Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai 2023, Johnson & Johnson Akan Jual Bedak Bayi dari Tepung Jagung

Baca di App
Lihat Foto
thinkstockphotos
Ilustrasi bedak bayi.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com – Mulai 2023 nanti, Perusahaan Johnson & Johnson (J&J) akan berhenti menjual bedak bayi berbahan dasar Talc dan akan menjual bedak bayi berbahan dasar tepung jagung.

Penghentian tersebut akan dilakukan secara global setelah sebelumnya selama dua tahun terakhir perusahaan mengakhiri penjualannya di Amerika Serikat dan Kanada.

Dikutip dari laman Al Jazeera, sebagai gantinya perusahaan akan menjual bedak bayi berbahan dasar tepung jagung atau tepung maizena.

"Sebagai bagian dari penilaian portofolio di seluruh dunia, kami telah membuat keputusan komersial untuk beralih ke portofolio bedak bayi berbasis tepung jagung," kata perusahaan Kamis (11/8/2022).

Perusahaan menyebut, bahan dasar tepung jagung sebagai bedak bayi selama ini sudah banyak dijual di negara-negara di seluruh dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Johnson & Johnson Akan Hentikan Penjualan Bedak Bayi Mulai 2023, Apa Alasannya?

Alasan Johnson & Johnson setop jual bedak bayi dari Talc

Perusahaan Johnson & Johnson sejak 2020 telah mengumumkan akan menghentikan penjualan bedak bayi di AS maupun Kanada.

Hal tersebut dilakukan karena permintaan pada bedak bayi terus turun.

Penurunan ini berkaitan dengan isu yang menyebar mengenai adanya kontaminasi asbes yang merupakan karsinogen dalam kandungan bedak J&J.

Meski demikian, perusahaan menyebut, informasi tersebut keliru .

Dikutip dari Washington Post, Talc atau Talcum merupakan bahan yang mengandung mineral seperti magnesium, silicon dan oksigen.

Dalam bentuk alaminya, beberapa Talc mengandung asbes yang menurut American Cancer Society bisa menyebabkan kanker dalam paru-paru jika terhirup.

Adapun persyaratan Industri Barang Pribadi AS telah lama memiliki pedoman yang menerapkan bahwa produk kecantikan tak boleh mengandung asbes yang terdeteksi.

J&J berdalih pengujian ilmiah dan persetujuan peraturan selama beberapa dekade telah menunjukkan bahwa bedaknya aman dan bebas asbes.

Namun, J&J sejauh ini telah banyak mendapat tuntutan hukum akibat hal ini.

Baca juga: Jangan Buang Sisa Bedak Bayi, Bisa Digunakan sebagai Sampo Kering

Beragam tuntutan

Pada 2016, hakim negara bagian Missouri meminta, J&J membayar ganti rugi 72 juta dolar AS atau Rp 1,63 triliun kepada keluarga seorang wanita yang meninggal akibat kanker ovarium.

Wanita yang meninggal tersebut dikaitkan dengan pemakaian produk bedak J&J sebagai produk kewanitaan.

Kemudian pada 2017, hakim AS meminta J&J membayar ganti rugi 417 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,1 triliun kepada seorang wanita yang mengaku menderita kanker ovarium stadium akhir usai memakai produk perusahaan berbasis Talc.

Tuduhan produk bedak Johnson & Johnson yang mengakibatkan kanker telah merebak sejak 2014.

J&J dinilai meremehkan risiko kanker dan penuntut banyak yang meminta kompensasi karena menganggap perusahaan menyembunyikan hal ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi