Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Polio Muncul di Amerika dan Inggris, Haruskah Indonesia Waspada?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/CDC
Vaksin polio harus diberikan bertahap semenjak anak usia bayi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Otoritas Kesehatan di Amerika Serikat mengidentifikasi temuan virus polio untuk pertama kalinya di sampel air limbah New York City, Amerika Serikat.

Temuan virus polio tersebut diketahui memiliki strain yang berbeda dari sebelumnya. Pada virus polio ini justru ditemukan pada turunan vaksinnya.

Dilansir dari Reuters, virus itu berasal dari penggunaan vaksin polio oral yang mengandung virus hidup yang dilemahkan.

Setelah anak-anak divaksinasi, mereka mengeluarkan virus di kotoran mereka selama beberapa minggu. Virus tersebut menyebar dan bermutasi kembali ke strain berbahaya dan menyerang komunitas yang kurang vaksinasi.

Temuan ini menjadi kasus polio pertama yang terkonfirmasi di Amerika Serikat, setelah hampir 10 tahun terakhir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain di New York, virus yang identik juga ditemukan di London dan Yerusalem.

Lantas, apa penyebab kemunculan virus polio?

Baca juga: Virus Polio Ditemukan pada Limbah di New York, Ini Gejala yang Bisa Muncul

Rendahnya vaksinasi

Masih dilansir dari sumber yang sama, Pemimpin Polio Global di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dan para ahli sepakat bahwa kemunculan virus polio di New York ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemberian vaksinasi.

Perasaan ragu untuk menerima vaksin polio menjadi masalah yang berkembang sebelum pandemi.

Selain itu, kemunculan Covid-19 juga berdampak pada gangguan pemberian imunisasi rutin dalam satu generasi.

Hal serupa juga disampaikan oleh Epidemiolog asal Griffith University Australia Dicky Budiman.

Menurutnya, perhatian masyarakat terhadap Covid-19 membuat mereka terlena bahwa ada jenis imunisasi lainnya yang juga perlu diterima.

"Selama ini masyarakat dunia terlalu fokus pada Covid-19 dan melupakan program pencegahan yang berbentuk program rutin vaksinasi dan imunisasi," ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (17/8/2022).

Akibatnya, pencegahan penyakit menular melalui imunisasi dan vaksinasi tidak ditangani dengan tepat.

"Anak-anak karena banyak di rumah, program vaksinasinya tidak berjalan dan disitu lah memberi peluang adanya kasus yang tadinya tidak leluasa untuk merebak karena herd imunity, menjadi kembali timbul," tambah dia.

Baca juga: Apakah Covid-19 Berdampak pada Pemberantasan Polio? Ini Kata WHO

Deteksi negara yang tidak seimbang

Selain itu, Dicky juga mengungkapkan bahwa kemunculan virus polio di New York dan London untuk pertama kalinya menunjukkan bahwa kemampuan negara dalam mendeteksi penyakit menular tidak sama.

"Kemampuan negara dalam mendeteksi penyakit menular tidaklah sama. Inilah yang mengakibatkan dunia ini menjadi rawan," kata Dicky.

Hal itu berbanding terbalik dengan interaksi masyarakat dunia yang begitu tinggi sehingga berisiko membawa dan menyebarkan penyakit menular.

Fakta itu, menurut Dicky, menunjukkan bahwa tidak ada negara yang aman dari penyakit menular apabila semua negara tidak menerapkan pengendalian kasus yang memadai dan relatif sama.

Baca juga: Virus Polio Ditemukan pada Limbah Kotoran Manusia, Kok Bisa?

Dampak kolateral Covid-19

Sebelumnya, sejak awal kemunculan Covid-19 dua tahun silam, Dicky sempat mengimbau dampak kolateral yang ditimbulkan dari wabah ini.

"Akibat dari pandemi Covid-19 ini jika penanganannya atau pengendaliannya tidak dilakukan secara komprehesif, tidak tepat, dan cepat akan melahirkan dampak kolateral," jelas dia.

Dampak kolateral itu antara lain adalah kemunculan atau mewabahnya penyakit-penyakit menular yang sebelumnya bisa dikendalikan dengan imunisasi dan vaksinasi.

Penyakit-penyakit menular yang dimaksud yaitu polio, campak, difteri, hingga monkeypox.

Temuan polio di New York, London, dan Yerusalem menjadi catatan penting bagi Indonesia, khususnya pada pemberian vaksinasi penyakit-penyakit menular.

"Kita harus revitalisasi program vaksinasi pada anak dan orang dewasa," ungkap Dicky.

Bahkan, ia menambahkan, beberapa vaksinasi yang dulu kita peroleh pada masa kecil bila perlu ada yang harus di-booster atau diaktivasi untuk menjaga level proteksinya.

Baca juga: Melihat Semangat Ikhwan, Penderita Polio Asal Banyumas Belajar Jadi Content Creator


Sekilas tentang penyakit polio

Polio menjadi momok bagi orang tua di seluruh dunia selama abad ke-20.

Virus ini menyerang anak-anak, terutama balita, tanpa adanya gejala. Namun, di beberapa pasien, virus ini bisa menimbulkan gejala seperti demam dan muntah.

Sekitar satu dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan permanen. Dan di antara pasien tersebut 10 persennya meninggal dunia.

Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Akan tetapi sejak vaksin ditemukan pada 1950-an, virus polio sepenuhnya dapat dicegah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Reuters
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi