Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet, dan HIV Bersamaan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/FunKey Factory
Ilustrasi pasien virus corona, pasien Covid-19
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Seorang pria Italia berusia 36 tahun diketahui positif terinfeksi cacar monyet (monkeypox), Covid-19, dan (Human Immunodeficiency virus) HIV pada saat yang bersamaan.

Ketiga infeksi itu baru diketahui saat pasien itu melakukan perjalanan ke Spanyol.

Dari temuan tersebut, pria Italia itu menjadi pasien pertama yang terinfeksi tiga penyakit "berat" sekaligus.

Baca juga: Gejala Cacar Monyet dari Hari ke Hari yang Perlu Diwaspadai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala yang dialami pasien

Dilansir dari BNO News, Selasa (23/8/2022), para peneliti mengungkapkan bahwa pria tersebut mengalami demam, sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala, dan peradangan pada daerah selangkangan.

Sejumlah gejala itu dialaminya sekitar 9 hari setelah kembali dari perjalanan 5 hari ke Spanyol pada Juni 2022.

Diketahui, pria tersebut berhubungan badan dengan seseorang di Spanyol tanpa menggunakan kondom.

Menurut laporan kasus yang diterbitkan dalam Journal of Infection, pria itu dites positif terkena virus corona 3 hari setelah gejala muncul.

Pria itu juga sempat menderita Covid-19 pada Januari 2022 yang datang hanya beberapa minggu setelah divaksinasi.

Dalam beberapa jam setelah dites positif terkena virus corona, ruam muncul di lengan kirinya, dan lepuh menyebar ke seluruh tubuhnya selama beberapa hari berikutnya.

Hal inilah yang mendorongnya untuk pergi ke ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit di Catania, sebuah kota di pantai timur Sisilia.

Baca juga: Cara Penularan Cacar Monyet dan Gejalanya


Menderita sifilis

Dikutip dari News Medical, Selasa (23/8/2022), dalam laporan medis rumah sakit, pria itu menyebutkan menderita sifilis pada 2019.

Pada 2021, dia dites infeksi HIV, tetapi laporannya negatif. Dia juga menyebutkan dirawat dengan carbamazepine karena gangguan bipolar.

Ia didiagnosis Covid-19 pada Januari 2022. Terkait vaksinasi, ia melaporkan menerima dua dosis vaksin mRNA Covid-19 (Pfizer) pada Desember 2021.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan bintik-bintik dan lesi kulit di berbagai bagian tubuh, termasuk daerah perianal.

Pembesaran sederhana dari hati dan limpa dan pembesaran kelenjar getah bening yang menyakitkan pun terlihat.

Pemeriksaan biokimia menunjukkan peningkatan protein C-reaktif (CRP) dan kadar fibrinogen dan waktu protrombin yang tinggi. Rontgen dada mengungkapkan hipodiafani parenkim.

Spesimen biologis dikumpulkan dari lesi kulit dan saluran pernapasannya dan dilakukan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR).

Laporan tersebut mengkonfirmasi adanya infeksi monkeypox. Ia juga dinyatakan positif HIV. Urutan genom SARS-CoV-2 mengkonfirmasi bahwa ia terinfeksi dengan sub-varian omicron BA.5.1.

Hasil tes HIV menunjukkan viral load yang tinggi (234.000 kopi/mL) dan jumlah CD4 yang diawetkan, bersama dengan tes negatif kurang dari setahun yang lalu, menunjukkan bahwa pria itu baru saja terinfeksi HIV.

Hasilnya dia dirawat dengan 500 mg sotrovimab intravena.

Gejala cacar monyet bertumpuk dengan gejala Covid-19

Pada hari kelima pasca masuk rumah sakit, hampir semua gejala sembuh, meskipun ia tetap positif SARS-CoV-2 dan virus cacar monyet.

Meski begitu, pada tubuh pasien masih tersisa bekas luka kecil akibat dari gejala cacar monyet.

Namun, dia keluar dari rumah sakit dan disarankan untuk mengisolasi dirinya di rumah.

Setelah delapan hari setelah keluar, ia mengunjungi rumah sakit untuk melakukan tes baru untuk infeksi cacar monyet, yang menghasilkan hasil positif virus.

Pengobatan untuk infeksi HIV-nya dimulai dengan kombinasi rangkap tiga dolutegravir, abacavir, dan lamivudine.

 

Dari kasus ini, para peneliti dari University of Catania mengatakan, temuan ini menunjukkan mengenai bagaimana gejala cacar monyet dan Covid-19 bisa tumpang tindih atau berbarengan terjadi.

Kondisi tersebut menguatkan bagaimana dalam kasus koinfeksi (infeksi berulang), pengumpulan anamnestik, adn kebiasaan seksual sangat penting untuk melakukan diagnosis dengan benar.

“Untuk dicatat, swab orofaringeal monkeypox masih positif setelah 20 hari, menunjukkan bahwa orang-orang ini mungkin masih menular selama beberapa hari setelah remisi klinis,” kata laporan itu.

“Akibatnya, dokter harus mendorong tindakan pencegahan yang tepat.”

Para peneliti menambahkan, karena ini adalah satu-satunya kasus virus monkeypox yang dilaporkan, SARS-CoV-2 dan koinfeksi HIV, masih belum cukup bukti yang mendukung bahwa kombinasi ini dapat memperburuk kondisi pasien.

"Mengingat pandemi SARS-CoV-2 saat ini dan peningkatan kasus cacar monyet setiap hari, sistem perawatan kesehatan harus mewaspadai kemungkinan ini," sambung penjelasan itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi