KOMPAS.com - Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis yang menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama.
Namun, penyakit kusta juga bisa berpengaruh kepada kulit, mata, hidung, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat.
Penyakit kusta diketahui disebabkan oleh organisme intraseluler obligat Mycobacterium leprae.
Bakteri ini merupakan kuman aerob dengan ciri-ciri, antara lain tidak membentuk spora, berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro
Penyakit ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu kusta kering dan kusta basah. Perbedaan keduanya ada pada penyebab dan gejalanya.
Baca juga: Mengenal Penyakit Kusta, Penyebab, dan Seberapa Parah Bisa Menularkan
Penularan penyakut kusta
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit tertua di dunia. Penyakit ini juga ditemukan di Indonesia.
Penyakit kusta kerap menjadi momok bagi masyarakat karena dianggap mudah menular. Faktanya, penyakit kusta justru tidak menular dengan cepat.
Dilansir dari Hermina Hospital, penyakit kusta sulit menular pada 95 persen orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka dapat melawan bakteri penyebab kusta.
Hanya sekitar 5 persen saja yang bisa tertular kusta. Artinya, dari 100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat karena daya tahan tubuhnya tinggi, 2 orang menjadi sakit dan perlu pengobatan.
Dapat dikatakan bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular yang sebenarnya sulit menular.
Baca juga: Hari Kusta Sedunia: Mengenal Kusta atau Penyakit Hansen dan Gejalanya
Penularan penyakit kusta berpotensi menular jika penderita tidak segera diobati dan melakukan kontak lama dengan orang lain.
Kontak lama itu menjadi media penularan penyakit kusta, yakni dengan cara droplet dalam jangka waktu yang lama.
Bakteri penyebab penyakit kusta mengalami proses perkembangbiakan 2-3 minggu. Bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari di luar tubuh manusia dengan masa inkubasi rata-rata 2 - 5 tahun.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular penyakit kusta, antara lain:
- Kontak erat dan lama dengan penderita kusta
- Tinggal di daerah endemik kusta kondisi yang buruk seperti rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih
- Menderita cacat genetik pada kekebalan tubuh serta menderita gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Penyakit Kusta: Penyebab, Cara Penularan, dan Pengobatannya
Gejala penyakit kusta
Menurut Mayapada Hospital, gejala awal penyakit kusta tidak terlihat jelas. Bahkan, di beberapa kasus gejala kusta baru terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20–30 tahun.
Beberapa gejala kusta di antaranya:
- Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
- Anggota badan merasa kesemutan
- Muncul lesi pucat yang berwarna lebih terang dan hiperpigmentasi di kulit
- Benjolan kemerahan di area kulit
- Kulit tidak berkeringat
- Muncul luka namun tidak terasa sakit
- Terjadi pembesaran saraf di siku dan lutut
- Otot melemah, terutama otot kaki dan tangan
- Kehilangan alis dan bulu mata
- Mata menjadi kering dan jarang mengedip
- Mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung
Adapun gejala lanjutan yang bakal dialami penderita kusta adalah sebagai berikut:
- Mengalami kecacatan, terutama pada bagian mata yaitu kelopak mata tidak bisa menutup sempurna
- Mati rasa pada kaki dan tangan
- Jari yang kaku dan memendek, bahkan hingga putus.
Baca juga: Apa Itu Empty Sella Syndrome, Penyakit yang Diidap Ruben Onsu?
Pengobatan penyakit kusta
Penyakit kusta kerap dianggap sebagai penyakit kutukan dan sulit disembuhkan. Faktanya, penyakit ini tidak bisa ditularkan secara genetik dan dapat disembuhkan.
Masih dilansir dari sumber yang sama, pengobatan penyakit kusta dapat dilakukan dengan cara memutus mata rantai penularan.
Metode pengobatan utama penyakit kusta adalah dengan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun.
Baca juga: INFOGRAFIK: 4 Mitos Kusta yang Jangan Lagi Dipercaya
Obat untuk menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam Blister yang disebut MDT (Multi Drug Therapy) atau pengobatan lebih dari 1 macam obat.
Kombinasi obat dalam Blister MDT tergantung dari jenis penyakit kusta yang dialami.
Bagi penderita penyakit kusta tipe kering, obat harus dikonsumsi selama 6 bulan (6 Blister).
Sementara bagi penderita penyakit kusta jenis basah, obat wajib diminum selama 12 bulan (12 Blister) dan teratur.
Baca juga: Mengenal Basic Skincare dan Urutan Pemakaiannya agar Kulit Sehat