Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Seni Menghina Versi Schopenhauer

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Arthur Schopenhauer
Editor: Sandro Gatra

SEPERTI halnya kelirumologi, humorologi, alasanologi, malumologi, andaikatamologi, memang benar bahwa hinamologi adalah gagasan saya pribadi.

Namun hinamologi bukan upaya melakukan, tetapi sekadar mempelajari penghinaan maka saya bukan penggagas seni menghina.

Maha pemikir Jerman, Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang gemar menghina perempuan dan pemikir tidak sepemikiran dengan dirinya sendiri itu sudah terlebih dahulu menyenikan perilaku menghina di dalam naskah “Die Kunst zu beleidigen“ (Seni Menghina).

Ibarat kekayaan intelektual, maka Arthur Schopenhauer adalah pemegang hak paten atas
seni menghina.

Pada hakikatnya, naskah Die Kunst zu beleidigen melengkapi naskah Die Kunst, Recht zu behalten (Seni Selalu Merasa Diri Benar) dalam bentuk repertoar tiga puluh delapan jurus yang dihimpun kemudian disusun oleh Schopenhaur untuk memenuhi kebutuhan pribadi dalam menghadapi perdebatan yang memang kerap kali terpaksa dihadapi dalam perjalanan hidupnya mencari makna kehidupan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Schopenhauer, cara terbaik menaklukkan lawan debat pada situasi rawan kalah adalah melakukan sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungan dengan tema yang diperdebatkan dan sama sekali di luar ranah teknik berdebat.

Schopenhauer dalam buku itu secara sarkastik memberi usulan untuk bisa memenangkan debat, yaitu menghina sang lawan debat secara pribadi.

Pendek kata jangan mau kalah apalagi mengalah! Tapi, harus diingat, ini adalah tulisan sarkastik gaya Schopenhauer.

Mengomentari naskahnya sendiri itu, Schopenhauer sempat sesumbar "Wenn man merkt, daß der Gegner ueberlegen ist und man Unrecht behalten wird, so werde man persoenlich, beleidigend, grob. Diese Regel ist sehr beliebt, weil jeder zur Ausführung tauglich ist, und wird daher häufig angewandt.“ (Apabila manusia merasakan bahwa lawan debat unggul dan dirinya terancam risiko dianggap tidak benar maka manusia cenderung kasar menghina lawan debatnya. Perilaku menghina selalu siap-pakai sebab praktis bisa dilakukan kapan saja oleh mereka yang ingin menghina).

Sikap egosentrik mau menang sendiri tampaknya memang sifat kodrati manusia, maka menghina menjadi bagian melekat perilaku sosial umat manusia sejak dahulu kala sampai masa kini bahkan diyakini juga masih akan bertahan sampai ke masa depan.

Bahkan Arthur Schopenhaur tidak lupa menawarkan jurus ampuh untuk menghadapi perdebatan yang sudah melenceng menjadi penghinaan, yaitu jangan meladeni apalagi menggubris penghinaan lawan terhadap diri kita sendiri, namun kreatif dan inovatif menciptakan penghinaan tersendiri bikinan diri kita sendiri demi habis-habisan menghina pihak lawan.

Bahkan dalam menghina lawan jangan segan menggunakan hoax alias fitnah yang terkeji alias harus siap untuk tega menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan.

Di alam maya khususnya medsos pada masa kini, ada pihak yang melakukan penghinaan baik secara amatiran mau pun profesional sebagai pembunuh karakter berbayar. Memang menghina memiliki seninya tersendiri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi