Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Menuju Kedaluwarsa Kasus Kematian Munir

Baca di App
Lihat Foto
BBC News Indonesia
Mahasiswa melakukan unjuk rasa dengan membawa foto almarhum Munir Said Thalib di Kampus UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (10/9). Unjuk rasa tersebut digelar untuk memperingati 15 tahun meninggalnya aktivis HAM Munir serta meminta pemerintah serius dalam menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini 18 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 7 September 2004, aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib meninggal dunia.

Munir meninggal dalam pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-974 dari Jakarta menuju Belanda.

Hasil otopsi dari Institut Forensik Belanda (NFI) mengungkap, Munir tewas karena diracun dengan arsenik.

Meski pengadilan sudah menetapkan pelakunya, tetapi hingga kini kasus pembunuhan Munir masih meninggalkan jejak misteri.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus ini juga terancam kedaluwarsa, mengingat pembunuhan terhadap Munir masih sebatas tindak pidana biasa dan belum dikategorikan pelanggaran HAM berat.

Baca juga: 15 Tahun Tak Selesai, Berikut 4 Fakta soal Munir

Kronologi kematian Munir

Dilansir dari Kompas.com, 7 September 2021, Munir bernecana melanjutkan pendidikan ke Amsterdam, Belanda.

Pada Senin, 6 September 2004 pukul 21.55 WIB, ia pun menaiki pesawat dengan nomor penerbangan GA-974 dari Jakarta menuju Belanda.

Dalam perjalanan, pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi Munir sempat transit di Singapura.

Saat melanjutkan perjalanan ke Belanda, tiba-tiba Munir merasakan sakit perut setelah menenggak segelas jus jeruk.

Baca juga: Mengenal Arsenik, Racun Mematikan yang Membunuh Munir di Udara

Diberitakan Harian Kompas, 8 September 2004, saksi mengatakan bahwa ia beberapa kali ke toilet dan terlihat seperti orang sakit setelah pesawat lepas landas dari Singapura.

Munir sempat mendapat pertolongan dari penumpang lain yang berprofesi sebagai dokter. Tempat duduknya bahkan dipindah ke sebelah dokter untuk mendapatkan perawatan.

Namun tak lama, pada ketinggian 40.000 kaki di atas Rumania, aktivis HAM ini dinyatakan meninggal dunia.

Munir meninggal dunia sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, pukul 08.10 waktu setempat.

Baca juga: Pembangunan Museum HAM Munir, Apa Saja PR Penegakan HAM di Indonesia?

Meninggal karena arsenik

Sesuai prosedur otoritas bandara, penumpang pesawat GA-974 tak boleh turun begitu mendarat di Belanda.

Usai menjalani pemeriksaan selama 20 menit, penumpang baru diperbolehkan untuk meninggalkan pesawat.

Jenazah Munir pun diturunkan dan diurus otoritas bandara, kemudian dilakukan otopsi untuk mengetahui penyebab tewasnya.

Mantan Ketua Dewan Pengurus Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) ini kemudian dimakamkan di kota kelahiran, Batu, Malang, Jawa Timur, pada 12 September 2004.

Dikutip dari Harian Kompas, 13 September 2004, hasil otopsi dari Institut Forensik Belanda (NFI) menunjukkan adanya senyawa arsenik dalam tubuh Munir.

Baca juga: Mengenang 16 Tahun Wafatnya Munir, Pejuang Kemanusiaan

Proses peradilan kasus Munir

Proses hukum terhadap orang yang dianggap terlibat dalam pembunuhan Munir pernah dilakukan.

Diberitakan Harian Kompas, 19 Maret 2005, setengah tahun setelah Munir tewas, tim penyidik Mabes Polri baru menetapkan tersangka dan menahannya di Rumah Tahanan Mabes Polri.

Adalah Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot Garuda Indonesia yang menjadi tersangka pertama kasus pembunuhan Munir.

Selanjutnya, ada pula Direktur Utama PT Garuda Indonesia Indra Setiawan.

Pengadilan menjatuhkan vonis 14 tahun penjara kepada Pollycarpus Budihari Priyanto.

Baca juga: Mengenang Munir dan Keabadian Perjuangannya...

Pengadilan juga memvonis Indra Setiawan dengan 1 tahun penjara karena dianggap menempatkan Pollycarpus sebagai extra crew di jadwal penerbangan Munir.

Sejumlah fakta persidangan bahkan menyebut adanya dugaan keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dalam pembunuhan ini.

Akan tetapi, tidak ada petinggi BIN yang dinilai bersalah oleh pengadilan.

Pada 13 Desember 2008, mantan Deputi V BIN, Muchdi Purwoprandjono yang menjadi terdakwa dalam kasus ini, divonis bebas dari segala dakwaan.

Baca juga: 17 Tahun Kasus Munir: Kronologi dan Hasil Investigasi

Sosok Munir Said Thalib

Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur, pada 8 Desember 1965, pernah menjabat sebagai Ketua Dewan KontraS.

Ia pernah menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998.

Selain itu Munir juga sempat menjadi penasihat hukum korban tragedi Tanjung Priok 1984, dan pembuhuhan aktivis buruh Marsinah pada 1994.

Ia juga menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak melawan Pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992, dan kasus pelanggaran HAM lainnya.

Berkat jasa dalam membela berbagai kasus pelanggaran HAM, Munir memperoleh penghargaan The Rights Livelihood Award di Stockholm, Swedia, di bidang kemajuan HAM dan kontrol sipil terhadap militer pada 2000.

Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib

Kedaluwarsa pada tahun ini

Tahun ini, kasus pembunuhan Munir sudah berusia 18 tahun. Namun, dalang di balik pembunuhan Munir tak kunjung terungkap.

Lantaran belum dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat, kasus pembunuhan Munir pun terancam kedaluwarsa.

Pasalnya, menurut Direktur Imparsial Gufron Mabruri, selama ini kasus Munir hanya diproses sebagai pidana pembunuhan biasa.

Untuk itu, sesuai Pasal 78 ayat (1) KUHP, kewenangan menuntut kejahatan yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup akan hapus sesudah 18 tahun.

"Komitmen dan langkah nyata juga harus ditunjukan oleh presiden Jokowi, jangan sampai dalih kedaluwarsa digunakan untuk impunitas terhadap pelaku dan aktor intelektual pembunuhan Munir," kata Gufron dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (5/9/2022).

Baca juga: Mengenang Munir dan Sepak Terjangnya Memperjuangkan HAM...

(Sumber: Kompas.com/Rosy Dewi Arianti Saptoyo | Editor: Rizal Setyo Nugroho; Aryo Putranto Saptohutomo)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Munir Dibunuh Di Udara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi