Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Pakistan Renggut Ribuan Korban Jiwa, Mengapa Bisa Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/MOHAMMAD SAJJAD
Seorang anak laki-laki berdiam diri di dalam kios yang mengapung di atas banjir Pakistan di Peshawar, Sabtu (27/8/2022). Menurut pemerintah, banjir di Pakistan dipicu hujan muson lebat di seluruh negara, menewaskan hampir 1.000 orang dan membuat ribuan warga mengungsi sejak pertengahan Juni.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com – Pakistan dilanda banjir bandang yang mengerikan dan tak berkesudahan.

Akibat banjir yang terjadi, pada 26 Agustus 2022, Pakistan mengumumkan keadaan darurat nasional setelah hampir 1.000 orang tewas dalam peristiwa terhitung sejak Juni 2022.

Dikutip dari AlJazeera, Setidaknya ada lebih dari 30 juta orang terkena dampak dari banjir yang tejadi di negara yang termasuk kawasan Asia Selatan ini.

Mengapa banjir Pakistan bisa terjadi? Apa penyebabnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Korban Banjir Pakistan: Kami Butuh Obat dan Tolong Bangun Kembali Jembatan

Krisis iklim

Dikutip dari IndianaExpress, banjir yang terjadi di Pakistan terjadi akibat musim hujan yang sangat basah pada tahun ini.

Negara ini tengah mengalami musim muson atau musim hujan dengan waktu yang lebih pendek dari India.

Musim muson resmi di Pakistan dimulai pada 1 Juli hingga September. Hujan aktif berlangsung satu setengah bulan pada Juli hingga Agustus.

Sejauh ini, pada musim ini, Pakistan telah menerima 354,3 mm curah hujan.

Jumlah tersebut lebih dari tiga kali lipat curah hujan biasanya, yakni 113,7 mm.

Dikutip dari TheGuardian, krisis iklim adalah penyebab utama dari banjir besar yang menghancurkan Pakistan.

Namun kombinasi berbagai faktor seperti kerentanan kemiskinan, banyaknya lereng pegunungan yang curam, hancurnya tanggul dan bendungan serta variasi iklim alami adalah penyebab mengapa banjir Pakistan menjadi mematikan.

“Kami menyaksikan banjir terburuk dalam sejarah negara ini,” kata seorang analis iklim Islamabad Dr. Fahad Saeed.

Penyebab yang jelas dari banjir menurutnya adalah curah hujan yang sangat tinggi.

“Pakistan belum pernah melihat siklus monsun (hujan) yang tak terputus seperti ini,” kata Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman.

Ia mengatakan selama delapan minggu hujan terus turun mengakibatkan banjir di semua sisi.

Baca juga: Korban Banjir Pakistan Minta Tolong, Harus Naik Gunung 10 Jam untuk ke Kota

Memakan banyak korban

Profesor risiko iklim University of Reading Inggis mengatakan, ada sejumlah faktor penting yang menyebabkan tingginya angka kematian dari banjir Pakistan.

Salah satunya adalah hancurnya tanggul sungai akibat tak mampu menampung air yang mengalir cepat dari lereng yang curam.

Menurutnya, banyak orang mengira bahwa volume air yang akan muncul tak begitu besar dari banjir-banjir sebelumnya. Mereka tak mempersiapkan diri.

Apalagi deforestasi  juga meningkatkan kecepatan limpasan hujan di beberapa tempat.

“Siklus iklim alami yang didorong oleh variasi suhu dan angin di Pasifik mungkin juga telah menambah banjir Pakistan,” kata Ahli meteorologi Scott Duncan.

Selain itu El Nino–Southern Oscillation (Enso) yang berada dalam fase La Nina menurutnya juga mempengaruhi.

“La Nina berperilaku sangat kuat dalam beberapa metrik dan merupakan faktor signifikan untuk meningkatkan hujan monsun menurut saya,” katanya.

Ia menilai, pemanasan global mempengaruhi Enso yang membuatnya berperilaku tak seperti biasanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi