Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bung Karno Ngotot Proklamasi Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus?

Baca di App
Lihat Foto
Arsip ANRI
Suasana saat pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat) pada 17 Agustus 1945, sehari setelah peristiwa Rengasdengklok.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Presiden Soekarno bersikeras bahwa Kemerdekaan Indonesia harus diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Meskipun ditekan para pemuda hingga "diculik" ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Soekarno tak mau buru-buru mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Lalu apa alasan Soekarno ingin Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada 17 Agustus 1945?

Baca juga: Peristiwa G30S, Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI?

Jepang menyerah pada Sekutu

Pertanyaan kenapa Proklamasi harus tanggal 17 pernah ditanyakan Sukarni, golongan pemuda yang mendatangi Sokarno pada 15 Agustus 1945, sehari sebelum terjadi "penculikan" atau peristiwa Rengasdengklok.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya pada 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang Hirohito memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Keesokan harinya, pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyampaikan langsung keputusan menyerahnya Jepang tanpa syarat terhadap Sekutu melalui radio nasional.

Detik-detik Peristiwa Rengasdengklok

Nah pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 malam, sekelompok pemuda mendatangi Soekarno.

Saat itu Bung Karno sedang bersama Sayuti Melik dan istrinya Trimurti sedang merencanakan rincian strategi Proklamasi.

"Sekarang, Bung. Sekarang, malam ini. Mari kita kobarkan revolusi ang hebat malam ini," kata Khairul Saleh, salah satu pemuda kepada Soekarno.

Menurut Saleh, mereka sudah memiliki pasukan Pembela Tanah Air (Peta), pemuda, dan Barisan Pelopor yang bersenjata lengkap dan bisa mengatasi pasukan Jepang.

"Anggaplah kalian dapat mengobarkan revolusi di Jakarta," jawab Soekarno dikutip dari buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

"Baik. Tapi apa rencana kalian dengan tempat-tempat lain yang jauh dari sini...? Hmmm? Kalian tidak tahu, bukan? Bahkan tak seorang pun berpikir mengenai hal itu, benar tidak? Baik, itu yang aku lakukan," kata Bung Karno.

"Apakah kalian mengira, aku tidak siap sepenuhnya dengan suatu rencana sebelum kalian memberi tahu tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan?" tanya Bung Karno.

Soekarno lalu membeberkan sejumlah taktik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang sudah dipikirkannya.

Pertama-tama proklamasi harus dibacakan secara serentak di tiap daerah.

Kedua, satu pidato yang menggeledek dan membangkitkan semangat untuk berontak dan yang terakhir mengobarkan revolusi.

Baca juga: Ketua PKI DN Aidit: Anak yang Rajin Beribadah dan Pandai Mengaji

 

Kenapa Proklamasi harus tanggal 17?

Soekarno menjelaskan, yang paling penting menurutnya dalam suatu peperangan dan revolusi adalah waktu yang tepat.

Soekarno mengatakan saat di Saigon, Vietnam saat bertemu Jenderal Terauchi Hisaichi dia sudah merencanakan Proklamasi dijalankan tanggal 17.

"Mengapa tanggal 17, tidak lebih baik sekarang saja atau tanggal 16?" tanya Sukarni.

"Aku percaya pada mistik. Aku tidak dapat menerangkan yang masuk akal mengapa tanggal 17 memberikan harapan kepadaku. Tetapi aku merasakan di dalam relung hatiku bahwa dua hari lagi adalah saat yang baik," jawab Soekarno.

"Tujuh belas adalah angka yang suci. Tujuh belas adalah angka keramat. Pertama-tama, kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita berpuasa sampai Lebaran, benar tidak?"

"Ya," kata Sukarni.

"Ini berarti saat yang paling suci, bukan?"

"Ya," jawab Sukarni lagi.

"Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang manis. Jumat suci. Dan hari Jumat tanggal 17. Alquran diturunkan tanggal 17. Orang Islam melakukan sembahyang 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," papar Soekarno.

"Ketika aku pertama kali mendengar berita penyerahan Jepang, aku ber pikir kita harus segera memproklamirkan kemerdekaan. Kemudian aku menyadari, adalah takdir Tuhan bahwa peristiwa ini akan jatuh di hari keramat-Nya. Proklamasi akan berlangsung tanggal 17. Revolusi akan mengikuti setelah itu," jelas Soekarno.

Percakapan itu terjadi pada malam tanggal 15 Agustus 1945. Lalu pada dini hari jelang makan sahur tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno dibawa ke Rengasdengklok.

Kemudian pada 17 Agustus 1945 Soekarno kembali ke Jakarta dan membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi