Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suharso Monoarfa dan "Amplop Kiai" yang Membuatnya Diberhentikan dari Ketua Umum PPP

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Syakirun Ni'am
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa saat menyampaikan pidatonya di acara Politik Cerdas Berintegritas (PCB) KPK, Senin (15/8/2022). (Sumber: Youtube ACLC KPK)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com- Suharso Monoarfa diberhentikan dari posisi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Senin (5/9/2022). 

Pemberhentian Suharso merupakan hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP yang dihadiri pimpinan wilayah 29 provinsi, Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, Majelis Pertimbangan, banom, serta pimpinan DPP PPP.

Dalam Mukernas itu juga memilih dan menetapkan H. Muhammad Mardiono sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum DPP PPP dengan sisa masa bakti 2020-2025.

Dalam penjelasannya, pimpinan majelis berkesimpulan bahwa telah terjadi sorotan dan kegaduhan PPP secara meluas yang tertuju kepada Suharso Monoarfa secara pribadi dengan masyarakat Indonesia, yang merupakan pemilih dan simpatisan PPP, atau boleh dikatakan umat yang sayang dan peduli pada eksistensi dan marwah PPP sebagai wadah perjuangan politik umat Islam Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang menyebabkan Suharso Monoarfa diberhentikan dari Ketua Umum DPP PPP?

Baca juga: Suharso Monoarfa Diberhentikan dari Ketum PPP


Pidato soal "amplop kiai"

Diketahui, Suharso sempat menjadi sorotan karena menyampaikan kerap diminta memberi amplop berisi uang untuk para kiai.

Kejadian itu dialaminya ketika melakukan kunjungan ke berbagai pesantren.

Pernyataan Suharso disampaikan saat mengikuti Pembekalan Antikorupsi Partai Politik di gedung ACLC, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan, 15 Agustus 2022.

Dalam acara yang dapat disaksikan melalui kanal Youtube ACLC KPK di menit 59 itu, Suharso menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana tugas Ketua Umum PPP.

Saat itu, kata dia, dirinya mesti bertandang ke beberapa kiai pada pondok pesantren besar.

"Demi Allah dan Rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya saya minta didoain, kemudian saya jalan,” ujar Suharso.

“Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan WhatsApp, 'pak Plt tadi ninggalin apa nggak untuk kiai', saya pikir ninggalin apa, saya nggak merasa tertinggal sesuatu di sana," tambahnya.

Setelah itu Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan 'tanda mata'.

"'Kalau datang ke beliau beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya enggak bawa. Tanda matanya apa? sarung? peci? Al-Quran atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja pak Harso ini',” paparnya.

“Dan itu di mana-mana setiap ketemu, nggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salaman-nya enggak ada amplop-nya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.

Baca juga: Polemik Amplop Kiai, Suharso Monoarfa Minta Maaf

 

Dinilai menyudutkan kiai

Dikutip dari Kompas.com, (18/8/2022), Koordinator Forum Warga NU Jombang, Imam Subandi, pidato yang disampaikan Suharso tersebut cenderung menyudutkan kiai.

Suharso juga dinilai tidak memiliki etika dan tidak memiliki jiwa sebagai santri.

Permintaan maaf PPP

Mengetahui hal itu, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani meminta maaf atas pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa terkait "amplop" kiai.

“Kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada para kiai dan berjanji bahwa jajaran PPP lebih berhati-hati atau ikhtiyat ke depan agar tidak terulang lagi,” tutur Arsul dalam keterangannya, Kamis (18/8/2022).

Ia menyampaikan Suharso tak bermaksud untuk merendahkan atau menghina para kiai.

Namun, pernyataan tersebut membuka ruang penafsiran yang berbeda.

“Ini menjadi pembelajaran bagi kami semuanya untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di ruang publik. Tidak boleh lagi ‘terpeleset’ atau ‘slip of tonge' menyampaikan sesuatu,” ujar Arsul.

“Yang menimbulkan kontroversi, resistensi, atau kesalahpahaman di ruang publik,” jelasnya.

Terakhir, ia meminta agar para tokoh agama Islam, termasuk para kiai terus membimbing langkah PPP dalam memperjuangkan ajaran Islam di bidang politik.

“Ke depan memperjuangkan kebijakan dan legislasi yang tidak melanggar atau merugikan ajaran Islam akan makin berat, karena itu partai Islam seperti PPP perlu tetap eksis,” imbuhnya.

Suharso didesak untuk diberhentikan

Setelah itu, Suharso juga diminta mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP maupun dari jabatan lainnya yang kini disandangnya.

Di antara dalam Forum Warga NU Jombang, antara Pagar Nusa, Lakpesdam NU Jombang, serta beberapa kiai muda dan aktivis NU.

Kegaduhan pun merembet sampai pada kader di Jawa Timur yang juga adalah para kiai dan pimpinan pesantren.

 

Suharso dilaporkan ke Kepolisian

Dikutip dari Kompas.com, (24/8/2022), Suharso meminta maaf telah membuat kegaduhan karena pernyataannya mengenai amplop kiai.

Permintaan maaf itu disampaikan saat memberikan sambutan di acara Sekolah Politik PPP di Bogor, Jumat (19/8/2022).

“Saya mengaku itu sebuah kesalahan, saya memohon maaf dan meminta untuk dibukakan pintu maaf seluas-luasnya,” kata Suharso.

Ia menuturkan, semestinya tidak menyampaikan penyataan tersebut di depan publik dan menimbulkan penafsiran yang keliru.

“Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan,” kata Suharso.

Karena pernyataan itu juga, Suharso Monoarfa dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan penghinaan terhadap golongan tertentu.

Laporan dilayangkan oleh pelapor bernama Ari Kurniawan pada Sabtu (20/8/2022) dan teregistrasi dengan nomor LP/B/4281/VIII/2002/SPKT/Polda Metro Jaya.

(Sumber: Kompas.com/Tatang Guritno, Moh. Syafii, Achmad Faizal | Editor: Bagus Santosa, Phytag Kurniati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi