Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tokoh Proklamasi Kemerdekaan: Sayuti Melik hingga Ki Hadjar (3)

Baca di App
Lihat Foto
Arsip ANRI
Pengibaran bendera merah putih usai pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi Nomor 5, Jakarta Pusat) pada 17 Agustus 1945.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan naskah Proklamasi pada Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB.

Berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat, naskah proklamasi dibacakan oleh Soekarno didampingi Mohammad Hatta.

Selain keduanya, banyak tokoh nasional yang berperan dalam mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Pada seri Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pertama dan kedua, sebanyak 11 tokoh pejuang proklamasi telah dibahas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 6 Tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Soekarno, Hatta hingga Otto Iskandardinata (1)

Kini, seri ketiga akan mengulas enam tokoh nasional lain beserta peran dalam melahirkan kemerdekaan Indonesia.

Tokoh Kemerdekaan Indonesia

Dilansir dari Modul Sejarah Indonesia Merdeka karya Sulaiman Hasan, berikut lima pejuang kemerdekaan Indonesia:

1. Harsono Tjokroaminoto

Lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 24 April 1912, Harsono Tjokroaminoto adalah pejuang dan tokoh politik Indonesia yang bergerak dengan para kaum muda.

Setelah kongres pemuda di Bandung pada 18 Mei 1945, gerakan para pemuda makin politis.

Pada 15 Juni 1945, para pemuda membentuk gerakan sampingan bernama Angkatan Baru. Gerakan ini berperan sebagai kelompok politik ilegal.

Sebagai salah satu pemimpinnya, Harsono mengarahkan gerakan ini menjadi jauh lebih radikal dari gerakan apapun yang pernah mereka lakukan.

Gerakan ini pun menyulut kemarahan Jepang dan membuat Harsono harus meringkuk di markas Kempeitei, angkatan bersenjata Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, Harsono beberapa kali duduk di kursi menteri. Pada 1946, ia menjabat sebagai wakil menteri negara.

Dirinya juga pernah menjadi Menteri Negara Bidang Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara Indonesia, serta Duta Besar Indonesia untuk Swiss pada masa Orde Baru.

Adapun, anak dari HOS Tjokroaminoto ini meninggal dunia pada 22 April 1992.

2. Ki Hajar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara, lahir di Pakualaman (sekarang Yogyakarta), pada 2 Mei 1889.

Ia adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi di masa penjajahan Belanda.

Sebagai pemerhati pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang memberi kesempatan bagi pribumi untuk mengenyam pendidikan layaknya para priyayi dan orang Belanda.

Ia juga salah seorang tokoh yang menghadiri dan turut mengikuti pembacaan proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Ki Hajar Dewantara wafat di Yogyakarta, 26 April 1959 dalam usia 69 tahun.

Atas jasanya terutama di bidang pendidikan, nama Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional kedua oleh Presiden Soekarno pada 28 November 1959. 

Baca juga: Ki Hadjar Dewantara: Kehidupan, Kiprah, dan Semboyannya

 

3. Mas Mansyur

Lahir di Surabaya pada 25 Juni 1896, Kiai Haji Mas Mansyur adalah tokoh Islam dan pahlawan nasional yang turut hadir dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sebelum dan sesudah kemerdekaan, ia kerap kali membangkitkan rasa kebangsaan melalui tulisan-tulisannya.

Ia juga berusaha membuat perubahan sosial-keagamaan, serta persatuan nasional dan persatuan di kalangan umat Islam.

Usai menuntut ilmu di luar negeri, Mas Mansyur segera bergabung dengan Sarekat Islam (SI) yang dipimpin HOS Tjokroaminoto, dan dipercaya sebagai Penasihat Pengurus Besar SI.

Mas Mansyur pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, dan memulai gebrakan politik yang cukup berhasil.

Bersama Hasyim Asy’ari dan Wahab Hasboellah dari Nahdlatul Ulama (NU), Mas Mansyur memprakarsai berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI).

Saat Jepang berkuasa, Man Mansyur termasuk dalam empat tokoh nasional yang sangat diperhitungkan.

Mereka dikenal dengan empat serangkai, terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Mas Mansyur.

Mas Mansyur meninggal dunia di Surabaya, 25 April 1946 saat berusia 49 tahun.

4. Sayuti Melik

Lahir di  Yogyakarta, 25 November 1908, Sayuti Melik merupakan sosok yang berjasa dalam mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Sebelum merdeka, Sayuti Melik sudah aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik.

Dirinya beberapa kali menjadi tahanan dan dibuang oleh Belanda karena kritik tajam yang tertuang dalam tulisan.

Namun, nama Sayuti Melik mencuat usai menyaksikan langsung proses penyusunan naskah Proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.

Tak hanya menyaksikan, Sayuti Melik juga dipercaya untuk mengetik teks Proklamasi yang sebelumnya sudah ditulis tangan oleh Soekarno.

Sayuti meninggal dunia di Jakarta, pada 27 Februari 1989.

 

5. M. Tabrani

Mohammad Tabrani Soerjowitjitro atau populer dipanggil M. Tabrani lahir di Pamekasan,
Madura, 10 Oktober 1904.

Bisa dikatakan, Tabrani adalah wartawan dari angkatan tua sekaligus pelopor pemakaian bahasa Indonesia.

Ia adalah salah satu tokoh perjuangan yang hadir dalam pembacaan teks proklamasi di halaman depan rumah Soekarno.

Sebagai seorang wartawan, dedikasi Tabrani dalam memperjuangkan kemerdekaan di jalur jurnalisme tak dapat diragukan.

Tabrani bekerja untuk koran Hindia Baroe di bawah pimpinan H Agus Salim. Pada 1926, saat usianya masih 22 tahun, Tabrani didapuk menjadi pemimpin Hindia Baroe.

Setelah proklamasi, dia mengelola Suluh Indonesia, surat kabar mingguan milik Partai Nasional Indonesia (PNI).

6. A. G. Pringgodigdo

Abdoel Gaffar Pringgodigdo lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, pada 24 Agustus 1904.

Ia merupakan sarjana hukum dari Universitas Leiden, Belanda, yang turut hadir dalam proklamasi kemerdekaan RI.

Menjelang akhir pendudukan Jepang, Pringgodigdo menjadi anggota Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Tepatnya, ia terpilih menjadi sekretaris pemimpin BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat.

Ia juga menjadi anggota Panitia Lima, dengan ketua Mohammad Hatta dan anggota lain A. A. Maramis, Achmad Subardjo, serta Sunario, yang bertanggung jawab atas perumusan Pancasila.

Tercatat, tokoh nasional yang tutup usia pada 1988 ini pernah menduduki kursi Menteri Kehakiman RI dari Januari 1950 sampai September 1950.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi