Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kisah "Street Artist" Gindring Waste yang Inspiratif

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Podcast Beginu
Salah satu seniman yang karyanya sudah sampai luar negeri adalah Gindring Waste,
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Pada tanggal 15 hingga 30 Juli lalu, seorang seniman jalanan asal Magelang, Jawa Tengah, menggelar sebuah pameran tunggal di Negeri Ginseng (Korea Selatan) bertajuk “Waste ‘Em All!”. Seniman tersebut bernama Gindring Waste.

Dilansir dari The Finery Report, sebuah media digital yang berfokus pada industri kreatif, tidak hanya menampilkan karya-karyanya dalam ruang pameran, Gindring juga meluncurkan koleksi pakaian edisi terbatas hasil kolaborasi dengan FLEF Seoul.

Ini tentu merupakan salah satu pencapaian besar bagi Gindring dan seniman-seniman Indonesia. Sebab, menggelar pameran tunggal di luar negeri bukanlah hal yang mudah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, sebelum bisa meraih pencapaian ini, siapakah sebenarnya Gindring Waste? Mengapa ia dikenal sebagai seniman jalanan yang kerap melemparkan kritik sosial dengan karya bernuansa seram?

Melalui siniar (podcast) Beginu episode “Tengkorak Manusia, Seram Bukan Tipu Muslihat”, perjalanan hidup Gindring ditumpahkan tuntas kepada Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi KOMPAS.com.

Dirangkum dari Visual Jalanan, Gindring Waste adalah seorang street artist dari Magelang, Jawa Tengah. Ia mulai berkarya di jalanan sekitar tahun 2007–2008 dengan karakter ikonik seperti Misfits, sebuah grup musik punk rock Amerika Serikat bernuansa horror, yang kerap dipadukan dengan pesan-pesan menohok dan menggelitik.

Karya Gindring sering menjadi kontroversi di masyarakat, sebab kerap membawakan isu-isu intoleran di Indonesia. Bahkan, pada beberapa waktu lalu, ia sempat menjadi buronan utama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kotanya karena dinilai mengotori tembok-tembok kota dengan kritikan.

Setelah sekian lama menjadi buron, Gindring akhirnya tertangkap. Namun, setelah melewati beberapa proses interogasi, perancang grafis lepasan buku yasin dan tahlil ini akhirnya dilepaskan.

Baca juga: Strategi Haus! Mempertahankan Bisnisnya

Uniknya, alih-alih diusir oleh Satpol PP setelah bebas, Gindring justru dimintai tolong untuk melukis di salah satu pojok kantor mereka.

Setelah kejadian tersebut, nama Gindring semakin dikenal, baik di masyarakat maupun pemerintah. Ia kerap mengadakan pameran-pameran di berbagai kota. Salah satunya sebelum berangkat ke Korea Selatan adalah pameran seni rupa virtual bertajuk “Nano Nano Nana Nina”.

Pameran tersebut dibuka oleh pemerintah setempat. Hal ini menjadi bukti bahwa pemerintah telah mendengar apa yang Gindring suarakan sehingga memberikan panggung bagi dirinya bersama seniman lain untuk berekspresi.

“Waktu itu opening ada pak walikota, dari situ kita berkeluh kesah (tentang keadaan kami). Terus, hasilnya gedung ini sekarang dikasih (untuk tempat berkarya) dan bersama dewan keseniannya juga dibentuk untuk memfasilitasi,” terangnya dalam siniar Beginu.

Dari segala pencapaian ini, Gindring mengaku bahwa sebenarnya ia tak pernah mengira akan dikenal seperti ini.

“Sebenarnya, awal mulanya gak kepikiran dikenal gitu. Emang berkarya awalnya dari hati, pengen mengekspresikan, lebih ke arah situ, Mas,” ungkapnya dengan penuh santun kepada Wisnu.

Baca juga: Mengapa Bali Lebih Terkenal dari Indonesia?

Ia lantas bercerita kapan awal mulanya menggeluti seni, “Dulu aku seperti anak-anak nakal pada umumnya, senang vandal di jalan. Itu mulai SMA kelas dua. Mulai dari situ, pergaulan berjalan dan dapat referensi yang banyak dan jadilah sekarang.”

Masih banyak lagi cerita-cerita hidup dan latar belakang berseni Gindring yang ia ceritakan kepada Wisnu melalui siniar (podcast) Beginu episode “Tengkorak Manusia, Seram Bukan Tipu Muslihat” di Spotify.

Dengarkan lebih lengkapnya melalui tautan berikut dik.si/beginu_gindring1.

Beginu merupakan siniar yang dipandu oleh Wisnu Nugroho, seorang jurnalis, penulis, sekaligus Pemimpin Redaksi KOMPAS.com.

Di sana, ia membahas pergumulan, paradoks, pengalaman berkesadaran dalam hidup bersosok manusia lewat tokoh-tokoh yang inspiratif dan unik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi