Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ir Sutami "Menteri Termiskin" dalam Sejarah Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Sindunata/KOMPAS
Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik di era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto Ir Sutami layak dijadikan teladan. 

Mengawasi banyak proyek pembangunan, namun hidup dalam kondisi yang sangat sederhana. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai menteri termiskin dalam sejarah Republik Indonesia. 

PLN pernah mencabut listrik di rumahnya karena Sutami telat bayar listrik.

Sebelum akhir hayatnya, di jatuh sakit dan kekurangan gizi. Mentri yang bersahaja itu disebut-sebut tak punya uang untuk membayar rumah sakit. 

Menjadi ironis sebab Sutami selama 14 tahun menjabat menteri untuk dua presiden. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ir Sutami, Menteri PU dan Tenaga Listrik Era Soeharto yang Dicabut Listriknya karena Telat Bayar

Profil Ir Sutami

Sutami lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Oktober 1928. Ia dikenal mencurahkan tenaga dan pikirannya tanpa melihat latar belakangnya.

Dikutip dari Intisari, Sutami menghabiskan masa kecilnya di kota itu hingga bersekolah di SMA Negeri 1 Surakarta.

Selanjutnya, Sutami melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga mendapatkan gelar insinyur. 

Karier di pemerintahan

Sutami ditunjuk menjadi Menteri Negara diperbantukan sejak era Kabinet Dwikora tahun 1964 di era kepemimpinan Presiden Soekarno.

Ia kemudian dipercaya menjadi Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga untuk urusan penilaian konstruksi.

Kariernya berlanjut dengan mengisi jabatan yang sama pada Kabinet Dwikora II tahun 1966.

Jabatan sebagai seorang menteri masih terus melekat pada Sutami, setidaknya hingga tahun 1978.

Selama itu, sosoknya dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana sehingga begitu dipercaya oleh Soekarno dan Soeharto.

Setelah mengalami kondisi sakit, Ir Sutami meninggal dunia pada 13 November 1980 saat usianya menginjak 52 tahun.

Ia diketahui mengidap penyakit lever yang diduga terjadi akibat Sutami sibuk bekerja tanpa memikirkan kesehatannya dirinya sendiri.

Meski telah tiada, namun nama Ir Sutami diabadikan untuk menamai banyak hal di Indonesia, mulai dari Jalan Ir. Sutami di Surakarta, hingga Bendungan Sutami di Katangkates, Kabupaten Malang.

Baca juga: Sejarah Nike dan Logonya yang Ikonik

Rumah menteri atapnya bocor

Meski menjabat menjabat Menteri PU, nyatanya Sutami justru hidup di rumah yang atapnya bocor.

Hal itu terungkap dari tulisan Hendropranoto Suselo, Staf Ahli Menteri PU, dalam Edisi Khusus 20 Tahun Majalah Prisma yang diterbitkan LP3ES (1991).

Dikisahkan, saat Lebaran tiba, rumah Sutami ramai dikunjungi tamu.

Bukannya takjub karena mendatangi rumah menteri yang pada umumnya serba berkecukupan bahkan cenderung mewah, para tamu justru dibuat kaget.

Sebab mereka melihat ke atap dan banyak bekas bocor pada langit-langit rumah Sutami. Rupanya sudah lama atap rumah Sutami bocor.

Baca juga: Kemenpora Tagih Roy Suryo Kembalikan 3.226 Barang Milik Negara

Rumah baru lunas setelah pensiun, listrik dicabut PLN

Bahkan, rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, dibeli dengan cara mencicil. Saat akan memasuki masa pensiun, rumah itu barulah berhasil dilunasi.

Cerita betapa sederhananya kehidupan seorang Menteri Sutami belum berhenti sampai di situ.

Selain atap yang bocor, layanan listrik di rumah Sutami juga sempat dicabut oleh PLN.

Ini terjadi di kediaman pribadi Sutami yang ada di Kota Surakarta.

Bukan lagi perkara sederhana, Sutami ketika itu memang sempat kekurangan uang, sehingga ia terlambat membayar tagihan listrik yang harus ia bayar.

Alhasil PLN pun melakukan pencabutan layanan sementara untuk kediaman Sutami.

Sakit hingga tak punya uang

Kisah lainnya, ketika Sutami sakit, ia bahkan takut dirawat di rumah sakit, karena ia tidak mempunyai cukup uang. 

Ia baru mau dirawat di rumah sakit ketika pemerintah turun tangan. Selama menjalani perawatan medis di rumah sakit itu, Presiden Soeharto kerap menjenguk Sutami.

Tak heran, julukan sebagai "Menteri termiskin". 

Semua itu terjadi akibat Sutami yang tak pernah mau memanfaatkan fasilitas negara secara berlebihan.

Sutami memang dikenal tidak pernah hidup bermewah-mewahan, sekalipun ia adalah menteri kabinet selama 14 tahun.

Saat tak lagi menjadi menteri di tahun 1978, dia pun mengembalikan semua fasilitas negara yang pernah ia terima.

Baca juga: Barang Milik Negara yang Ditagih dari Roy Suryo Total Nilainya Rp 9 Miliar

Bangun Jembatan Semanggi hingga Gedung DPR MPR

Meski hidup dalam kondisi serba pas-pasan bahkan pernah juga kekurangan, selama menjabat sebagai menteri PU, Sutami telah menorehkan banyak karya gemilang.

Pada eranya, Jembatan Semanggi yang hingga kini menjadi salah satu ikon Jakarta dibangun.

Di bawah masa kepemimpinannya, beragam proyek besar juga ia awasi.

Misalnya renovasi Gedung DPR, pembuatan Waduk Jatiluhur, hingga pembangunan Bandara Ngurah Rai di Bali dan Jembatan Ampera di Palembang.

Diberitakan Kompas TV, meski memegang banyak proyek dengan skala besar, Sutamj tidak pernah meminta fee kepada pemborong atau perusahaan yang mengerjakannya demi kepentingan pribadinya.

Sutami memang berbeda. Semua orang yang bekerja dengannya selalu bisa menangkap kesan pendiam dan sederhana darinya.

Selain itu, Sutami dikenal memiliki keahlian arsitektur yang mumpuni. Salah satu hasil pikiranya adalah Kubah Gedung MPR/DPR berwarna hijau yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Sebelumnya, atap gedung legislatif itu berbentuk kubah murni. Namun, Sutami mengingatkan bahwa hal itu akan memunculkan masalah serius.

Alasannya, perkara atap ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah.

Ia pun membuat sketsa dan perhitungan teknisnya dan jadilah kubah Gedung MPR/DPR yang kita saksikan sekarang.

Baca juga: Ir Sutami, Menteri PU dan Tenaga Listrik Era Soeharto yang Dicabut Listriknya karena Telat Bayar

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi