Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Eko Prawoto, Arsitek yang Berselaras dengan Alam

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Podcast Beginu
Eko Prawoto adalah arsitek yang kerap berselaras dengan alam.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Tinggal di kota menjanjikan banyak sekali kemudahan. Tak terkecuali akses penunjang kehidupan yang layak.

Namun, hiruk-pikuk kota kerap membuat stres dan lelah para penduduknya. Tidak jarang, sebagian penduduknya mengasingkan diri. Mereka mencari ketenangan dan kebahagiaan yang jauh dari kehidupan kota, contohnya desa.

Walaupun harus meninggalkan pekerjaan dan kehidupan yang serba mudah, tinggal di desa memberikan banyak sekali keuntungan. Misalnya, kualitas sumber daya alam yang masih terjaga dan kehidupan yang tidak terlalu cepat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah seorang yang memutuskan untuk tinggal di desa adalah Eko Agus Prawoto, seorang seniman sekaligus arsitek aliran kontemporer.

Alih-alih tinggal di perkotaan yang menyediakan banyak kesahajaan bagi profesinya, ia justru membaur dan membaktikan hidup sejalan dengan putaran nadi pedesaan.

Melalui episode siniar (podcast) Beginu bertajuk “Tinggal di Desa Belajar Selaras dengan Alam”, Eko berbincang-bincang bersama Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi KOMPAS.com, tentang alasan dirinya memutuskan untuk tinggal di desa serta makna aliran seninya yang sarat dengan lokalitas Nusantara.

Sebagai informasi, Eko Prawoto adalah seorang arsitek lulusan Universitas Gadjah Mada angkatan 1977. Kemudian, pada tahun 1985, dia mengawali kariernya sebagai dosen dengan merintis pendirian jurusan Arsitektur di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Tidak pernah berhenti di dunia akademik, Eko kemudian melanjutkan studinya sebagai master di The Berlage Institute Amsterdam hingga tahun 1993. Selang tujuh tahun setelah kelulusannya, ia lalu mendirikan Eko Prawoto Architecture Workshop pada tahun 2000.

Baca juga: Kebiasaan Penting yang Sudah Diajarkan sejak Sekolah

Dalam berkarya, dilansir dari Archinesia, sebuah Bookgazine arsitektur Asia Tenggara, Eko bereksplorasi menggunakan material lokal dan bekas. Dari material tersebut, ia melahirkan karya-karya penting, antara lain Gereja Kristen Indonesia Sokaraja, Cemeti Art House, Butet Kertaraja House, dan Via-via Cafe.

Karya Eko diapresiasi oleh banyak media, baik nasional maupun internasional. Bahkan, Taipei Times, media cetak berbahasa Inggris asal Taiwan, pernah secara khusus meliput Eko dan proyek sosialnya yang berada di Ngibikan, Yogyakarta.

Berlanjut ke perbincangan bersama Wisnu, Eko pertama-tama mengungkapkan alasannya memilih Yogyakarta sebagai tempat tinggal, “Sebenarnya kebetulan, ketika itu kami (Eko bersama keluarga) tinggal di pinggiran kota Yogyakarta itu sudah 30 tahun kira-kira, sejak ‘88. Dulu itu di pinggir sawah.”

“Tiba-tiba sekarang sudah jadi penuh perumahan yang padat. Istri saya merasa, ‘Kok kurang nyaman lagi, ya’,” tambah Eko.

Berangkat dari keresahan tersebut, Eko beserta istrinya lalu memutuskan untuk pindah ke pinggiran kota yang lebih sepi dan murah. Pada akhirnya, pilihan jatuh pada sebuah desa di daerah utara Yogyakarta.

Baca juga: Pentingnya Memiliki Sifat Asertif dalam Dunia Kerja

Di sana, Eko mendirikan rumah yang sarat dengan gaya arsitektur miliknya. Ia pun mengaku, “Desa lebih rileks, karena (bisa dilihat dari) orang desa lebih fisiknya lebih sehat. Karena kerja fisik, ndak usah disuruh berjemur karena setiap hari sudah berjemur di sawah.”

Sambil bercanda, Eko menambahkan, “Segala anjuran kesehatan sudah dilakukan, menjaga kondisi. Hati senang dan banyak olahraga sudah dilakukan semuanya (ketika di desa).”

Dari segala ketenangan ini, Eko kemudian membaur dan membaktikan hidupnya sejalan dengan profesi dan desa yang ditempatinya.

Bagi kamu yang masih penasaran dengan kisah hidup Eko, dengarkan episode siniar Beginu bertajuk “Tinggal di Desa Belajar Selaras dengan Alam” di Spotify.

Beginu merupakan siniar yang dipandu oleh Wisnu Nugroho, seorang jurnalis, penulis, sekaligus Pemimpin Redaksi Kompas.com. Di sana, ia membahas pergumulan, paradoks, pengalaman berkesadaran dalam hidup bersosok manusia.

Dengarkan Beginu di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/beginu_eko1.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi