Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Berdirinya Observatorium Bosscha

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Amirudin Ridlo
Observatorium Bosscha Bandung
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Siapa yang belum tahu observatorium Bosscha?

Bosscha adalah bangunan ikonik yang berlokasi di Jalan Peneropongan Bintang Nomor 45, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Bukan sekadar observatorium biasa, Bosscha ternyata memiliki sejarah dan profil yang menarik.

Baca juga: Observatorium Bosscha, Tempat Persembunyian Ikonik di Film Petualangan Sherina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Bosscha

Dilansir dari laman Bosscha, observatorium Bosscha atau yang dikenal dulu sebagai Bosscha Sterrenwacht dibangun atas inisiasi Karel Albert Rudolf (K.A.R.) Bosscha.

Bosscha dibantu oleh kemenakannya, R.A. Kerkhoven dan seorang astronom Hindia Belanda, Joan George Erardus Gijsbertus Voûte, menghimpun para peminat untuk membentuk sebuah perkumpulan yang akan merealisasikan ide pembangunan observatorium.

Pembangunan observatorium dilakukan oleh arsitek Wolff Schoemaker. Sementara pondasi bangunannya dibangun oleh De Hollandsche Beton Maatschappij.

Dikutip dari Kompas.com, (17/2/2022), observatorium Bosscha dipilih untuk didirikan di Lembang karena topografi wilayah ini berada pada posisi cukup aman untuk melihat gugus galaksi di langit sisi selatan.

Baca juga: Observatorium Bosscha Jadi Bangunan Cagar Budaya, Begini Sejarah dan Kontribusinya untuk Astronomi

Nama Bosscha

Pada pertemuan 12 September 1920 di Hotel Homann Bandung, dibentuk Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV).

Perhimpunan ini bertujuan untuk mendirikan dan memelihara sebuah observatorium astronomi di Hindia Belanda, serta memajukan ilmu astronomi.

Dalam rapat itu, Karel Bosscha bersedia menjadi penyandang dana utama dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang.

Saat itu, Bosscha juga merupakan tuan tanah perkebunan teh Malabar.

Sebagai penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini, maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.

Observatorium Bosscha diresmikan pada 1 Januari 1923.

Pada 7 Juni 1928, sebuah teropong refraktor ganda zeiss 60 sentimeter ditempatkan di Bosscha Sterrenwacht.

Teropong ini dibeli Bosscha dan Dr J Voute di Jerman. Teropong ini merupakan salah satu teropong terbesar ketiga di bumi bagian selatan.

Setelah itu, perkembangan Bosscha dibantu oleh banyak pihak.

NISV menerima sumbangan dana dari De Bataafsche Petroleum Maatschappij, De Javasche Bank, De Stoomvaart Mij "Nederland", De Stoomvaart Mij "Rotterdamsche Llyod, dan De Nederlandsche Handel Maatschappij.

Instansi tersebut menyumbangkan dana kepada NISV masing-masing sebesar 10.000 gulden.

Sementara, Prof. JG van de Sande Bakhuyzn menyumbangkan koleksi perpustakaan.

Baca juga: Fenomena Bumi Berputar Lebih Cepat dan Hari Jadi Pendek, Ini Penjelasan BRIN

Perkembangan Bosscha

Sepuluh tahun setelah berdiri, Bosscha Sterrenwacht banyak menghasilkan kontribusi bagi dunia astronomi internasional.

Kontribusi tersebut terutama dalam optik bintang ganda dan penentuan garis bujur di Bumi.

Namun Selama Perang Dunia II segala aktivitas penelitian di Bosscha Sterrenwacht berhenti. Bahkan observatorium ini harus mengalami renovasi karena kerusakan akibat Perang Dunia II.

Pada 17 Oktober 1951, NISV secara resmi menyerahkan observatorium ini kepada pemerintah RI.

Oleh pemerintah Indonesia, observatorium "dititipkan" untuk menjadi bagian dari FIPIA Universitas Indonesia yang kemudian menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.

Hingga kini ITB masih merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang menjalankan pendidikan sarjana, magister, dan doktoral dalam astronomi dan astrofisika.

Observatorium Bosscha juga masih merupakan observatorium astronomi terbesar di Indonesia dengan kontribusi dalam penelitian dan pendidikan astronomi yang signifikan di Asia Tenggara.

Baca juga: Ini Rencana Penyambutan Bosscha Saat Gerhana Matahari Total 2023

Bosscha jadi Cagar Budaya Nasional

Pemerintah mencanangkan Observatorium Bosscha sebagai Cagar Budaya Nasional pada tahun 2004.

Kemudian pada 2008, Bosscha ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional.

Melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 184/M/2017, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional melalui penilaian atas kualitas kondisi fasilitas lahan dan fisik gedung dan instrumentasi observatorium, koleksi hasil pengamatan dan pustaka yang tak ternilai.

Selain itu, Observatorium Bosscha masih terus berkontribusi pada sains astronomi dan pada upaya pencerdasan bangsa Indonesia.

Pada tahun 2021, Observatorium Bosscha diangkat sebagai bangunan cagar budaya peringkat Kabupaten melalui surat Keputusan Bupati Bandung Barat 188.45/Kep.731-Disparbud/2021.

Peraturan Pemerintah yang secara eksplisit mencantumkan Observatorium Bosscha sebagai kawasan dan institusi yang perlu dilindungi fisik maupun fungsinya melalui ketentuan:

  • Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2016: “Pedoman Pengendalian Kawasan Bandung Utara Sebagai Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat”
  • Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 45 Tahun 2018: “Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung”

Status institusional: Observatorium Bosscha berada di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Baca juga: Bosscha Menyibak Lautan Cahaya

Fasilitas Observatorium Bosscha

Seperti diketahui, Observatorium Bosscha memiliki sejumlah teleskop, yakni:

  • Teleskop Refraktor Ganda Zeiss
  • Teleskop Refraktor Zeiss dari RA Kerkhoven
  • Teleskop Schrnidt Bima Sakti
  • Teleskop Refraktor Bamberg
  • Teleskop Cassegrain GOTO
  • Teleskop Refraktor Secretan
  • Teleskop Refraktor Unitron

Selain itu, Bosscha juga dilengkapi dengan ruang ceramah, ruang baca, perpustakaan, ruang teropong, dan lainnya. Hingga kini bangunan ini sangat terawat.

Pada kondisi normal, Bosscha bisa dikunjungi oleh masyarakat, terutama para siswa yang penasaran dengan ilmu astronomi.

(Sumber: Kompas.com/Reni Susanti | Editor: Gloria Setyvani Putri)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi