahu apa itu," kata dia.
Baca juga: SpaceX Luncurkan 46 Satelit Starlink ke Luar Angkasa
Setelah penemuan itu, Mick menelepon tetangganya, Jock Wallace dan menemukan puing serupa di dekatnya.
"Saya tidak mendengar ledakan itu, tetapi putri saya mengatakan itu sangat keras," kata Wallace.
Diminta menghubungi NASA
Setelah menghubungi Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil, Wallace diminta untuk menghubungi NASA di Amerika Serikat.
"Saya seorang petani dari Dalgety, apa yang akan saya katakan kepada NASA?" kata Wallace.
Salah satu potongan yang ditemukan di peternakan miliknya berisi nomor seri.
Ahli astrofisika Australian National University College of Science, Brad Tucker mengatakan, puing-puing itu kemungkinan besar berasal dari bagasi awak pesawat yang tidak bertekanan.
Menurutnya, hal itu mungkin puing-puing terbesar yang terdokumentasi di Australia sejak stasiun luar angkasa Skylab NASA jatuh kembali ke Bumi di atas Esperance pada 1979.
Baca juga: Kritik Perilaku Elon Musk di Twitter, Sejumlah Karyawan SpaceX Dipecat
Tangki oksigen besar dari stasiun itu kemudian ditemukan oleh Pauline dan Geoff Grewar pada 1993 yang berjarak ratusan kilometer dari Esperance.
"Sangat jarang terlihat, karena mereka biasanya tidak mendarat di darat, tetapi di lautan," kata Tucker.
Ia menjelaskan, pesawat itu direncanakan mendarat di Samudra Pasifik antara Australia dan Selandia Baru.
"Orang sering berpikir mereka menemukan potongan kecil sampah luar angkasa, tetapi mereka akan terbakar saat masuk kembali, jadi kemungkinan besar potongan besar seperti ini," jelasnya.
Tucker menuturkan, pesawat itu kemungkinan melakukan perjalanan dengan kecepatan 25.000 kilometer per jam pada saat masuk kembali ke bumi dan terkait dengan ledakan yang terdengar luas pada 9 Juli 2022.
Baca juga: Perjalanan Luar Angkasa Mempercepat Penuaan Tulang
Berdasarkan analisisnya, bongkahan itu kemungkinan terbuat dari komposit karbon dan alumunium.
Sementara itu, astronom di Swinburne University of Technology, Rebbecca Allen juga mengonfirmasi analisis Tucker tentang bagian-bagian itu.
Menurutnya, bongkahan itu tampak seperti potongan fairing roket.
"Ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar seharusnya terbakar di atmosfer, tapi potongan besar tidak," ujarnya.
"Ini cukup mengkhawatirkan dan sangat penting untuk melacak puing-puing. Bahkan mungkin ada masalah dengan kerusakan lapisan ozon, jadi kami perlu melakukan lebih banyak penelitian di bidang ini," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.