Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Disebut Adanya Awan Panas Gunung Merapi, Ini Kata BPPTKG

Baca di App
Lihat Foto
tangkapan layar akun instagram @mountnesia
guguran awan panas di gunung merapi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Video bernarasikan adanya guguran awan panas yang terjadi di Gunung Merapi, viral di media sosial.

Video itu diunggah oleh akun ini pada Jumat (5/8/2022).

"Awan Panas Merapi Pagi Tadi," tulis pengunggah dalam video tersebut.

Unggahan video tersebut menampilkan detik-detik awan putih yang diduga terjadi di Gunung Merapi perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Peristiwa itu terekam dengan jelas lantaran cuaca yang cerah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi menyatakan bahwa Gunung Merapi berstatus Level III atau Siaga sejak 5 November 2020 hingga saat ini.

Hingga Sabtu (6/8/2022), video tersebut sudah diputar sebanyak 310.000 kali dan disukai 21.000 kali. 

Lantas, benarkan terjadi guguran awan panas di Gunung Merapi?

Baca juga: Viral, Video Diduga Bintang Jatuh di Gunung Merapi, Ini Penjelasan BRIN

Penjelasan BPPTKG

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan bahwa Gunung Merapi terpantau tidak mengeluarkan awan panas pada Jumat (5/8/2022).

"Tidak ada awan panas. Hari kemarin hanya guguran saja," ujar Agus, saat dihubungi oleh Kompas.com, Sabtu (6/8/2022).

Menurut Agus, pada Jumat (5/8/2022) pukul 08:46 WIB guguran yang terjadi berupa guguran material lama.

Guguran material lama itu terjadi di di sisi barat atau Hulu Sungai Senowo dengan jarak luncur 1.000-1.500 meter dari puncak.

"Guguran ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 68 mm dan durasi 143 detik dan terpantau secara visual dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan, Jrakah, dan Selo," tutur Agus.

Agus juga menjelaskan bahwa dalam beberapa hari, Gunung Merapi terjadi peningkatan intensitas guguran yang dominan berasal dari kubah lava barat daya.

Beberapa guguran juga bersumber dari tebing batuan lama yang bersifat lepas dan tidak stabil.

Baca juga: Aktivitas Meningkat, Berikut Daerah Potensi Bahaya Gunung Merapi

 

Aktivitas yang wajar

Menurut Agus, kejadian guguran seperti yang terjadi pada video yang viral di media sosial merupakan salah satu aktivitas yang kerap terjadi di gunung api aktif, termasuk Gunung Merapi.

"Guguran merupakan salah satu aktivitas yang wajar terjadi di gunung api aktif," ungkap Agus.

Sebelumnya, pada 4 Januari 2021 Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif yang ditandai dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, pembentukan guguran, dan awanpanas guguran.

Berdasarkan data pemantauan terutama data kegempaan dan deformasi, desakan dari suplai magma dangkal masih terus berlangsung.

Sistem vulkanik Gunung Merapi saat ini bersifat terbuka sehingga suplai magma ini tidak terakumulasi.

Sebaliknya, suplai magma itu akan langsung keluar di permukaan berupa guguran lava, awanpanas, maupun pertumbuhan kubah lava.

Kendati demikian, Agus tetap mengimbau agar masyarakat menjaga kewaspadaan terhadap aktivas Gunung Merapi serta mematuhi rekomendasi dari BPPTKG dan BPBD.

Baca juga: Update Gunung Merapi: 11 Kali Awan Panas Guguran dalam 6 Jam, Picu Hujan Abu, 253 Jiwa Mengungsi

Masih berstatus Siaga

Meskipun dalam beberapa hari ini telah terjadi guguran di Gunung Merapi, Agus memastikan bahwa status Gunung Merapi masih Siaga.

"Iya betul (masih siaga)," tandas Agus.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi telah menyatakan peningkatan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) ke Siaga (Level III).

"Gunung Merapi kembali memasuki fase intrusi magma baru yang ditandai dengan peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan 21 Juni 2020," tulis siaran pers ESDM.

Laporan perkembangan aktivitas Gunung Merapi dapat diakses di laman ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi