Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Citayam Fashion Week dan Latah Budaya

Baca di App
Lihat Foto
Dok. kompas.com/ Kristianto Purnomo
Suasana peragaan busana jalanan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.
Editor: Sandro Gatra

DEMOKRASI tidak menyeragamkan pendapat dan selera. Maka di alam demokrasi adalah wajar apabila ada yang suka dan ada yang tidak suka Citayam Fashion Week.

Yang suka menganggap Citayam Fashion Week sebagai ekspresi kreatifitas anak muda serta demokratisasi eksistensi bergaya busana.

Yang tidak suka menganggap Citayam Fashion Week sebagai gejala latah budaya yang mengganggu ketertiban lalu lintas sambil merusak lingkungan. Bahkan ada yang menganggap CTW merusak seni adhi busana.

Meski saya tergolong yang suka CFW, namun saya setuju dengan pernyataan bahwa CTF sebuah gejala latah budaya yang mengganggu ketertiban lalu lintas.

Jelas mengganggu ketertiban lalu lintas mustahil dibenarkan sebab merupakan pelanggaran tata krama lalu lintas yang bahkan bisa dipidanakan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenai gejala latah budaya sepenuhnya saya benarkan dengan contoh diri saya sendiri dalam berbagai kegiatan yang saya lakukan sambil menunggu saat ajal saya yang akhirnya pasti akan tiba.

Sebagai pemusik jelas saya latah budaya musik Barat dan alat musik yang saya gunakan adalah pianoforte yang jelas latah budaya yang diwariskan oleh warga Italia bernama Bartolomeo Cristofori.

Sebagai penulis dahulu saya menggunakan mesin ketik kemudian kini laptop yang jelas bukan warisan budaya bangsa saya sendiri.

Bahasa yang saya gunakan adalah bahasa Indonesia yang terpengaruh bahasa Sansekerta, Melayu, Arab, Portugis, Belanda, Inggris serta kini banyak menggunakan istilah asing.

Sebagai kartunis saya latah budaya yang dipelopori oleh William Hogarth di Inggris dan Benjamin Franklin dan James Thurber di Amerika Serikat sambil terinspirasi oleh Sempe di Prancis dan Loriot di Jerman.

Akibat mata saya rabun maka saya latah budaya menggunakan kacamata yang pertama ditemukan oleh Salvino D’Amati di Italia pada abad XIII.

Celana yang saya kenakan adalah latah budaya busana yang digunakan oleh masyarakat Mongolia demi memudahkan mereka menunggang kuda.

Sementara saya sendiri terbukti latah budaya maka menurut saya adalah wajar apabila teman-teman penyelenggara Citayam Fashion Week dianggap latah budaya karena rasanya di era globalisasi jarang ada insan Indonesia yang benar-benar mampu sempurna 100 persen bebas dari latah budaya.

Namun besar harapan saya bahwa dalam asyik mengejawantahkan kreatifitas karsa dan karya masing-masing seyogianya mereka yang terlibat aktif di dalam Citayam Fashion Week jangan sampai lupa diri sehingga melanggar peraturan tata tertib lalu lintas dan jangan asosial merusak lingkungan dengan membuang sampah secara sembarangan serta jangan kriminal merusak tanaman di taman kota.

Buktikanlah diri kalian sebagai generasi muda yang mampu berkarya secara tetap beradab patuh hukum serta sadar lingkungan hidup dan sosial. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi