Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Tertawa?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/fizkes
Ilustrasi tertawa. Wabah tertawa Tanzania.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Tertawa adalah ekspresi tubuh yang bisa bermanfaat buat kesehatan, salah satunya meredakan stres.

Dilansir dari Mayo Clinic, apapun yang membuat kita tertawa, semuanya membawa dampak positif pada tubuh.

Entah tertawa karena komik lucu, menonton drama komedi di televisi, atau tertawa karena melihat teman kantor yang mengalami kesialan.

Garis besarnya, tertawa bisa digunakan untuk melepaskan stres dan kepenatan.

Namun, efek ini hanya dalam jangka pendek saja. Bukan berarti dalam satu kesempatan bisa tertawa terbahak-bahak, seluruh stres Anda akan terangkat seluruhnya dengan sempurna.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa manfaat tertawa dan apa alasan ilmiah di balik kita bisa tertawa? 

Baca juga: Benarkah Manusia Mulai Jarang Tertawa di Usia 23 karena Dunia Kerja? Ini Kata Psikolog


Manfaat tertawa

Masih dari sumber yang sama, Mayo Clinic, ini beberapa manfaat dari tertawa:

1. Menstimulasi organ

Tertawa bisa memicu penarikan oksigen ke dalam tubuh lebih banyak dari biasanya. Hal ini bisa menstimulasi jantung, paru-paru dan otot tubuh.

Selain itu, hal tersebut juga bisa meningkatkan keluarnya endorfin dari otak. Endorfin adalah hormon yang bisa menghilangkan rasa sakit.

2. Menenangkan respons stres

Tawa yang membuat Anda bahagia itu bisa menurunkan dan menenangkan respons stres dalam tubuh Anda.

Selain itu, tertawa juga bisa menaikkan kemudian menurunkan tekanan darah dan jantung. Hasilnya, adalah perasaan bahagia dan rileks dari sebelumnya.

3. Meredakan ketegangan

Tertawa juga bisa menstimulasi sirkulasi darah dan menenangkan otot-otot yang tegang. Keduanya, sama-sama bisa meringankan gejala dari stres tubuh dan pikiran.

Ketiga hal di atas adalah manfaat tertawa dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, hobi tertawa bisa meningkatkan imun tubuh, meredakan sakit, memperbaiki mood, dan meningkatkan kualitas hidup.

Baca juga: Humor: Antara Tawa, Kritik, dan Resistensi Kekuasaan

Mengapa kita bisa tertawa?

Dilansir dari Scientific American, banyak ilmuwan mempelajari faktor-faktor apa saja yang bisa menjelaskan proses tawa.

Christian Jarrett, psikolog, menulis catatan dalam jurnal penelitiannya di tahun 2013, bahwa para ilmuwan masih terus "berjuang" untuk menjelaskan secara pasti mengapa kita bisa tertawa.

Meski semua orang mengerti apa itu humor, tapi masih belum bisa dijelaskan poin-poin apa di dalam humor yang bisa memicu tawa.

Banyak faktor yang bisa menjadi kemungkinan, mulai dari foto, kata-kata, ekspresi wajah, atau tingkah laku seseorang baik dalam film atau keseharian. 

Humor sendiri sudah berusia sangat tua. Kemungkinan, humor tertua sudah ada di zaman Plato dan masa filsuf Yunani kuno.

Baca juga: Cara Tepat Menyesap Teh untuk Meredakan Stres

Di masa itu, banyak orang akan menertawakan tulisan-tulisan para filsuf, menertawakan kemalangan atau kesialan orang lain karena perasaan superior mereka.

Di abad ke-18, Sigmund Freud menambahkan satu teori baru soal tawa. Freud menyatakan bahwa tertawa adalah cara semua orang mengeluarkan energi dan pikiran negatif dari dalam tubuh.

Hal ini menjelaskan mengapa gurauan soal kehidupan sosial atau topik tentang etnis-etnis tertentu bisa memancing tawa, mengeluarkan segala ekspresi kurang positif yang selama ini ditahan-tahan.

Teori ketiga adalah teori keganjilan. Bahwa orang akan tertawa terhadap kalimat, tingkah laku, kejadian, atau konsep yang tak sesuai harapan dan pandangan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Apakah Binatang Bisa Tertawa? Simak Penjelasan Para Pakar Berikut Ini

Hubungan humor dan kecerdasan

Dari abad ke abad, teori soal humor berkembang terus. Matthew M. Hurley dari Indiana University menyatakan,"Humor berkaitan dengan sebuah kesalahan, semua komik atau komedi mengandung kesalahan atau kesialan yang bisa mengundang tawa."

Kita akan tertawa jika kesalahan atau kemalangan itu terjadi pada orang lain, musuh atau kompetitor kita. Namun tak akan mengundang tawa jika itu terjadi pada diri kita sendiri atau orang-orang terdekat kita.

Hurley menegaskan bahwa semua orang tak menyukai kemalangan. "Kita tak menikmati kemalangan, kita hanya suka menceritakannya."

Lebih lanjut ilmuwan menyatakan bahwa tawa adalah cara kita mengetahui perbedaan antara yang normal dan yang tidak.

Namun, perbedaan ini pun tak semuanya bisa mengundang tawa.

Nah, kemampuan untuk mengenali anomali yang mengundang tawa dan tidak inilah, yang akhirnya membuat beberapa ilmuwan menyimpulkan bahwa seseorang yang mengenal humor, atau seseorang yang lucu, biasanya adalah seseorang yang cerdas. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi