Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Bentrok Pesilat dengan Warga di Malang, Ini Kata Sosiolog

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ Nugraha Perdana
Lokasi kejadian bentrok antara rombongan perguruan silat dengan warga di Jalan Sudanco Supriadi, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur pada Minggu (7/8/2022).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus bentrokan yang melibatkan pesilat kembali meramaikan media sosial dalam beberapa hari terakhir. 

Di Malang, Jawa Timur rombongan konvoi salah satu perguruan silat terlibat bentrokan dengan warga sepulang dari kegiatan pada Minggu (7/8/2022).

Akibat peristiwa itu, tiga orang mengalami luka-luka, dua di antaranya merupakan anggota perguruan silat.

Baca juga: Berawal dari Konvoi dan Tak Terima Ditegur, Kelompok Perguruan Silat di Malang Bentrok dengan Warga

Bukan kali ini saja, kericuhan yang melibatkan pesilat kerap terjadi belakangan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada Juli 2022, terjadi bentrokan antar pesilat di Lamongan, Jawa Timur usai salah satu perguruan silat menggelar ujian kenaikan tingkat.

Sekitar 500 orang yang tergabung dalam rombongan, kemudian melakukan konvoi menggunakan sepeda motor.

Insiden tersebut mengakibatkan dua warung dan empat sepeda motor rusak.

Beberapa orang juga dilaporkan mengalami luka memar setelah dianiaya massa.

Baca juga: Kelompok Perguruan Silat Bentrok dengan Warga Malang, 3 Orang Dibawa ke RS

Perguruan silat perlu melakukan reorientasi nilai

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menyayangkan adanya insiden-insiden tersebut.

Menurut Drajat, perguruan silat merupakan organisasi yang baik dan memiliki norma-norma untuk mencegah timbulnya hal-hal di luar aturan.

"Seharusnya dengan jiwa 'kependekaran' dan norma-norma, itu (kekerasan) bisa dicegah atau bahkan bisa ditekan, serta dikendalikan dengan cepat apabila terjadi tindakan yang di luar standar etika," kata Drajat kepada Kompas.com, Selasa (9/8/2022).

Karena itu Drajat menilai perguruan-perguruan silat saat ini perlu melakukan reorientasi nilai.

Sebab, kericuhan-kericuhan yang melibatkan pesilat masih terus terjadi, meski sudah ada norma dan aturan.

"Jadi perguruan silat ini harus mau membuka diri, baik kepada internal maupun eksternal, untuk membicarakan kembali kode etik," jelas dia.

Baca juga: Rombongan Pengendara Motor Vs Jukir di Titik Nol, Ini Tanggapan Polresta Yogyakarta

 

Kontrol perguruan silat pada anggotanya

Kode etik atau nilai yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan norma-norma terkait hubungannya dengan masyarakat.

Menurutnya, reorientasi nilai ini merupakan hal penting untuk mengontrol anggota perguruan silat di ruang publik, selain sanksi tegas.

Tak hanya itu, Drajat menyebut perguruan silat juga perlu mengubah orientasi anggota pada saat pembekalan.

"Sistem orientasi pembekalan yang tidak hanya mengarah pada 'kependekaran' atau dalam artian kekuatan untuk fisik, tetapi lebih pada pemahaman rohani, kejiwaan, dan kedewesaan," ujarnya.

"Menurut saya ini yang perlu ditekankan di dalam masa orientasi keanggotaan baru," jelasnya.

Baca juga: Polisi Periksa 6 Saksi Bentrok Kelompok Perguruan Silat dengan Warga di Malang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi