Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Pasien Covid-19 Terlama yang Dirawat 850 Hari dengan Ventilator

Baca di App
Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Ilustrasi pasien Covid-19.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Marc Lewitinn (76), pasien Covid-19 yang dirawat selama 850 hari akhirnya meninggal dunia akibat serangan jantung pada 23 Juli 2022 di Palisades Medical Center, North Bergen, New Jersey.

Meskipun tidak ada statistik komprehensif untuk berapa lama pasien Covid-19 bertahan hidup dengan ventilator, para ahli medis mengatakan bahwa Lewitinn mungkin memegang rekor tersebut.

Dalam beberapa catatan, beberapa pasien telah bertahan lebih dari tiga bulan, seperti seorang pasien di Alabama yang berhasil keluar dari respirator setelah 187 hari.

Tak satu pun dari mereka yang mendekati garis Lewitinn, dikutip dari New York Times.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para dokter menuturkan, kekuatan fisik, mental, dan kecepatan yang digunakan oleh lembaga medis untuk mengembangkan protokol perawatan Covid-19 jangka panjang diyakini sebagai alasan Lewitinn bisa bertahan dalam waktu yang lama.

Baca juga: Bentuk Penghormatan, 900 Petak Makam Korban Covid-19 di TPU Bambu Apus Akan Dipasangi Plakat Nisan


"Dia menjalani perjalanan yang panjang dan sulit," tulis Dr Abraham Sanders, salah satu dokternya di Weill Cornell.

"Dia adalah pria yang kuat dan penerima manfaat dari perawatan medis yang canggih," sambungnya.

Cerita Lewitinn bermula ketika Covid-19 melanda seluruh negeri pada Maret 2020.

Keluarga Lewitinn, mendesaknya untuk tetap tinggal di dalam rumah karena adanya wabah tersebut.

Ia sebelumnya telah selamat dari kanker paru-paru dan stroke yang membuatnya tidak dapat berbicara.

Para dokter juga telah memperingatkan bahwa orang tua dengan riwayat medis seperti dia sangat rentan terhadap virus.

Semula, ia menuruti peringatan itu. Namun, suatu hari ia merasa bosan dan pergi ke Starbucks yang ramai di dekat rumahnya pada 25 Maret 2020.

Baca juga: WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 di Depan Mata, Kemenkes Ingatkan Tetap Disiplin Masker dan Vaksinasi

Ia kemudian merasa lesu. Sebuah oksimeter menunjukkan tingkat oksigen darahnya hanya 85 persen.

Putranya, Albert yang seorang produser TV, membawanya ke ruang gawat darurat di Weill Cornell Medicine di Manhattan.

Saat itu, rumah sakit dibanjiri pasien dan dokter dengan pakaian hazmat dan butuh berjam-jam bagi seseorang untuk melihatnya.

Ia dinyatakan positif Covid-19 malam itu juga. Enam hari kemudian, dengan tingkat oksigen yang turun lebih jauh, dokter memutuskan untuk mengintubasinya.

Intubasi merupakan tindakan medis untuk memasukkan tabung pernapasan melalui mulut atau hidung ke dalam trakea atau tenggorokan.

Lewitinn pun mengalami koma. Para dokter memberitahu pihak keluarga bahwa Lewitinn kemungkinan akan meninggal dalam beberapa hari.

Baca juga: WHO Sebut Akhir Pandemi Covid-19 Sudah di Depan Mata, Kapan Status Itu Akan Dicabut?

Pada bulan-bulan awal pandemi khususnya, tingkat kelangsungan hidup pasien Covid yang diintubasi adalah sekitar 50 persen. Ini termasuk orang-orang yang lebih muda dan sehat daripada Lewitinn.

"Mereka melangkah keluar dengan iPad untuk menanyakan apakah kami hanya ingin memberinya morfin dan membiarkannya meninggal secara alami," kata Albert.

"Di grup FaceTime, kami mendesak ayah saya untuk bertarung. Kami tidak mengucapkan selamat tinggal. Kami berkata, 'Teruslah berjuang, Ayah, ayah akan baik-baik saja'," lanjutnya.

Kondisi Lewitinn kemudian stabil dan pulih dari Covid-19, tetapi dia tetap terlalu lemah untuk melepaskan ventilator.

Setelah enam bulan. dia sadar dari komanya dan pindah ke rumah sakit lain yang lebih dekat ke rumahnya di New Jersey.

Namun, kisah perjuangan Lewitinn berakhir setelah mengalami serangan jantung dan meninggal dunia pada 23 Juli 2022.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi