Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Polemik Gunung Padang

Baca di App
Lihat Foto
Dok DISPARBUD JABAR
Gunung Padang, Cianjur, merupakan salah satu tempat wisata prasejarah rekomendasi di Jabar.
Editor: Sandro Gatra

SEMULA Gunung Padang berada di luar jangkauan wawasan pengetahuan dangkal saya tentang arkeologi Nusantara.

Saya mulai mengenal Gunung Padang baru pada masa Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden Republik Indonesia.

Namun setelah SBY tidak lagi menjadi presiden, terkesan secara lambat tapi pasti Gunung Padang melenyap dari permukaan kesadaran peradaban bangsa Indonesia masa kini.

Terdorong oleh semangat Kebangaan Nasional saya merasa prihatin atas kesan bahwa Gunung Padang telah dilupakan oleh masyarakat Infonesia.

Padahal telah timbul dugaan arkeologis bahwa Gunung Padang merupakan warisan kebudayaan Nusantara dengan nilai sejarah setara dengan tiga piramida Giza sebagai warisan kebudayaan lembah sungai Nil, Zigurrat sebagai warisan kebudayaan Mesopotamia, Mohenjo Daro sebagai warisan kebudayaan lembah sungai Indus, Wanli Changcheng sebagai warisan kebudayaan China.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada hakikatnya Gunung Padang merupakan warisan kebudayaan lembah sungai Citarum. Maka saya mengundang maha guru arkeologi Nusantara saya, Prof Agus Ari Munandar untuk menjadi narasumber acara gelar wicara Jaya Suprana Show untuk berbicara tentang Gunung Padang.

Prof Munandar dengan rendah hati menyatakan diri beliau bukan ahli Gunung Padang, maka mengajak Dr Ali Akbar sebagai pakar yang telah meneliti Gunung padang berperan sebagai narasumber pendamping Prof Agus Munandar pada Jaya Suprana Show dengan tema Polemik Gunung Padang.

Ternyata gelar wicara Polemik Gunung Padang berlangsung seru, apalagi setelah DR Lufti Yondri dari Balai Arkeologi Jawa Barat bergabung untuk menyampaikan pendapat dari hasil penelitian beliau tentang Gunung Padang.

Dari gelar wicara Polemik Gunung Padamg dapat disimpulkan bahwa masyarakat pemerhati kebudayaan Ibdonesia khususnya Gunung Padang pada masa kini terbelah menjadi dua kubu.

Kubu yang satu meyakini bahwa Gunung Padang merupakan situs arkeologis dengan usia lebih tua ketimbang peradaban Mesopotomia apalagi Mesir kuno.

Sementara kubu yang satu lagi meyakini bahwa Gunung Padang sekadar situs petilasan arkeologis “biasa-biasa” saja akibat tidak terlalu tua usia. Bahkan diduga lebih muda ketimbang candi Borobudur.

Sudah barang tentu perbedaan pendapat para ahli justru merupakan kelaziman di dalam ilmu pengetahuan terutama yang terkait sejarah, arkeologi dan paleontologi yang (terpaksa) mengutamakan hipotesa.

Perbedaan pendapat justru merupakan daya enerji hakiki yang melekat pada ilmu sejarah, arkeologi dan paleontologi mau pun kosmologi yang sementara ini memang masih belum bisa melepaskan diri dari asumsi maka cenderung hipotesis.

Namun sejarah juga lah yang telah membuktikan bahwa cukup banyak pendapat arkeologis kandas maka lenyap dalam perjalanan waktu bak bunga yang layu sebelum berkembang bukan akibat tidak benar, namun sekadar akibat dipolitisir.

Begitu banyak pemikiran para Ilmuwan Yahudi sengaja dibungkam demi dimusnahkan oleh rezim Nazi Jerman di bawah komando Adolf Hitler.

Sehingga terjadi gejala “braindrain” di mana begitu banyak ilmuwan Yahudi seperti Albert Einstein, Sigmund Freud, Otto Loewi, Max Bergmann meninggalkan Jerman untuk berkarya di luar Jerman.

Sebagai warga Indonesia yang bangga atas warisan kebudayaan bangsa Indonesia, dari lubuk sanubari terdalam saya tulus mengharap agar penelitian arkeologis Gunung Padang jangan sampai kandas apalagi musnah di tengah perjalanan sejarah hanya akibat dipolitisir belaka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi