KOMPAS.com - Lagu "Joko Tingkir Ngombe Dawet" tengah menjadi sorotan masyarakat Indonesia.
Memiliki nada yang enak didengar dan lirik yang mudah dihafal, lagu ini pun viral di berbagai media sosial, terutama TikTok.
Di sisi lain, seperti dilansir Kompas.com (17/8/2022), sebagian masyarakat menganggap lagu koplo ini memiliki lirik yang tak pantas.
Sekilas, lirik lagu seperti pantun berisi tentang tak perlu memikirkan hal yang membuat pusing dan tetaplah bekerja.
Namun, penggunaan nama "Joko Tingkir" dalam judul maupun lirik lagu inilah yang dianggap bermasalah.
Pasalnya, Joko Tingkir dianggap sebagai legenda dan sosok berjasa di Pulau Jawa.
Baca juga: Siapa Penyanyi Asli Joko Tingkir Ngombe Dawet?
Lantas, siapakah Joko Tingkir?
Pendiri Kerajaan Pajang
Joko Tingkir atau Jaka Tingkir adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang berkuasa antara 1568-1582 M.
Dikutip dari Kompas.com (9/8/2021), Joko Tingkir lahir dari pasangan Ki Ageng Butuh (Raden Kebo Kenanga) dan Roro Alit, putri Sunan Lawu.
Menilik garis silsilah ibunda, Sunan Lawu adalah putra dari Prabu Brawijaya V, maharaja terakhir Majapahit.
Jaka Tingkir juga dikenal memiliki nama panggilan saat kecil yaitu Raden Mas Karebet.
Adapun tercatat, Joko Tingkir pernah mengabdi di kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yakni Kerajaan Demak.
Saat mengabdi, ia diangkat menjadi kepala prajurit Kerajaan Demak oleh Sultan Trenggono, penguasa kala itu.
Atas jasa-jasanya, Jaka Tingkir kemudian diangkat sebagai Adipati Pajang dengan gelar Adipati Adiwijaya dan dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono, Ratu Mas Cempaka.
Baca juga: Jaka Tingkir, Pendiri dan Raja Terhebat Kerajaan Pajang
Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami pergolakan akibat perebutan kekuasaan.
Namun, kekacauan berhasil diakhiri setelah Joko Tingkir menyingkirkan Arya Penangsang, keponakan Sultan Trenggono yang membunuh Sunan Prawoto, penerus tahta Kerajaan Demak.
Joko Tingkir pun secara otomatis menjadi pewaris tahta Kerajaan Demak dan memindahkan pusat kota kerajaan ke Pajang, yang terletak di perbatasan Kota Surakarta dan Kartasura.
Sejak saat itu, Kerajaan Demak sebagai kerajaan maritim pun dianggap runtuh dan dilanjutkan dengan Kerajaan Pajang.
Memerintah mulai 1568 M dengan gelar Sultan Hadiwijaya, Joko Tingkir berhasil mengantarkan Kerajaan Pajang menuju puncak kejayaan.
Pajang yang terletak di pedalaman pun sukses menjadi kerajaan agraris dengan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian.
Bahkan, selama masa kepemimpinan Joko Tingkir, wilayah Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri.
Baca juga: Kerajaan Pajang: Pendiri, Raja-raja, Kemunduran, dan Peninggalan
Akhir hayat Joko Tingkir
Terdapat beberapa versi penyebab meninggalnya Joko Tingkir.
Salah satunya, Joko Tingkir dikabarkan sakit dan meninggal dunia usai pertempuran Pajang dengan Mataram Islam pada 1582 M.
Namun, dilansir dari Kompas.com (5/2/2022), ada yang menyebut bahwa Joko Tingkir mengundurkan diri dari tahta Kerajaan Pajang pada 1582 M.
Selepas turun tahta, Joko Tingkir menyepi di Dukuh Butuh, Plupuh, mengikuti jejak orang tuanya. Hari-harinya dihabiskan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Saat meninggal, ia dimakamkan bersama orang tua dan istrinya di Makam Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Hingga kini, makam Joko Tingkir masih dirawat dan pernah beberapa kali dilakukan pemugaran, terutama pada masa Pakubuwono X.
Baca juga: Perkembangan Kerajaan Pajang dan Mataram
(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Widya Lestari Ningsih; Puspasari Setyaningrum)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.