Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter RSUD Majalengka
Bergabung sejak: 3 Jul 2022

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Rasa Aman adalah Pencegahan Penularan HIV/AIDS Sesungguhnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
Editor: Egidius Patnistik

BEBERAPA waktu lalu, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengeluarkan pernyataan mengejutkan. UU mengusulkan poligami sebagai cara untuk mencegah meningkatnya penularan HIV/AIDS.

Menurut Uu, dorongan seksual yang tidak terkendalilah yang mengakibatkan prilaku seks bebas. Pandangan beliau disetujui sejumlah pihak. Namun banyak juga yang mengecamnya. Belakangan Uu memimintaa maaf atas usulannya itu.

Baca juga: Panen Kritikan Wagub Jabar soal Solusi Poligami Atasi HIV/AIDS

Pandangan yang cenderung menyalahkan dorongan seksual yang tidak terkendali, apalagi dengan banyaknya tayangan yang mengundang birahi dalam berbagai media sehingga semakin mendorong kuat rangsang birahi, sering saya dapatkan saat bertugas di puskesmas.

Setiap tahun puskesmas,  saya memperoleh tugas untuk memberikan pembekalan pranikah. Sebagai kepala puskesmas, tugas itu menjadi kewajiban saya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari kegiatan tersebut diperoleh informasi beragam, terutama tentang pernikahan dini. Di daerah, angka pernikahan dini masih banyak ditemukan.

Hal itu sangat memprihatinkan, apalagi dari sudut kesehatan reproduksi. Pernikahan dini merupakan faktor penyulit bagi kesehatan ibu hamil. Anatomi panggul yang belum sempurna jadi penyebab kesulitan melahirkan. Belum lagi bicara faktor psikologis yang cenderung belum siap.

Beragam alasan dikemukakan pelaku pernikahan dini. Yang terbanyak adalah masalah ekonomi dan moralitas. Banyak orangtua yang khawatir anaknya terjerumus pergaulan seks bebas. Akibatnya, hamil di luar nikah dan menjadi aib buat keluarga.

Alasan ini hampir sama dengan yang dikemukakan Wakil Gubernur Jawa Barat itu. Dorongan seksual yang tidak terkendali. Padahal menurut hemat saya, tidak ada jaminan setelah menikah praktik seks bebas hilang.

Baca juga: Benarkah Poligami Bisa Menekan Penyebaran Penyakit HIV/AIDS?

Begitupun dengan poligami, tidak ada jaminan pelaku poligami tidak akan melakukan seks di luar nikah. Dalam setiap pembekalan, saya berusaha agar para calon pengantin, memahami fungsi seks.

Pendidikan seks

Biasanya saya menolak judul kesehatan reproduksi, seperti arahan kemenkes. Saya lebih suka memberikan judul pendidikan seks, tema yang sebelumnya pernah digunakan.

Meskipun istilah seks seringkali dikonotasikan negatif. Saya pikir justru itu lebih mewakili apa yang ingin disampaikan, lebih dibutuhkan oleh para calon pengantin.

Saya mulai dengan penjelasan kata pendidikan dan seks. Dua kata tersebut memiliki fungsi yang sama, fungsi survival, bertahan hidup.

Pendidikan memberikan seseorang untuk bertahan mengarungi hidup. Seks memberikan manusia kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Sehingga sangat wajar jika dua kata ini disandingkan untuk pembekalan calon pengantin. Sama-sama alat bertahan hidup.

Mereka akan mengarungi hidup baru yang tidak selalu manis. Mereka harus memahami bahwa pernikahan bisa memberikan ketahanan menghadapi kehidupan. Bukan malah membawa masalah baru, yang mempersulit kehidupan mereka.

Kehidupan memang akan lebih mudah dilalui jika diarungi bersama oleh belahan jiwa. Namun jika pasangan hidup itu tidak sejalan, malah berbagai masalah yang muncul.

Untuk itu harus jujur menilai diri sendiri. Apakah betul kita membutuhkan pasangan untuk menjalani hidup? Ataukah hanya sekedar menyalurkan dorongan seks semata?

Dorongan seks bagian dari mempertahankan diri

Dari mana dorongan seks berasal? Dari upaya suatu spesies mempertahankan jenisnya.

Menurut Richard Dawkins, dorongan tersebut berasal dari gen egois. Gen egois yang merasa terancam eksistensinya. Rasa terancam atau perasaan tidak aman mendorong gen egois mempertahankan diri. Hal ini yang mendorong individu melakukan hubungan seksual.

Aktivitas seksual merupakan ekspresi gen egois yang merasa terancam. Hal ini terlihat sekali pada para pelaku nikah dini. Ada yang takut secara ekonomi kekurangan. Ada yang takut kehormatan keluarga tercoreng. Intinya adalah rasa takut, rasa tidak aman.

Baca juga: Cara Mengontrol Dorongan Seksual

Persis yang diungkapkan Richard Dawkins tentang gen egois. Para pelaku seks bebas juga memperlihatkan hal yang sama. Ada yang berasal dari keluarga berantakan. Ada yang merasa dilecehkan dilingkungan tempat tinggalnya. Ada yang merasa terancam secara ekonomi.

Semuanya mencari rasa aman di luar. Ada yang mencari keamanan dalam sosok yang lebih dewasa. Ada yang mencari keamanan secara ekonomi. Intinya adalah tempat yang memberikan rasa aman. Suatu bentuk bertahan hidup.

Ada suami yang merasa tidak aman dengan omelan istrinya. Dia merasa memperoleh keamanan dari PSK (pekerja seks komersial). Ada seorang istri yang merasa tidak aman dari pelecehan suaminya. Dia merasa aman di pelukan pria yang lebih memujanya.

Semuanya sama, mencari rasa aman. Suatu bentuk bertahan hidup Hal inilah yang seharusnya dipahami. Seks bebas ataupun pengguna narkoba adalah ekspresi rasa tidak aman.

Tumbuhkan rasa percaya diri

Solusinya, tentunya memberikan rasa aman. Rasa aman yang terbesar adalah yang tumbuh dari kepercayaan diri. Suatu bentuk bertahan hidup.

Rasa percaya diri hanya bisa tumbuh dari keyakinan. Keyakinan hanya bisa tumbuh dari adanya pemahaman pada diri sendiri. Memahami diri sendiri hanya bisa tumbuh dari pendidikan yang baik. Pendidikan yang bisa mengantarkan seseorang untuk mengenal potensi dirinya sendiri.

Bentuk pertahanan hidup mandiri. Bertindak berdasarkan potensinya. Memperoleh tempat untuk mengekpresikan diri. Tidak mendapat pelecehan apapun ekspresi potensinya, saling menghargai. Hingga timbul rasa aman dalam kelompoknya.

Bentuk pertahanan hidup mandiri. Dengan rasa aman, dorongan gen egois untuk mempertahankan diri berkurang. Dorongan untuk melakukan seks juga berkurang. Hingga resiko yang ditimbulkan akibat seks bebas juga berkurang, termasuk HIV/AIDS.

Artinya, dapat disimpulkan yang terpenting adalah memberikan pendidikan. Pendidikan yang memberikan rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri menghadapi kehidupan. Bukan dengan menyalurkan dorongan seksual. Apalagi jika alasan ketidaknyamanan, rasa terancam tetap ada.

Dorongan seksual tidak akan pernah ada habisnya. Ciptakan rasa percaya diri. Rasa aman dalam menghadapi kehidupan. Semuanya dicapai dengan kemandirian. Semuanya akan terkendali dengan sendirinya. Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi