Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Drama" Ferdy Sambo dan Sosok Hoegeng yang Dirindukan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS
Polisi Jujur Bernama Hoegeng
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Selama lebih dari satu bulan terakhir, publik dihebohkan dengan "drama" kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Drama itu diduga "disutradarai" langsung oleh mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Irjen Pol Ferdy Sambo yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Bukan tanpa alasan penyebutan kasus kematian Brigadir J ini sebagai sebuah drama.

Pasalnya, Sambo mengarang cerita seakan kasus ini bermula dari pelecehan seksual yang dialami oleh istrinya, Putri Candrawathi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jadi Tersangka, Mengapa Ferdy Sambo Tak Kunjung Dipecat dari Polri?

Dalam drama itu, Brigadir J diceritakan meninggal dunia setelah sempat adu tembak dengan Bharada Richard Eliezir Pudihang Lumiu atau Bharada E.

Skenario Sambo ini pun akhirnya terungkap setelah Bharada E mengaku dan siap menjadi justice collaborator.

Tak tanggung-tanggung, lebih dari 80 personel polisi diduga turut berperan dalam kesuksesan drama ini. Mereka kini tengah diperiksa untuk melihat sejauh mana keterlibatannya.

Baca juga: Daftar Polisi yang Terseret Pusaran Kasus Ferdy Sambo


Drama pembunuhan yang melibatkan petinggi Polri ini semakin memperburuk citra kepolisan, di tengah banyaknya sorotan publik.

Padahal, institusi penegak hukum itu dalam sejarahnya memiliki sosok teladan yang selalu dikenang sepanjang zaman.

Sosok teladan itu adalah Jenderal Hoegeng Imam Santoso yang dikenal jujur, berintegritas, dan sederhana.

Baca juga: 3 Jenderal Polisi Dicopot dari Jabatan akibat Kasus Kematian Brigadir J, Termasuk Irjen Ferdy Sambo

Rindu Hoegeng

Hoegeng menjabat sebagai Kapolri pada 1968-1971, periode tersingkat dalam sepanjang sejarah kepolisian Indonesia.

Sebelum menjadi Kapolri, Hoegeng tercatat pernah menempati sejumlah pos jabatan, baik di tubuh kepolisian maupun pemerintah.

Satu di antara jabatan yang pernah diberikan kepadanya adalah Kepala Reskrim di Sumatera Utara.

Bagi seorang polisi, daerah ini merupakan sebuah batu ujian karena terkenal dengan penyelundupan.

Baca juga: Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur yang Disebut Gus Dur dalam Humornya

Asvi Warman Adam dalam artikelnya "Hoegeng, Polisi Teladan" yang dimuat di Harian Kompas, 1 Juli 2004 menceritakan, kehadiran Hoegeng di daerah itu disambut dengan unik.

Rumah pribadi dan mobil telah disediakan beberapa cukong judi. Tapi ia menolaknya dan memilih tinggal di hotel sebelum mendapat rumah dinas.

Tak berhenti di situ, rumah dinas itu lalu dipenuhi dengan perabot oleh tukang suap.

Perabot tersebut kemudian dikeluarkan secara paksa oleh Hoegeng dari rumahnya dan ditaruh di pinggir jalan.

Saat itu, Kota Medan dibuat gempar oleh sikap ketegasan dan kejujuran Hoegeng.

Baca juga: Mengenang 100 Tahun Jenderal Hoegeng


Mencegah konflik kepentingan

Ketika menjabat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi, kejujuran dan kehati-hatiannya pun juga banyak dikenang.

Chris Siner Key Timu dalam artikel "Pak Hoegeng dalam Kenangan" yang dimuat di Harian Kompas, 15 Juli 2004 menceritakan, Hoegeng meminta istrinya, Merry untuk menutup toko kembang.

Ketika istrinya menanyakan hubungan antara jabatan Dirjen Imigrasi dan toko kembang, Hoegeng menjawab singkat.

"Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang Ibu Merry dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," tulis Chris.

Ibu Merry pun memahami dan menutup toko kembangnya.

Tak hanya itu saja, Hoegeng juga menolak pemberian mobil dinas dari Sekretarit Negara. Alasannya, ia telah memiliki mobil jip dinas dari kepolisian.

Semasa menjadi Menteri Iuran Negara, Hoegeng juga menolak proposal dari seorang kontraktor untuk merenovasi rumah tinggalnya yang dinilainya tidak layak.

Baca juga: Profil 3 Polisi Penerima Hoegeng Awards 2022

Figur sederhana

Soal kesedarhanaan, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengenangnya dalam sebuah acara peringatan 100 tahun kelahiran Hoegeng tahun lalu.

Dalam kesempatan itu, Megawati menyebut Hoegeng adalah Kapolri terbaik sejak Indonesia merdeka. Baginya, Hoegeng adalah sosok Kapolri yang sangat merakyat.

Semasa kuliah di Universitas Indonesia (UI), cerita Megawati, ia pernah bersimpangan dengan Hoegeng saat menuju kampusnya.

Saat itu, Hoegeng sedang bersepeda, sementara Megawati menaiki mobil.

"Jadi, kami minggir dulu. Saya tanya, Om, mau ke mana? (Dijawab) Mau ke kantor. Malu-maluin, masak Kapolri naik sepeda. (Dijawab) Ya biar saja, ini, kan, sekalian olahraga," ujar Megawati, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 8 November 2021.

Baca juga: KPK Sebut Dugaan Percobaan Penyuapan Ferdy Sambo ke LPSK Harus Penuhi 3 Syarat

Ungkap kasus besar yang melibatkan Polri

Salah satu contoh nyata bahwa Hoegeng tak pandang bulu dalam menindak kriminalitas adalah pengungkapan kasus penyelundupan mobil mewah terbesar yang dilakukan oleh pengusaha Robby Tjahyadi, perwira polisi dan militer.

Mobil-mobil itu dimasukkan dengan perlindungan tentara. Dilaporkan bahwa istri Presiden Soeharto, Bu Tien juga terlibat di dalamnya.

Pada awal 1970-an, penyelundupan telah menjadi masalah yang pelik karena melibatkan aparat berwenang, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 1 Juli 2010.

Baca juga: Soal Selundupan Harley Davidson, Kerugian hingga Pencopotan Dirut Garuda...

Namun, Hoegeng mengumumkan keberhasilannya dalam membekuk penyelundupan mobil mewah melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada 1971.

Pembongkar mafia penyelundupan itulah yang diisukan menjadi alasan pemberhentian Hoegeng dari jabatan Kapolri oleh Presiden Soeharto.

Soeharto beralasan, pemberhentian Hoegeng tersebut adalah untuk regenerasi.

Selepas itu, Hoegang sebenarnya ditawari menjadi Duta Besar oleh Soeharto, tapi ia menolaknya.

Baca juga: 3 Jenderal Polisi Dicopot dari Jabatan akibat Kasus Kematian Brigadir J, Termasuk Irjen Ferdy Sambo


KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Polisi Jujur Bernama Hoegeng

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi