Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Dukun Sering Disebut Orang Pintar?

Baca di App
Lihat Foto
Instagram @krishnamurti_bd91
Brigjen Krishna Murti mengunggah video pengobatan Gus Samsudin. Mengapa dukun disebut orang pintar?
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Belakangan, media sosial ramai dengan perseteruan antara Pesulap Merah dengan Gus Samsudin.

Diberitakan Kompas.com (4/8/2022), perseteruan ini bermula saat Pesulap Merah menyebut pengobatan Gus Samsudin sebagai tipuan atau trik.

Tak terima, Gus Samsudin pun melaporkan Pesulap Merah ke Polda Jawa Timur atas dugaan pencemaran nama baik.

Baca juga: Pengobatannya Disebut Abal-abal oleh Pesulap Merah, Samsudin Lapor ke Polda Jatim

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupanya, aksi viral Gus Samsudin yang memperlihatkan kesaktiannya turut memancing perwira tinggi Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Krishna Murti berkomentar.

Melalui unggahan di akun Instagram-nya, Krishna mengomentari pengobatan dengan metode pemindahan penyakit ke kelapa.

"Kenapa dukun selalu disebut *ORANG PINTER?* Ya jawabannya karena yg dateng ke dukun pasti ORANG GUOBLOKSZ..!!!" tulis Krishna dalam unggahannya.

Dalam video tersebut, tampak Gus Samsudin yang membuka buah kelapa dan memindahkan airnya dalam sebuah wadah.

Terlihat dalam wadah, air kelapa berubah menjadi keruh disertai benda-benda seperti keris kecil dan tali.

Lantas, mengapa dukun kerap disebut sebagai orang pintar?

Dukun dianggap mampu menangani segala masalah

Sosiolog Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Sri Hilmi Pujihartati mengatakan, penyematan julukan "orang pintar" pada dukun lantaran dianggap mampu mengatasi segala masalah.

"Karena dukun biasanya dianggap mampu menangani segala masalah yang dihadapi masyarakat, walaupun sering kali karena kebetulan saja," ujar Hilmi kepada Kompas.com, Minggu (7/8/2022).

Menurutnya, selama dukun masih dapat mengatasi masalah, maka masyarakat akan tetap percaya.

Sebaliknya, jika dukun dianggap gagal dan tak dapat menangani masalah, lambat laun kepercayaan masyarakat akan memudar.

"Karena sesungguhnya masyarakat ingin cepat mengatasi masalah dengan melalui dukun, walaupun sebenarnya dukun sendiri banyak (menggunakan) trik yang menipu," tuturnya.

Baca juga: Perselisihan Samsudin dan Pesulap Merah, Praktisi Ungkap Soal Overclaim

Sebagai bentuk penghalusan

Terpisah, pakar antropologi UNS Nurhadi menuturkan, sebutan orang pintar pada dukun merupakan bentuk penghalusan dari istilah asli.

Sebab di masyarakat modern, istilah dukun cenderung memiliki konotasi yang kurang baik.

"Dianggap orang yang pergi ke dukun itu orang yang tidak maju, masih kolot, atau masih percaya takhayul," ujar Nurhadi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/8/2022).

"Sehingga ketika ditanya mau ke mana kamu, dia jawab mau ke orang pintar," imbuh dia.

Meski demikian, menurutnya, penyebutan pintar juga menimbulkan persoalan karena bersifat kualitatif.

"Ini juga menjadi persoalan karena istilah pintar itu kualiatif dan tidak dapat diukur dengan cara-cara yang obyektif," kata dia.

Hal tersebut serupa dengan praktik perdukunan yang bersifat kualitatif dan tak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Baca juga: Bongkar Trik Dukun Palsu, Siapa Sosok Pesulap Merah?

Dukun bagian dari masyarakat

Nurhadi menjelaskan, perdukunan merupakan bagian dari masyarakat yang sudah ada sejak lama.

Di masa lalu, dukun dipandang sebagai sosok yang dapat mengatasi masalah dalam masyarakat.

Misalnya, masyarakat tradisional yang mengalami demam sementara pelayanan medis masih belum memadai.

Maka, masyarakat akan mencari bantuan kepada orang yang dianggap memiliki kelebihan dibanding lainnya, yakni dukun.

"Itu terjadi dalam masyarakat yang masih kurang dalam hal yang sifatnya scientific," ungkap Nurhadi.

Baca juga: Curiga Suami Selingkuh, Nenek Ini Kasih Rp 198 Juta ke Teman untuk Bayar Dukun, tapi Malah Kena Tipu

Keberadaan dukun di masa modern

Sementara pada saat ini, Nurhadi menyampaikan, keberadaan dukun tetap eksis karena sebagian masyarakat masih menjadikan mereka sebagai sandaran untuk mengatasi masalah.

"Jadi, manakala manusia dihadapkan dengan masalah mereka lari kepada tiga hal. Pertama, mengatasi masalah dengan kesenian," ujar dia.

Selanjutnya, manusia akan mengatasi masalah menggunakan nalar dan ilmu pengetahuan, baik milik sendiri maupun orang lain.

Akan tetapi, saat manusia tak mampu lagi mengatasi masalah dengan cara-cara di atas, maka jalan terakhir adalah melalui dukun.

Sebagai pilihan terakhir, Nurhadi menyebut bahwa penggunaan jasa dukun juga kadang berkaitan dengan kemampuan ekonomi.

"Karena mungkin dia merasa jasa medis terlalu mahal, akhirnya mereka datang kepada dukun," ungkapnya.

Meski demikian, kepercayaan terhadap dukun tak hanya terbatas pada orang dengan tingkat ekonomi maupun pendidikan rendah.

"Banyak yang ke sana karena merasa banyak hal yang tidak dapat mereka jelaskan, akhirnya mereka harus ke situ (dukun)," tutur Nurhadi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi