Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirumorkan Dikudeta, Ini Sepak Terjang Presiden China Xi Jinping

Baca di App
Lihat Foto
AFP/SELIM CHTAYTI via AP
Presiden China Xi Jinping saat turun dari panggung setelah berpidato dalam peringatan 25 tahun penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China pada Jumat (1/7/2022). China baru-baru ini menjatuhkan sanksi kepada tujuh pejabat Taiwan karena dianggap mengupayakan kemerdekaan pulau tersebut.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Isu Presiden China Xi Jinping dikudeta menggemparkan dunia maya pada Minggu (25/9/2022).

Dilansir dari Kompas.com, (25/9/2022), pemimpin berusia 69 tahun ini dikabarkan menjadi tahanan rumah.

Bahkan, beberapa rumor menyebut seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Li Qiaoming, telah menggantikan posisi Xi Jinping.

Kendati demikian, baik partai penguasa, Partai Komunis China, maupun media negara belum memberikan konfirmasi mengenai isu tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, sebagian besar pakar China juga meragukan kudeta terhadap Xi Jinping. Sebab, tidak ada tanda-tanda kudeta di Negeri Tirai Bambu seperti yang dirumorkan di media sosial.

Lantas, seperti apa sepak terjang Xi Jinping?

Baca juga: Soal Rumor Liar Kudeta Militer terhadap Xi Jinping, Ini Tanggapan Pakar China

Profil Xi Jinping

Dikutip dari Britannica, Xi Jinping merupakan putra dari Xi Zhongxun, seorang tokoh elite Partai Komunis China (PKC) yang pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.

Ia lahir pada 15 Juni 1953 di Beijing, China, dan memiliki dua kakak perempuan bernama Qiaoqiao dan An'an.

Menjadi anak laki-laki petinggi negara, Xi Jinping kecil hidup dalam kemewahan di kompleks perumahan elite di Beijing.

Namun, sebelum masa Revolusi Kebudayaan (1966-1976), sang ayah lengser dan dipenjara pada 1962.

Pada 1969, Xi Jinping remaja pun dikirim ke pedesaan untuk menjalani pendidikan ulang dan bekerja.

Di sana, ia bekerja sebagai buruh kasar di sebuah kelompok pertanian selama enam tahun.

Selama periode itu, Xi Jinping menjalin hubungan yang sangat baik dengan kaum petani dan penduduk setempat.

Hubungan baik tersebut nantinya turut menaikkan kredibilitas Xi dalam jajaran PKC.

Baca juga: Di Balik Isu Kudeta Militer China dan Xi Jinping dalam Tahanan Rumah

Karier politik

Meski telah menyingkirkan ayahnya, tetapi Xi Jinping tidak berniat untuk melawan PKC.

Dilansir dari BBC, Xi justru beberapa kali mencoba untuk bergabung dengan PKC, tetapi ditolak karena pendirian sang ayah.

Hingga pada 1974, ia akhirnya diterima menjadi anggota PKC dan sedikit demi sedikit mulai menapaki kesuksesan.

Tahun pertama sebagai anggota resmi partai, ia menjabat sebagai sekretaris cabang. Tahun berikutnya, Xi menempuh pendidikan teknik kimia di Universitas Tsinghua Beijing dan lulus pada 1973.

Setelah lulus, ia bekerja sebagai sekretaris Geng Biao, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Nasional kala itu.

Pada 1982, Xi melepaskan jabatannya dan meninggalkan Beijing untuk bekerja sebagai wakil sekretaris PKC di Provinsi Hebei.

Karier politiknya kian menanjak usai pada 1985 ditunjuk sebagai anggota komite partai dan Wakil Wali Kota Xiamen di Provinsi Fujian.

Saat di Fujian, Xi menikah dengan artis dan penyanyi Peng Liyuan pada 1987.

Pada 1995, jabatan Xi Jinping naik menjadi wakil sekretaris partai untuk wilayah provinsi. Ia juga tercatat pernah menjabat sebagai ketua partai di Shanghai.

Pada Oktober 2007, Xi terpilih menjadi satu dari sembilan anggota komite Biro Politik (Politbiro) PKC, badan pembuat keputusan tertinggi di partai.

Hingga puncaknya, pada 2012, Xi Jinping terpilih sebagai Presiden China.

Baca juga: Xi Jinping Melewatkan Makan Malam dengan Putin, Ini Alasannya

Mengkampanyekan gerakan anti-korupsi nasional

Salah satu inisiatif pertama Xi Jinping sebagai pemimpin negara adalah mengampanyekan gerakan antikorupsi secara nasional.

Kampanye ini menyebabkan ribuan pejabat negara dipecat, baik pejabat tinggi maupun rendah.

Salah satu pejabat tinggi kena, yakni mantan kepala keamanan Zhou Yongkang pada akhir 2014.

Masih dari BBC, selama kepemimpinan Xi, China telah memberlakukan reformasi ekonomi untuk memerangi perlambatan pertumbuhan, seperti mengurangi industri milik negara yang membengkak.

Ia juga memperkenalkan proyek perdagangan "One Belt, One Road" untuk memperkuat rute perdagangan.

Selain itu, Xi Jinping juga mengubah beberapa undang-undang zaman dahulu dan secara resmi mengakhiri kebijakan satu anak di China pada 2015.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi