KOMPAS.com - Harga telur ayam di sejumlah wilayah mengalami kenaikan lebih dari Rp 30.000 per kilogram (kg).
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) AAlvino Antonio menyebutkan jika kenaikan harga telur ayam saat ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
"Iya benar, ini paling tinggi (harga telur) dalam sejarah. Tembus Rp 30.000-an di pasar," kata Alvino dikutip dari Kompas.com, Selasa (23/8/2022).
Alvino memberi keterangan bahwa kenaikan harga telur ayam telah terjadi sejak dua pekan yang lalu.
Baca juga: Harga Telur Anjlok di Pasaran, Apa Penyebabnya?
Adapun harga telur ayam di tingkat peternak telur per 8 Agutus 2022 di kisaran Rp 23.300-Rp 23.900.
Kemudian mengalami kenaikan di kisaran Rp 24.500-Rp 24.900 per 9 Agustus 2022 dan sehari setelanya kembali naik di harga Rp 26.000-Rp 26.700 per kg.
Sementara pada 20 Agustus 2022, harga telur ayam di peternak kembali naik hingga Rp 27.300-Rp 28.800.
"Ini baru di harga kandang atau peternak telur, di pasar tentu naik lagi," katanya lagi.
Baca juga: Bahaya Mencuci Telur Sebelum Disimpan, Sudah Tahu?
Penyebab kenaikan telur versi Mendag
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menjelaskan jika kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh adanya Bantuan Sosial (Bansos).
Permintaan telur ayam dari Kementerian Sosial untuk keperluan Bansos membuat demand akan telur ayam tinggi, sehingga berpengaruh pada kenaikan harga.
"Kemensos juga untuk keperluan bansos dirapel 3 bulan dan bantuannya itu dari bentuk telur. Telur kalau (stok) kurang dikit harga jadi naik," jelas Zulhas dikutip dari Kompas.com, Jumat (26/8/2022).
Lebih lanjut, Zulhas mengaku sejak ia menjadi Mendag pada Juni 2022 harga telur ayam sudah sangat tinggi, hingga mencapai Rp 32.000 per kg.
Baca juga: Video Viral Ada Telur di Dalam Telur, Ini Penjelasan Ahli
Namun harga telur ayam tersebut kemudian berangsur turun menjadi Rp 26.000 per kg.
Harga telur ayam yang turun jauh lantas membuat para pengusaha besar melakukan afkir dini atau memotong induk petelur agar tidak bertelur lagi.
"Harga turun jauh sekali menjadi Rp 26.000 buat beberapa pengusaha ini tidak rugi memang, tapi ini tidak layak. Makanya beberapa ini pengusaha besar juga melakukan afkir dini," ungkap Zulhas.
Baca juga: 4 Cara Menyimpan Telur Lebih Awet Tanpa Menggunakan Kulkas
Harga bahan pakan ternak
Berbeda dengan Zulhas, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan jika kenaikan harga telur ayam disebabkan kenaikan harga pakan ternak.
"Penyebab kenaikan harga telur lebih terindikasi karena harga pakan ternak yang naik, baik jagung maupun gandum," kata Bhima kepada Kompas.com, Jumat (26/8/2022).
Bhima menjelaskan bahwa harga jagung di pasar internasional telah melonjak 19 persen dibandingakan pada 2021.
Sementara distribusi gandum di dunia masih terkendala kurangnnya pasokan dari Ukraina karena adanya perang dengan Rusia.
"Delay pengiriman dan mahalnya harga bahan baku pakan ternak berimbas ke peternak telur," katanya lagi.
Baca juga: Fakta-fakta Ayam Cemani, Disebut Ayam Lamborghini
Dapat menyebabkan inflasi
Menurut Bhima, pemerintah harus mewaspadai kenaikan harga telur ayam, karena dapat mendorong tingkat inflasi harga bahan pangan menjadi lebih tinggi.
"Inflasi bahan pangan per Juli sudah hampir menyentuh 11 persen secara tahunan," ucap Bhima.
"Di saat yang bersamaan pemerintah sedang mewacanakan penyesuaian harga BBM subsidi maka inflasi secara umum bisa mencapai 7 persen, karena bahan bakar angkutan pangan ikut naik," tambahnya.
Oleh sebab itu, Bhima menyarankan pemerintah untuk memastikan tidak ada spekulan yang memanfaatkan situasi kenaikan harga telur ayam.
Selain itu, rantai pasok telur ayam dari peternak hingga ke tangan konsumen jupa perlu dilakukan pengawasan.
"Libatkan satgas pangan secara intens di daerah untuk bantu pengawasan tata niaga telur," jelas Bhima.
Baca juga: Menilik Tren Memelihara Ayam di Silicon Valley...
Meningkatkan kemiskinan
Bhima berpendapat bahwa kenaikan harga telur dapat membuat tingkat kemiskinan bertambah.
"Kemungkinan besar kekhawatiran soal harga telur lebih berkaitan dengan risiko bahan pangan penyumbang garis kemiskinan yang kontribusinya masuk 5 besar," kata Bhima.
Sumbangan telur ayam dalam garis kemiskinan bahkan mencapai 4,12 persen di perkotaan lebih tinggi dari mi instan dan bawang merah.
Oleh sebab itu, ketika harga telur mengalami kenaikan, maka garis kemiskinan akan lebih cepat naik.
"Membuat kategori orang miskin baru semakin meningkat," tutur Bhima.
Baca juga: Viral, Video Pria Ancam Polisi yang Akan Bubarkan Judi Sabung Ayam di Toraja Utara
(Sumber: Kompas.com/Elsa Catriana | Editor: Aprillia Ika, Akhdi Martin Pratama)