Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Film tentang Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT Ke-77 RI

Baca di App
Lihat Foto
DOK. NEW AMSTERDAM FILM COMPANY/MILAN VAN DRIL
Reymond Pierre Pau Westerling menjadi tokoh yang kontroversial dalam film The East.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Bulan Agustus identik dengan tema-tema kepahlawanan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. 

Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus nanti, bisa diisi dengan banyak hal. Bisanya di kampung-kampung diadakan berbagai lomba untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan. 

Berikut 15 rekomendasi film tentang kemerdekaan Indonesia untuk mengisi dan menyemarakan HUT Ke-77 RI. 

Baca juga: 5 Film tentang Kemerdekaan Indonesia, Apa Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. November 1928 (1979)

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), film November 1928 merupakan film yang disutradai oleh Teguh Karya.

Film ini menceritakan tentang penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda.

November 1928 berhasil memenangkan 7 penghargaan dari Festival Film Indonesia 1979 untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik, Sinematografi Terbaik, Tata Artistik Terbaik, Tata Suara Terbaik, dan Tata Musik Terbaik.

2. Janur Kuning (1979)

Janur Kuning menceritakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam meraih kembali kemerdekaannya yang direbut pasukan sekutu.

Janur Kuning mengisahkan seorang perwira muda, Letkol Soeharto, yang meyakinkan Jenderal Sudirman untuk kembali ke Yogyakarta. Film Janur Kuning juga pernah masuk nominasi pada Piala Citra untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik.

3. Doea Tanda Mata (1985)

Film Doea Tanda Mata menceritakan kisah dua orang perwira berlatar belakang beda yang berjuang bersama.

Film ini diproduksi oleh Cinema Delapan dan Benoa, dengan produser Alfani Wiryawan.

Dalam penggarapannya, tim produksi melakukan riset mendalam untuk mendapatkan informasi terkait kehidupan dan kegiatan di Akademi Militer (Akmil) Magelang kala itu.

Baca juga: 3 Rekomendasi Film Tentang Kemerdekaan Indonesia

 

4. Tjoet Nja Dhien (1988)

Film Tjoet Nja Dhien merupakan film biografi yang menceritakan tentang perjuangan seorang wanita asal Aceh bernama Tjoet Nja Dhien.

Film ini berkisah tentang perjuangan Tjoet Nja Dhien saat melawan penjajahan Belanda pada masa perang Aceh.

Tjoet Nja’ Dhien berhasil memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Bahkan, beberapa waktu lalu, film ini direstorasi di Belanda, dan ditayangkan kembali di bioskop.

5. Merah Putih (2009)

Film Merah Putih merupakan kolaborasi rumah produksi nasional dengan internasional.

Film ini dirilis pada 2009, dan mengisahkan mengenai peristiwa Agresi Militer Belanda 1 pada 1947.

Merah Putih diperankan secara apik oleh Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu, Zumi Zola, dan Darius Sinathrya.

Menariknya, Merah Putih merupakan film pertama dari trilogi film bertema perjuangan lainnya, yaitu Darah Garuda (2010), dan Hati Merdeka (2011).

6. Darah Garuda (2010)

Dikutip dari Kompas.com, (17/8/2021), film Darah Garuda ini adalah film kedua dari trilogi film Merah Putih.

Film ini berkisah tentang empat sekawan bernama Amir, Tomas, Dayan, dan Marius yang bertemu dengan kelompok gerilyawan lainnya.

Konflik muncul ketika kelompok tersebut berbeda pendapat dan terbukti terjadi pengkhianatan di antara mereka.

7. Hati Merdeka (2011)

Film kemerdekaan ini adalah kelanjutan dari film Merah Putih dan Darah Garuda.

Empat sekawan yang menjadi tokoh utama di film sebelumnya dikisahkan berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing.

Tokoh Amir diceritakan mengundurkan diri dari angkatan darat. Sedangkan, Tomas, Dayan, dan Marius bertugas ke Bali.

8. Soekarno (2013)

Film garapan sutradara ternama Hanung Bramantyo ini menceritakan perjalanan hidup Soekarno sebagai sang proklamator bangsa.

Film Soekarno menampilkan Ario Bayu sebagai sosok Bung Karno, beradu peran dengan Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, hingga Sujiwo Tejo.

Karena sarat nilai perjuangan, film dengan durasi 137 menit ini berhasil menyabet gelar Film Terpuji dari Festival Film Bandung (FFB) ke-27 pada 2014.

9. Jenderal Soedirman (2015)

Jenderal Soedirman adalah film yang menceritakan perjuangan melawan Belanda dengan bergerilya.

Dibintangi oleh Adipati Dolken, film kemerdekaan ini membawa penonton hanyut dalam kisah perjuangan, strategi, dan kegigihan Soedirman bersama pasukannya.

10. Tjokroaminoto (2015)

Tjokroaminoto merupakan film bertema perjuangan Indonesia yang dirilis pada 2015. Film garapan Garin Nugroho ini melibatkan beberapa aktor terbaik tanah air, seperti Reza Rahardian, Christine Hakim, Didi Petet, hingga Sujiwo Tejo.

Film ini sendiri mengisahkan mengenai guru bangsa yang berhasil menjadi pendidik bagi tokoh-tokoh pemimpin Indonesia.

Pada 2014, film Tjokroaminoto berhasil memenangkan tiga kategori pada Festival Film Indonesia 2015, yakni Sinematografi Terbaik, Tata Artistik Terbaik, dan Tata Busana Terbaik.

11. Battle of Surabaya (2015)

Berbeda dengan film lainnya, film bertema perjuangan Indonesia kali ini menggunakan tampilan animasi 2 dimensi.

Film animasi Battle of Surabaya ini diproduksi oleh MSV Pictures, dan disutradarai oleh Aryanto Yuniawan.

Battle of Surabaya mengisahkan tentang petualangan Musa. Seorang remaja tukang semir sepatu yang menjadi kurir bagi perjuangan arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November 1945.

Kisah dan animasi apiknya membawa Battle of Surabaya menjuarai berbagai penghargaan film ternama.

Beberapa di antaranya adalah

  • Best Animation di Milan International Film Festival 2017
  • Best Animation dalam Berlin International Film Festival 2017
  • Best Animation dalam Nice International Film Festival 2017

12. Wage (2017)

Dilansir dari Kompas.com, (16/8/2021), Wage menceritakan tentang biografi Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya".

Film ini menyajikan kisah perjuangan dan semangat membara seorang Wage Rudolf Supratman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dengan lagu dan biolanya, Wage berjuang demi kemerdekaan bangsa. Tidak hanya "Indonesia Raya", Wage juga mengubah lagu perjuangan untuk mengobarkan semangat rakyat melawan penjajah, diantaranya lagu "Indonesia Wahai Ibuku", " Di Timur Matahari, dan "R.A. Kartini".

Film bertema sejarah yang digarap oleh sutradara John De Rantau ini berhasil meraih nominasi Piala Citra.

13. Kartini (2017)

Sama seperti film Soekarno, film Kartini digarap oleh sutradara kondang Hanung Bramantyo. Film ini pertama kali dirilis pada 2017, dan Dian Sastrowardoyo ditunjuk sebagai pemeran Kartini dalam film ini.

Film Kartini menampilkan sosok pejuang emansipasi wanita dalam wajah yang lebih berani, kuat, dan cerdas sebagai perempuan.

Tidak tanggung-tanggung, film Kartini menyabet penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dari Festival Film Indonesia 2017 yang diraih oleh Christine Hakim.

14. Bumi Manusia (2019)

Film adaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Pramoedya Ananta Toer ini digarap oleh Hanung Bramantyo.

Bumi Manusia menceritakan kisah cinta antara Minke dan Annelies yang tumbuh di antara banyaknya permasalahan sosial dan ketidakadilan di masa penjajahan Belanda.

Pada 2020 lalu, Bumi Manusia berhasil memenangkan kategori Film Terpuji, Sutradara Terpuji, Pemeran Utama Pria Terpuji, dan Penulis Skenario Terpuji pada gelaran Festival Film Bandung.

Baca juga: Profil Soe Hok Gie, Aktivis yang Meninggal di Semeru 16 Desember 1969

 

15. The East (2020)

Film The East merupakan film bergenre drama, thriller, dan perang.

Judulnya juga dikenal sebagai De Oost dalam bahasa Belanda.

Film tentang kemerdekaan satu ini mengangkat cerita dari sudut pandang Belanda dalam menjajah Indonesia.

The East merupakan film hasil kolaborasi dari tiga negara, yaitu Belanda, Indonesia, dan Belgia. Film ini mengisahkan pergolakan moral dari seorang prajurit muda asal Belanda yang ditugaskan untuk memimpin serangan koloni terhadap Indonesia.

The East juga berupaya menghadirkan sejarah masa pendudukan Belanda di Indonesia yang jarang dibahas di Negeri Oranye.

Orang Belanda menganggap bahwa prajurit yang dikirim ke Indonesia hanya menjalankan tugas yang berkaitan dengan politik.

Mereka kurang mengetahui atau bahkan memahami konteks sejarah yang memuat kisah kekejaman prajurit Belanda terhadap penduduk pribumi.

(Sumber: Kompas.com/Sandra Desi Caesaria, Abraham William | Editor: Albertus Adit, Biru Cahya Imanda)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi