Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Mi Instan Diyakini Tak Akan Naik, Bahkan Harga Gandum Akan Turun

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/chatiyanon
Harga mi instan diprediksi naik 3 kali lipat.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Isu kenaikan harga mi instan baru-baru ini ramai diperbincangkan di Tanah Air.

Isu itu muncul bukan tanpa alasan, pasalnya gandum yang menjadi salah satu bahan baku mi instan mengalami kenaikan harga di pasar global.

Kenaikan tersebut lantaran perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, di mana Ukraina merupakan salah satu negara eksportir gandum untuk Indonesia.

Baca juga: Kenapa Mi Instan Bikin Kita Kecanduan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait hal tersebut, banyak pihak yang melontarkan pandangannya. Ada yang membenarkan bahwa harga gandum akan naik dan berdampak pada harga jual mi instan.

Namun, tak sedikit juga yang melihat hal sebaliknya, yakni, harga gandum sudah terkendali dan tidak ada ancaman harga mi instan naik hingga 3 kali lipat.

Salah satunya disampaikan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas.

Baca juga: Mi Instan Bisa Jadi Makanan Sehat, Begini Cara Masaknya

Harga gandum akan turun pada September 2022

Alasan mengapa Zulhas menyampaikan hal ini, karena keberhasilan panen di sejumlah negara penghasil gandum.

"Enggak (naik 3 kali lipat), mudah-mudahan nanti kan (harga akan stabil), ini sudah (melimpah suplai gandum di Indonesia)," kata Zulhas dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/8/2022).

Melimpahnya suplai gandum di Indonesia itu akibat keberhasilan panen sejumlah negara penghasil gandum yang menjadi negara asal impor gandum Indonesia.

"Dulu kan gagal panennya seperti Australia, Kanada, Amerika ya, sekarang panennya sukses. Apalagi sekarang Ukraina sudah boleh jual (gandum)," katanya lagi.

Bahkan Zulhas memprediksi harga gandum secara global akan turun pada September 2022.

"Mungkin September (2022) trend-nya akan turun, karena Ukraina sekarang sudah mulai jual, Amerika sekarang sukses (berhasil panen),” papar dia.

Baca juga: Larangan Ekspor Gandum India, Harga Mi Instan hingga Telur Berpotensi Naik

Bos Indofood bantahan harga mi instan akan naik 3x lipat

Hal senada juga diutarakan oleh Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Franciscus Welirang.

Ia membantah kabar harga mi instan akan naik 3 kali lipat akibat efek domino perang Rusia-Ukraina.

Menurutnya, bahan baku pembuatan mi instan tidak hanya terdiri dari komponen tepung terigu saja.

Oleh karenanya, pihaknya mengatakan kenaikan harga gandum tidak akan membuat harga mi instan naik 3 kali lipat.

"Mi instan itu kan bukan hanya terigu, komponen terigunya juga tidak besar-besar amat," ujarnya, dikutip dari Kompas.com Rabu (10/8/2022).

Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Makan Mi Instan? Ini Penjelasan Ahli Gizi


Baca juga: Mengenal Apa Itu Bipang Ambawang dan 4 Makanan Khas Daerah yang Direkomendasikan Jokowi

Ia mencontohkan kenaikan harga sejumlah komoditas yang tidak berpengaruh pada harga jual mi instan produksinya.

"Coba cabai kemarin naik tinggi, emang harga mi ikut naik? Padahal kan ada cabai dalam proses pembuatannya. Terus pas harga minyak goreng naik, mi emang naik kan tidak. Jadi memang enggak begitu berdampaklah," kata dia.

Sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Franciscus menyebut sejauh ini belum ada anggota organisasi itu yang mengeluhkan tersendatnya distribusi gandum.

"Masih aman-aman saja, masih lancar. Belum ada keluhan tuh sampai sekarang," kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, Ukraina menjadi negara importir gandum terbesar Indonesia, yakni sebesar 2,9 juta ton.

Di bawahnya adalah Argentina dengan 2,6 juta ton dan Kanada dengan 2,3 ton.
Sementara total impor gandum Indonesia di tahun itu adalah 10,3 juta ton.

Baca juga: Mengapa Perang Rusia-Ukraina Bisa Memicu Kenaikan Harga Mi Instan?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sejarah Mi Instan

(Sumber: Kompas.com/Elsa Catriana | Editor: Yoga Sukmana)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi