Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona 12 September: Xinjiang Kekurangan Makanan | 30.000 Siswa di Hong Kong Putus Sekolah akibat Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Photo by various sources/AFP/China OUT
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel swab dari seorang pria untuk diuji virus corona Covid-19 di Kota Chengdu, di provinsi Sichuan barat daya China pada 1 September 2022.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Secara bertahap, dunia kini telah mulai beralih dari pandemi menuju endemi Covid-19.

Ini terjadi setelah sebagian besar negara mengumumkan kesiapannya dalam hidup berdampingan dengan virus corona. Kendati demikian, kasus infeksi Covid-19 masih terus dilaporkan.

Kendati demikian, kasus infeksi Covid-19 masih terus dilaporkan.

Berdasarkan catatan Worldometer, kasus virus corona secara global hingga Senin (12/9/2022) adalah sebagai berikut:

Sementara kasus aktif secara global mencapai 14.886.919 dengan rincian 14.845.300 dalam kondisi ringan dan 41.619 di antaranya kritis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: CEK FAKTA: Benarkah Ratu Elizabeth II Meninggal karena Vaksin Covid-19?

Kasus Covid-19 di Indonesia

Di Indonesia, tren kasus masih stagnan di angka ribuan dalam dua bulan terakhir. Hal ini terjadi seiring ditemukannya subvarian Omicron.

Pada Minggu (11/9/2022), Indonesia melaporkan 1.939 kasus Covid-19, terendah dalam dua bulan.

Dengan tambahan itu, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 6.392.492 dengan 157.770 kematian.

Sebagian besar kasus baru yang dilaporkan berasal dari DKI Jakarta dengan 855 kasus dan Jawa Barat 305 kasus.

Kendati demikian, angka positivity rate Covid-19 di Indonesia masih berada di kisaran 19,37 persen.

Berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus di suatu negara dianggap terkendali apabila angka positivity rate berada di bawah 5 persen.

Baca juga: Beda Tren Bahan Makanan Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19

Kekurangan makanan saat lockdown di China

Pihak berwenang di Xinjiang, China, wilayah yang menjalani penguncian selama sebulan, telah meminta maaf atas kekurangan makanan dan obat-obatan.

Laporan tentang kekurangan dan kondisi sulit di Yili, bagian dari Xinjiang utara, telah beredar di media sosial China selama berhari-hari.

Dikutip dari Japan Times, beberapa postingan yang mengklaim tentang situasi tersebut, juga disensor.

Wakil Gubernur Xinjiang Liu Qinghua mengaku adanya masalah di wilayahnya. Bahkan, ia menyebut penguncian mencegah beberapa akses perawatan kesehatan dan distribusi makanan.

"Pemerintah meminta maaf sedalam-dalamnya atas dampak dan ketidaknyamanan yang dibawa oleh langkah-langkah pengendalian Covid-19 terhadap kehidupan masyarakat," kata Liu.

Pihaknya berjanji akan memperbaiki situasi yang ada saat ini.

Baca juga: Erick Thohir Sebut Data PeduliLindungi Hilang Setelah Kasus Covid-19 Turun

Siswa di Hong Kong putus sekolah akibat Covid-19

Pembatasan ketat Covid-19 di Hong Kong telah lama membuat kehidupan siswa sekolah menjadi sangat sulit.

Sekarang, aturan baru yang mengharuskan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dapat mengubah kemajuan yang telah dibuat untuk melanjutkan kelas tatap muka sehari penuh.

Dikutip dari Channel News Asia, penundaan lebih lanjut untuk kehidupan sekolah yang normal disebut akan memperburuk masalah kesehatan mental.

Menurut data pemerintah, sekitar 30.000 siswa mengundurkan diri dari sekolah-sekolah Hong Kong pada tahun ajaran terakhir dan lebih dari 5.000 guru mengundurkan diri.

Siswa di Hong Kong yang telah melakukan banyak pembelajaran online selama dua setengah tahun terakhir, merasa kalah dan ada "rasa malapetaka" di sekolah.

Leo (27), seorang guru sekolah menengah mengaku berhenti dari pekerjaannya pada Juli 2022 karena muak dengan pembatasan Covid-19.

"Pergeseran konstan antara kelas tatap muka dan online benar-benar mengurangi keinginan mereka untuk belajar," kata dia.S

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi