Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Meyakini Ada Filsafat Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Indonesia, provinsi Indonesia
Editor: Sandro Gatra

BELANDA mematahkan perlawanan masyarakat Indonesia yang sebelum 17 Agustus 1945 masih disebut Nusantara dengan sengaja menyebut kawasan yang mereka jajah sebagai Hindia-Belanda demi memantapkan kesan Hindia-Belanda memang jajahan Belanda.

Kearifan leluhur Nusantara dianggap tidak layak disebut filsafat, sementara kearifan leluhur Mesir, Yunani, Jerman, Perancis, Spanyol, Arab, China, India, dan tentu saja kearifan leluhur Belanda sendiri dianggap sangat layak disebut sebagai filsafat.

Pendek kata, kaum penjajah meyakini bahwa otak bangsa Nusantara terlalu tumpul maka dungu untuk mampu berfilsafat!

Tatkala saya mulai berkeyakinan bahwa Filsafat Indonesia ada maka wajarlah bahwa berbagai pihak yang mewarisi semangat kolonialisme mencemooh saya sebagai seekor katak dalam tempurung takabur merindukan rembulan.

Bahkan saya dituduh mengada-ada sebab nekat mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan penghinaan terhadap kebudayaan bangsa saya sendiri membuat saya makin bersemangat dalam meyakini Filsafat Indonesia ada.

Cukup banyak fakta data yang membenarkan keyakinan saya bahwa Filsafat Indonesia ada, misalnya de facto begitu banyak tokoh pemikir Indonesia seperti Panji Sosrokartono, Ki Hajar Dewantara, Bung Hatta, Cak Nur, Gus Dur, Driyarkara, Frans Magnis Suseno, Hamka, Emil Salim, Karlina Supeli, Saras Dewi, Tommy Auwy, Rocky Gerung, Setyo Wibowo, Simon Lily Tjahjadi, Budi Hardiman, Gunawan Muhammad, Nasir Tamara, Azyumardi Azra, Iwan Pranoto, Yudi Latif, Lukas Luwarso, Martin Surjajaya, Sandyawan Sumardi dll nama yang belum sempat saya sebut di naskah ini sangat layak disebut sebagai para filosof.

Keberadaan filsafat Indonesia juga dibuktikan oleh makna adiluhur terkandung di dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Dewa Ruci, Wayang Purwa, Mundinglaya, Lutung Kasarung, Anglingdarma, La Galigo, Mapalus, Haboranon Do Bona dan lain sebagainya termasuk Sebelas Kearifan Kepemimpinan TNI.

Melalui naskah sederhana ini saya ajak Anda semua yang masih meragukan keberadaan Filsafat Indonesia untuk mencoba menghayati keluhuran makna yang terkandung di dalam Sebelas Kearifan Kepimpimpinan TNI sebagai berikut:

  1. Taqwa: Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
  2. Ing Ngarsa Sung Tulada: Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
  3. Ing Madya Mangun Karsa: Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.
  4. Tut Wuri Handayani: Memengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
  5. Waspada Purba Wisesa: Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak buah.
  6. Ambeg Parama Arta: Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
  7. Prasaja: Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
  8. Satya: Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.
  9. Gemi Nastiti: Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
  10. Belaka: Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya.
  11. Legawa: Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya.

Kedalaman serta keluasan makna kearifan leluhur bangsa Indonesia yang tersirat dan tersurat di dalam Sebelas Kearifan Kepemimpinan TNI meyakinkan saya bahwa memang ada filsafat Indonesia.

Namun sudah barang tentu adalah kurang beradab apabila saya memaksakan keyakinan saya kepada mereka yang tidak ingin memiliki keyakinan sama dengan keyakinan saya.

Silakan mereka yang tidak yakin Filsafat Indonesia ada tetap bertahan pada keyakinan mereka bahwa tidak ada itu yang namanya Filsafat Indonesia.

Namun mohon dimaafkan bahwa sebagai warga Indonesia yang bangga terhadap kebudayaan bangsa saya sendiri, saya tetap ndableg bertekad rawe-rawe rantas malang-malang putung gigih bertahan pada keyakinan saya bahwa Filsafat Indonesia ada! MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi