Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Dewan Kolonel Vs Dewan Kopral, Apa Dampaknya bagi PDI-P?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO-RODERICK ADRIAN
Kolase foto Puan Maharani (kiri) dan Ganjar Pranowo.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kemunculan Dewan Kolonel dan Dewan Kopral mewarnai dinamika politik di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Dewan Kolonel dibentuk oleh anggota Fraksi PDI-P guna mendongkrak citra Ketua DPP PDI-P Puan Maharani untuk Pemilihan Presiden.

Puan Maharani pun telah merestui pembentukan Dewan Kolonel tersebut.

Tak mau kalah, Ketua Umum Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) Immanuel Ebenezer atau Noel kemudian membentuk kelompok tandingan bernama Dewan Kopral.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan pembentukan Dewan Kopral ini adalah mendorong pencapresan Ganjar pada Pemilu 2024.

Baik Puan maupun Ganjar, keduanya merupakan kandidat terkuat dari PDI-P untuk berkontestasi dalam Pilpres 2024.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Dewan Kolonel dan Dewan Kopral

Lantas, apa dampak kemunculan dua kelompok ini bagi PDI-P?

Dampak kemunculan Dewan Kolonel vs Dewan Kopral 

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoriul Umam mengatakan, pembentukan Dewan Kopral merupakan bentuk pembangkangan terhadap tradisi satu komando di PDI-P.

Pasalnya, Dewan Kolenel sudah sepengetahuan dan mendapat respons positif Puan.

Karena itu, Umam menganggap inisiator wacana pembentukan Dewan Kopral seolah hendak melakukan upaya pengimbangan (balance of power) atas kian solidnya mesin politik Puan di internal PDIP yang sudah tidak lagi malu-malu menampakkan pergerakannya.

"Inisiator Dewan Kopral sepertinya juga ingin memainkan skema playing victim dengan membenturkan narasi politik elite versus politik rakyat," kata Umam kepada Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Soal Dewan Kolonel Puan Maharani, PDI-P: Hanya Kongkow

Meningkatkan "saham politik" Ganjar

Menurutnya, implikasi pembenturan narasi politik ini bisa meningkatkan "saham politik" Ganjar dan menjatuhkan nilai politik Puan menuju Pilpres 2024.

Untuk mitigasi dampak politik, Umam menyebut PDI-P perlu menertibkan pihak-pihak yang hendak membenturkan elemen kader di internal partai.

"Di sisi lain, penertiban itu juga hendaknya tidak menghilangkan tradisi kompetisi yang sehat di internal PDI-P," jelas dia.

Baca juga: Survei Nama-nama Capres Potensial di 2024, Ganjar Nomor 1

Ia menuturkan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada saatnya nanti akan memilih nama yang layak menuju Pilpres mendatang.

Tokoh tersebut tentunya mewakili tradisi Soekarnoisme, memiliki itikad baik untuk membesarkan partai, dan tidak akan mengkhianati perjuangan kolektif partai.

Selain itu, tokoh pilihan PDI-P diharapkan bisa mengemban amanah partai, bukan semata ego individu dalam proses menuju Piplres 2024.

Baca juga: Survei Poltracking Indonesia soal Capres 2024: Ganjar Terkuat, Puan di Urutan 10

Ganjar minta semua tahan diri

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebelumnya telah angkat bicara terkait pembentukan Dewan Kopral ini.

Ia meminta semua menahan diri, karena urusan pencapresan merupakan wewenang Megawati.

"Saya minta semuanya bisa menahan diri. Tadi Pak Sekjen (Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto) sudah menyampaikan, itu hanya candaan-candaan. Jadi publik tidak perlu merespons," ucap Ganjar saat ditemui di Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (22/9/2022).

"Kedua, yang menentukan juga partai, kalau sudah ditentukan," katanya lagi.

Tak hanya itu, Ganjar juga mengajak seluruh jajaran partai berkolaborasi, bukan malah terbelah karena pencapresan ini.

"Saya kira semua relawan dari pendukung siapa pun akan kolaborasi, tahan diri, edukasi publik agar semuanya ya, demokrasinya semakin dewasa," kata Ganjar.

Baca juga: Diklaim Pemersatu, Duet Anies-Ganjar Sulit Diwujudkan, Ini Alasannya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Peta Hasil Rekapitulasi Suara Pilpres 2019 di 34 Provinsi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi