Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memaknai "Dua Sayap Burung" dalam Pidato Puan Maharani

Baca di App
Lihat Foto
Repro bidik layar via Instagram
Puan Maharani menghadiri sidang tahunan MPR RI dengan kebaya dari Didiet Maulana dan rias wajah dari Bubah Alfian
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

 

KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani menyinggung peran perempuan saat berpidato di Sidang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Menurutnya, menyertakan perempuan dalam setiap jabatan bukan sebagai kebijakan afirmatif, tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia.

Ia menjelaskan, perempuan Indonesia telah banyak aktif dan mengambil peran yang strategis di segala bidang, termasuk ekonomi dan politik.

Karena itu, ia menyebut peran perempuan kini memiliki derajat yang sama dengan laki-laki.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayap seekor burung," kata Puan dalam pidatonya.

"Jika dua sayapnya sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali," sambungnya.

Baca juga: Momen Puan Ajak Selfie Jokowi, Megawati, dan Maruf Amin Selepas Sidang Tahunan MPR

Indikasi maju Pilpres 2024

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoiru Umam menilai, analogi dua sayap burung itu bisa mengindikasikan bahwa Puan siap maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Menurutnya, pidato politisi PDI-P tentang peran perempuan tersebut juga bisa dipahami sebagai ekspresi keterpanggilan Puan untuk berani tampil di pentas gelanggang politik yang didominasi oleh tradisi patriarkal.

"Jika dipetakan basis kekuatan politik perempuan saat ini, hanya Puan Maharani yang memiliki kapasitas itu," kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (17/8/2022).

Dengan demikian, ia menyebut Puan memegang kendali penuh atas roda mesin politik yang mengantongi bekal 20 persen presidential threshold.

Menurut Umam, PDI-P sebaiknya tidak ragu untuk maju mengusung Puan di 2024 nanti. Pasalnya, tak ada elektabilitas yang dominan hingga saat ini.

"Majunya Puan di Pilpres 2024 bukan hanya sebatas upaya untuk memenuhi kewajiban hadirnya perwakilan pemimpin perempuan, tetapi juga keharusan yang layak diperjuangkan berdasar kalkulasi politik yang rasional," jelas dia.

Baca juga: Puan: Sertakan Perempuan dalam Setiap Jabatan, Bukan Hanya Kebijakan Afirmatif

Tantangan Puan

Ia menjelaskan, tantangan Puan saat ini masih terletak pada elektabilitas yang rendah.

Akan tetapi, elektabilitas bisa dibentuk dan terus diusahakan oleh mesin politik, jaringan relawan yang prima.

Dalam berbagai survei, tak ada tokoh yang memiliki elektabilitas di angka 51 persen. Bahkan, tak ada yang mencapai 30 persen.

"Jika elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai kader PDI-P sendiri tidak berada di kisaran 51 persen yang menjadi ukuran kepastian dalam menentukan kemenangan, lalu mengapa Puan harus mengorbankan basis dukungan dan mesin politik PDI-P kepada Ganjar?" ujarnya.

"Kecuali kalau elektabilitas Ganjar di atas 51 persen dan tidak mungkin dikalahkan oleh kandidat lain, tentu PDI-P harus berpikir ulang untuk mengusung Puan," lanjutnya.

Sebagai satu-satunya partai yang mengantongi bekal 20 persen presidential threshold, Umam mengatakan bahwa PDI-P bisa mencalonkan capres-cawapres sendiri pada Pilpres 2024.

Namun, keputusan tersebut ada pada tangan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI-P.

Sementara itu, orang yang paling dipercaya oleh Megawati saat ini adalah Puan Maharani, karena tidak mungkin mengkhianati ibu kandungnya sendiri.

Baca juga: Puan: Tahun Politik Datang Lebih Awal, Jadi Perbincangan di Media Sosial hingga Warung Kopi

Dinamika internal PDI-P

Kendati demikian, Umam melihat adanya sebagian kelompok internal PDI-P yang merayu Megawati untuk tidak mencalonkan Puan.

Ini didasarkan pada asumsi-asumsi dasar yang diperoleh dari hasil-hasil survei, meski angka elektabilitas masing-masing figur tidak ada yang bisa mendominasi.

Apabila Puan tidak dicalonkan, menurutnya akan ada harga mahal yang harus dibayar PDI-P.

"Jika PDI-P mencalonkan tokoh lain selain Puan dan kemudian calon itu menang, maka belum tentu capres-cawapres terpilih itu akan tunduk dan patuh kepada Megawati," kata dia.

Artinya, seandainya capres PDI-P yang bukan Puan menang, kemungkinan ia berpaling kepada Megawati sangat tinggi.

Untuk itu, Umam menilai bahwa PDI-P harus realistis terkait capres dan cawapres yang diusung pada Pilpres 2024.

Jika partai berlogo banteng itu mencalonkan Puan dan kalah, menurutnya PDI-P masih bisa melakukan lobi politik dengan kekuatan yang ada sehingga tetap bisa ikut menjadi bagian dari pemerintahan.

Apalagi, Puan merupakan pribadi yang rasional dan ia tidak memiliki garis konflik dan permusuhan dengan siapa pun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi