Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra dan PDI-P Mesra, PKB Gigit Jari?

Baca di App
Lihat Foto
(KOMPAS.com/ACHMAD NASRUDIN YAHYA)
Ketua DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani (kanan) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/9/2022).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, koalisi Gerindra-PKB terancam bubar apabila partai berlambang kepala Burung Garuda itu merapat ke PDI-P.

Pasalnya, PKB memasang target optimal untuk mengusung Muhaimin Iskandar sebagai kontestan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Kemungkinan bersatunya Gerindra dan PDI-P masih sangat terbuka. Apalagi deklarasi koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama Cawapres. Artinya, ruang negosiasi masih terbuka," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (6/9/2022).

Ia menuturkan, PKB semestinya bisa mengantisipasi situasi semacam ini dengan mengunci posisi calon wakil presiden saat mendeklarasikan koalisi.

Dengan begitu, Umam melihat deklarasi tersebut sama halnya dengan memberi cek kosong.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bargaining position-nya dihadapan mitra koalisi rendah dan tidak setara. Ibarat membeli kucing dalam karung, dengan skema koalisi yang ada saat ini, PKB harus siap hati untuk kecewa," jelas dia.

Baca juga: Koalisi dengan PKB atau PDI-P, Gerindra Dinilai Akan Sama-sama Untung

Membuka ruang negosiasi duet Prabowo-Puan

Umam menjelaskan, pertemuan Prabowo-Puan tentu akan membuka kembali ruang negosiasi duet keduanya.

Menurutnya, negosiasi tersebut masih relevan karena koalisi Gerindra-PKB belum menetapkan nama cawapres, sehingga kemungkinan menggeser nama Cak Imin masih terbuka.

Kendati demikian, ia menilai negosiasi berpotensi alot jika PDI-P menghendaki skema Puan-Prabowo, mengingat Gerindra telah menetapkan standar pencapresan Prabowo.

"Tapi skema trade off tetap memungkinkan dilakukan mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekuarangan yang bisa saling mengisi," ujarnya.

"PDI-P memiliki elektabilitas dan mesin politik prima, sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas besar meskipun kekuatan Gerindra tak sebesar PDI-P," lanjutnya.

Baca juga: Menguatnya Elektabilitas Prabowo hingga Salip Ganjar dan Anies

Tak bisa dipungkiri, bergabungnya dua partai itu tentu akan menjanjikan mesin politik yang besar.

Mengingat dinamika koalisi yang ada, Umam mengatakan bahwa negosiasi antara Gerindra-PDI-P ini merupakan kesempatan terakhir bagi keduanya.

Terlebih, pernyataan tentang angka 13 sebagai angka keberuntungan Prabowo itu tampaknya menjadi pesan politik dari Prabowo untuk mengajukan proposal koalisi dengan skema pasangan Prabowo-Puan.

"Meskipun angka 13 ala Prabowo itu berangkat dari logika 'otak-atik gathuk' yang ia hubungkan dengan satuan Batalyon 328 (total 13) yang dulu pernah ia pimpin, namun angka 13 itu berada di baris kedua dalam seri nomor mobil Puan, yakni 1858," kata dia.

"Artinya, Prabowo ingin melamar Puan untuk mengoptimalkan potensi kemenangannya di Pilpres 2024 mendatang," tutupnya.

Baca juga: Hitung-hitungan Politik Bersatunya Prabowo-Puan di Pemilu 2024

Puan kunjungi Prabowo di Hambalang

Diberitakan sebelumnya, kunjungan Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani ke kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Jawa Barat pada Minggu (6/9/2022) membuka peluang koalisi kedua partai.

Bahkan kedua tokoh itu menyampaikan keterbukaannya untuk berpasangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Baik Puan maupun Prabowo, keduanya menilai segala kemungkinan masih bisa terjadi jelang Pemilu 2024.

Diketahui Partai Gerindra sebelumnya telah mendeklarasikan berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menghadapi Pilres 2024.

Dalam penandatanganan piagam deklarasi koalisi disepakati lima poin kerja sama, salah satunya pengusungan capres-cawapres ditentukan oleh Prabowo dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Namun, PKB dan Gerindra masih belum menentukan keputusan pencapresan. Gerindra mencalonkan Prabowo sebagai capres, dan PKB tetap dengan pilihan mendukung Muhaimin.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi