Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trainer, Coach, Consultant. Founder of Elevasi Performa Insani (elevasi.id)
Bergabung sejak: 27 Jun 2022

Perempuan yang memiliki kegairahan dalam mengelevasi sumber daya manusia sehingga lebih berdaya, berkinerja unggul, dan memiliki makna. Seorang pengamat kehidupan yang memetik buah inspirasi untuk dibagikan kepada orang lain melalui tulisan maupun sesi bicara.

Sayap-sayap Patah: Selimut atau Kain Kafan

Baca di App
Lihat Foto
Film Sayap-Sayap Patah.
Editor: Sandro Gatra

KEGALAUAN seorang isteri anggota Densus 88 diungkapkan dalam sebuah adegan film Sayap-sayap Patah yang disutradarai Rudi Soedjarwo dan diproduseri oleh salah satunya Denny Siregar.

Nani—diperankan Ariel Tatum—berucap dengan nada khawatir bercampur kesal yang tentu saja dilandasi oleh rasa sayang, "Kamu gak paham gimana rasanya jadi istri yang gak pernah tahu suaminya kaya gimana di luar itu aman atau engga, aku gak tahu apa yang harus aku siapkan buat kamu itu selimut atau kain kafan.”

Selamat menonton filmnya secara utuh, ya.

Singkat cerita setelah perjuangan tak kenal lelah dalam menumpas teroris di negeri tercinta kita—Republik Indonesia—ini, kegalauan sang isteri menjadi kenyataan.

Dia perlu menyiapkan kain kafan. Bayi yang sudah dinanti sejak awal kisah yang selalu diajak ngobrol sang ayah—Adji, diperankan Nicholas Saputra—dengan origami telah menjadi yatim.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan penting, jangan meninggalkan bioskop sebelum film benar-benar habis, sapu tanganmu akan diperlukan pada scene jelang film usai.

Jika mengambil analogi penerbangan, film ini mampu mendarat secara apik dan epik. Bulu saya merinding, rasa nasionalisme dan kecintaan pada pengabdi negara benar-benar terbangkitkan.

Sejenak melupakan hiruk pikuk kasus penembakan ajudan oleh pejabat tinggi Polri yang belakangan ini mendominasi berita di tanah air.

Iring-iringan mobil jenazah, kibaran sang merah putih, masyarakat yang berderet-deret di pinggir jalan maupun berbaris di jembatan penyeberangan menandakan betapa terhormatnya mangkat dalam sebuah pengabdian pada tugas negara.

Di bagian lain, rekan sejawat memberi hormat dengan raut muka duka. Di dalam mobil seorang isteri yang entah berada dalam state apa namanya, entah pula film apa yang sedang diputar di dalam layar pikirannya.

Saat menyaksikan film ini ada banyak pesan menginspirasi saya untuk menulis. Inilah salah satunya.

Sebuah pekerjaan tentunya membutuhkan usaha untuk menyelesaikannya. Tim Densus 88 yang perlu punya keahlian atau kompetensi dalam proses pencapaian target operasinya. Mencari info, mengintai, menyergap, menginterogasi, dan seterusnya.

Bahkan untuk pekerjaan sejenis ini tidak mengenal jam kerja yang pasti. Seringkali masakan isteri tidak sempat dimakan, atau hanya bisa meninggalkan pesan di secarik kertas demi tidak membangunkan tidur lelap sang isteri. Semua jerih lelah untuk kinerja terbaik diberikan secara total.

Dalam teori Abraham Maslow ada dua sumbu yang membentuk Aktualisasi Diri (Self-Actualization), salah satunya adalah performance atau kinerja.

Orang yang hanya fokus pada kesibukan kerja, kerja, kerja akan terjebak pada kuadran workaholic atau gila kerja yang pada akhirnya ada kehampaan.

Bisa jadi orang tersebut mengangkat tinggi trofi pencapaiannya, namun dia tidak mengalami keberlimpahan bahagia batiniah.

Sumbu ke dua yang membentuk aktualisasi diri adalah meaning atau pemaknaan atas apa yang dikerjakan.

Adanya kesadaran, pemahaman, keyakinan bahwa apa yang dikerjakan itu bermanfaat, mendatangkan kebaikan, dalam rangka memenuhi intensi mulia. Pemaknaan ini akan membuat seseorang bangga mengemban tugasnya.

Selembar kertas berisi job description (uraian pekerjaan) ataupun sebuah target lengkap dengan key performance indicator-nya, tidak akan membatasi kegairahannya atas apa yang dapat dilakukan, selalu ada “can do spirit”.

Kata yang cocok untuk menunjukkan pekerjaannya adalah pengabdian (devotion). Orang yang hanya membahas makna pekerjaan tanpa diwujud nyatakan berupa prestasi akan berada pada kuadran dreamer (pemimpi).

Bagaimana dengan yang tidak kerja sehingga tidak berprestasi dan tidak memiliki makna atas pekerjaannya, mungkin orang itu sedang mati suri, undeveloped (tidak berkembang).

Maslow—bapak psikologi positif—mendorong agar tercapai kombinasi atas kinerja unggul dan pemaknaan, pada kuadran inilah manusia akan berbahagia oleh aktualisasi diri dan mampu menginspirasi orang lain.

Saya teringat perkataan Mike Michalowics “Life is about impact, not hours. Hidup tentang memberi dampak, bukan soal lamanya.”

Meskipun kain kafanlah yang perlu disediakan, meskipun sayap-sayap itu patah, namun sikap hidup seorang pengabdi negara sejati akan melahirkan pejuang-pejuang tangguh yang beribu-ribu bahkan berlaksa-laksa jumlahnya.

Terima kasih telah memberi suguhan film yang menggugah pengabdian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi