Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Wanita Bisa Mengendus Parkinson, Apakah Penyakit Bisa Mengeluarkan Bau?

Baca di App
Lihat Foto
cookie_studio/ Freepik
Ilustrasi bau badan, bau penyakit
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Joy Milne, seorang wanita berusia 72 tahun asal Perth, Skotlandia, dapat mengendus penyakit parkinson, suatu gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan.

Dikutip dari Independent (7/9/2022), kelebihan indra penciumannya ini disadari saat mendiang suami mengeluarkan bau berbeda dari 12 tahun sebelum didiagnosis menderita parkinson.

Parkinson merupakan penyakit yang sulit terdiagnosis. Kebanyakan orang menyadari menderita parkinson saat telah kehilangan setengah sel-sel otak.

Joy Milne mendeskripsikan bau tersebut mirip dengan bau kayu dan musky, berbeda dengan aroma normal tubuh sang suami.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bau itu tetap "menempel" hingga suaminya meninggal dunia pada 2015 di usia 65 tahun.

Kelebihan Milne yang dapat mencium parkinson pun dimanfaatkan untuk membantu para ilmuwan mengembangkan tes deteksi penyakit ini.

Baca juga: 4 Gejala Parkinson yang Sering Tak Disadari

Lolos tes mengendus baju berkeringat

Sebelum membantu para ilmuwan, keahlian Milne diuji melalui dua belas kaus berkeringat dari orang-orang yang didiagnosis mengidap parkinson dan orang yang sehat.

Dilansir dari National Geographic (19/1/2018), Milne dengan tepat mengidentifikasi enam penderita parkinson.

Namun, ia juga turut menandai salah satu kaus yang seharusnya sehat, sebagai penderita parkinson.

Terlepas dari kesalahan kala itu, nyatanya pada 8 bulan kemudian, pemilik kaus ternyata benar-benar terdiagnosis dengan parkinson.

Lantas, apa hubungan bau dan penyakit? Bisakah seseorang benar-benar mencium aroma penyakit?

Baca juga: Hewan yang Bisa Mengendus Sel Kanker pada Manusia, Apa Saja?


Hubungan bau dan penyakit

Penciuman merupakan indra manusia yang mendapat lebih sedikit perhatian dibanding penglihatan dan pendengaran.

Survei pada 2011 menemukan, sekitar setengah dari orang berusia 16-30 tahun lebih suka melepaskan indra penciuman ketimbang ponsel atau komputer mereka.

Hal tersebut tak terlalu mengejutkan, lantaran penglihatan dan suara dianggap sebagai navigasi utama dalam kehidupan.

Namun demikian, ternyata indra penciuman memiliki kelebihan lain, yakni dapat mendeteksi suatu penyakit.

Sebab, bau atau aroma yang menguar dari tubuh orang sakit biasanya berbeda dengan aroma saat tubuh sehat atau normal.

Masih dari National Geographic, tubuh sebenarnya terus-menerus mengeluarkan zat yang mudah menguap ke udara.

Zat tersebut terbawa dalam napas manusia atau keluar melalui setiap pori dalam kulit.

Mikroba yang hidup di usus dan kulit juga turut berkontribusi pada aroma khas tubuh seseorang. Pasalnya, mereka akan memecah produk metabolisme menjadi zat yang lebih bau.

Sehingga pada dasarnya, manusia merupakan "pabrik" aroma berjalan. Jika mulai diperhatikan, kemungkinan bau dapat menjadi petunjuk adanya kondisi tidak beres dalam tubuh.

Baca juga: Cara Menghilangkan Bau Ketiak agar Bisa Tampil Percaya Diri


Di sisi lain, seperti dikutip Medical News Today, sebuah studi pernah meneliti hubungan bau dengan respons kekebalan tubuh.

Pertama, sampel bau badan diambil dari sekelompok partisipan sehat. Kemudian, para ilmuwan "memanggil" respons imun dengan menyuntikkan endotoksin kepada partisipan. Bau badan mereka pun sekali lagi diambil sampelnya, dan dinilai.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hanya dalam waktu empat jam, orang yang terpapar endotoksin memiliki bau badan yang lebih tidak enak.

Oleh karena itu, orang sakit akan memiliki bau lebih buruk, dan semakin sakit seseorang, semakin buruk pula bau yang keluar.

Perlu juga dicatat, orang sakit bukannya berkeringat lebih banyak. Melainkan, hanya memiliki bau yang berbeda dan lebih kuat dari biasanya.

Baca juga: Bau Keringat Lebih Menyengat? Hati-hati, Bisa Jadi Anda Mengidap Ini...

Macam-macam bau penyakit

Masih dari Medical News Today, jauh sebelum deteksi parkinson oleh Joy Milne, ilmu kedokteran telah menghubungkan penyakit tertentu dengan bau atau aroma tertentu.

Misalnya, seperti yang tercantum dalam sebuah teks berbahasa Sansekerta, Sushruta Samhita, menyebutkan:

"Indra penciuman kita dapat mengenali keringat khas banyak penyakit, yang memiliki pengaruh penting pada identifikasi mereka (penyakit)."

Namun, selama beberapa tahun terakhir, para dokter telah beralih dari metode mengendus pasien dan mencicipi urine, ke metode diagnosis yang lebih dapat diterima.

Kendati begitu, beberapa penyakit masih dianggap memiliki bau khas, seperti dalam deskripsi makalah yang terbit pada 1998 berikut:

  • Tuberkulosis kelenjar getah bening (scrofula) memiliki aroma seperti bir basi
  • Tipes memiliki aroma seperti roti panggang
  • Demam kuning (yellow fever) beraroma seperti toko daging
  • Difteri (infeksi pada hidung dan tenggorokan) memiliki aroma manis
  • Ketoasidosis diabetik (komplikasi diabetes melitus) beraroma mirip buah apel yang membusuk
  • Hyperaminoacidemia (kondisi kelebihan asam amino dalam darah) beraroma seperti biji malt atau hop kering
  • Ketidakmampuan untuk memetabolisme metionin, memiliki aroma seperti kubis rebus.

Baca juga: Sering Sakit Perut? Waspadai 9 Tanda Sakit Perut yang Tak Normal Ini

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi