KOMPAS.com - Pertamina kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, yaitu Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite pada Rabu (3/8/2022).
Sementara harga Pertamax, Pertalite, dan Solar yang merupakan 95 persen porsi BBM nasional tidak mengalami kenaikan.
Di saat Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi, di sisi lain harga minyak dunia justru mengalami penurunan.
Baca juga: Kembali Naik, Ini Harga Terbaru Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite
Berdasarkan data pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (4/8/2022) pagi, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok 4 persen dan ditutup pada level 90,6 dollar AS per barrel, terendah sejak Februari 2022.
Sementara itu, harga minyak Brent ambles 3,7 persen menjadi 96,7 dollar AS per barrel.
Saat harga minyak dunia turun, apakah menaikkan harga BBM non-subsidi sudah tepat?
Kebijakan menaikkan BBM non subsidi sudah tepat
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, kebijakan Pertamina menaikkan Pertamax Turbo dkk dinilai tepat karena merupakan corporate action-nya Pertamina.
"Jadi dalam corporate action itu disebutkan bahwa penetapan harga minyak non-subsidi ditentukan oleh mekanisme pasar, sesuai harga perekonomian dunia," kata Fahmy kepada Kompas.com, Kamis (4/8/2022).
Soal menaikkan harga Pertamax Turbo dkk di saat harga minya dunia mengalami penurunan, Fahmy menilai hal tersebut hanya masalah waktu saja.
"Kalau sekarang kenaikannya di tengah penurunan harga minyak dunia, saya memperkirakan bahwa ini merupakan akumulasi," kata dia.
Mengurangi beban subsidi
Dengan adanya kenaikan ini, Fahmi menilai kenaikan harga BBM non-subsidi ini bisa mengurangi beban kompensasi yang diberikan negara kepada Pertamina.
Sebab, negara harus membayar kompensasi besar apabila Pertamina menjual BBM dengan harga di bawah perekonomian.
Baca juga: UPDATE Harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex Naik Mulai Hari Ini 3 Agustus 2022
Harga BBM non-subsidi ditentukan harga minyak dunia
Fahmy menjelaskan, konsumen BBM non-subsidi juga harus membiasakan diri dengan naik turunnya harga minyak ini.
Sebab menurutnya masyarakat harus dibiasakan bahwa harga BBM non-subsidi tersebut fluktuatif yang variabel penentunya itu harga minyak dunia.
"Kalau di luar negeri kadang-kenaikan perubahan harga setiap hari itu sudah biasa bagi konsumen," jelas dia.
Baca juga: Pertamina: Kenaikan Harga Pertamax Turbo dkk Tidak Menutup Kerugian Penjualan Pertamax
Pertamina harus konsisten
Di sisi lain, Fahmy juga menekankan bahwa Pertamina juga harus konsisten. Artinya apabila harga minyak dunia turun tajam, maka Pertamina juga harus menurunkan harga BBM.
Terlepas dari itu, Fahmy menyebut kenaikan harga BBM non-subsidi ini tidak akan mempengaruhi inflasi.
"Menurut saya tidak memengaruhi inflasi, karena proporsi konsumen bbm non subsidi kan cuma 5 persen," ujarnya.
Sebelumnya, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan, kenaikan BBM non-subsidi ini mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dunia atau ICP.
Hingga Juli 2022, harga rata-rata ICP mencapai 106,73 dollar AS per barrel, lebih tinggi 24 persen dari harga Januari 2022.
Kendati demikian, Irto menyebut kenaikan harga BBM non-subsidi ini tidak bisa menutupi kerugian dari penjualan Pertamax.
Sebab, angka kerugian dari penjualan Pertamax sangat besar.