Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KSAU 2002-2005
Bergabung sejak: 25 Feb 2016

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Berkenalan dengan Dakota

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/RAJA UMAR
Sejumlah teknisi dari Garuda Mantenance Facilility (GMF) melakukan renovasi terhadap replika Pesawat Dakota RI-001 Selawah yang berada di Blang Padang, Pusat Kota Banda Aceh, Senin (02/04/18). Perbaikan replika pesawat Indonesian Airways ini juga melibatkan 10 siswa SMKN Penerbangan Aceh.
Editor: Sandro Gatra

PADA tahun 1950-an, saya untuk pertama kali melihat pesawat terbang dari dekat di Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta.

Ketika itu, saya diajak ayah bonceng sepeda dari rumah di kawasan Jalan Segara, yang sekarang bernama Jalan Veteran ke Kemayoran.

Tahun 1950-an, jalan masih sepi tidak seperti sekarang ini. Pesawat terbang yang pertama kali saya lihat itu adalah pesawat Garuda Indonesian Airways jenis Dakota.

Saya pertama kali terbang juga menggunakan pesawat Dakota ketika mengikuti latihan terjun payung di Pangkalan Angkatan Udara Margahayu Bandung.

Selanjutnya saya berkesempatan terbang dengan Garuda, juga jenis Dakota tahun 1969 saat mengantar kadet Amerika dari Jogyakarta ke Bali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada 1973, selesai mengikuti Flying School, saya ditugaskan terbang di Skadron 2 Linud Ringan yang armadanya adalah pesawat Dakota.

Cukup panjang pengalaman saya terbang dengan pesawat Dakota ke hampir seluruh pelosok Indonesia.

Ketika itulah saya baru mengetahui dan mengalami sendiri bahwa ternyata Indonesia belum “merdeka” sepenuhnya.

Ketika terbang di kawasan kepulauan Riau dan Natuna, semua pesawat terbang Indonesia ternyata harus memperoleh ijin terlebih dulu dan berada di bawah kendali pengaturan otoritas penerbangan negara Singapura. Agak aneh karena terbang di negeri sendiri, tetapi penguasanya negara lain.

Cukup lama saya bertugas sebagai Pilot pesawat Dakota sampai dengan berstatus Captain dan Instruktur Pilot.

Tidak hanya bertugas menerbangkan pesawat Dakota Angkatan Udara, saya juga sempat bertugas menerbangkan pesawat Dakota Angkatan Darat.

Pernah pula ditugaskan terbang pesawat Dakota MNA, Merpati Nusantara Airlines dan juga Mandala Airlines.

Selain itu, saya pernah bertugas menerbangkan pesawat Dakota kalibrasi milik Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Demikianlah pengalaman saya terbang tahun 1970-an sampai tahun 1980-an menggunakan pesawat terbang Dakota.

Pesawat Dakota versi militer dikenal dengan C-47, sementara versi sipilnya adalah DC-3. Dakota konon berasal dari singkatan Douglas Aircraft Company Transport Aircraft.

Pesawat Dakota terbang pertama kali tahun 1935 dan dikenal sebagai pesawat terbang yang sukses sepanjang sejarah.

Dakota diproduksi lebih dari 13.000 pesawat dan digunakan dalam berbagai medan perang terutama sepanjang perang dunia kedua dan perang Vietnam.

Dakota dapat membawa 28 orang pasukan payung yang siap diterjunkan di berbagai medan pertempuran.

Pada serangan sekutu di Normandia pada Juni 1944, sekitar 800 pesawat Dakota digunakan untuk menerjunkan pasukan payung.

Pesawat Dakota diproduksi dalam berbagai tipe untuk keperluan misi penerbangan sipil dan militer. Salah satu jenis yang dikenal dengan Gunship adalah pesawat Dakota yang dipersenjatai dengan tiga senapan mesin kaliber 7.62 mm.

Gunship ini adalah jenis Douglas AC-47 Spooky populer dengan nama “Puff, the Magic Dragon”, digunakan oleh Angkatan Udara Amerika pada perang Vietnam.

Saya sempat menerbangkan Gunship ini pada operasi khusus, menembak beberapa sasaran strategis di Kalimantan dan di Timor Timur.

Bulan lalu saya berkenalan lagi dengan Dakota, akan tetapi kali ini bukan pesawat terbang, tetapi seorang Dokter ahli Jantung.

Beliau adalah Dr.dr. Iwan Dakota, Sp.Jp(K), MARS – alumni FKUI. Tahun 2017, Dokter Dakota ditugaskan sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.

Tahun 2019, Dokter Iwan Dakota keluar sebagai pemenang Top 3 Anugerah ASN, sebuah pencapaian yang membanggakan.

Senang sekali dapat berkenalan dengan Dokter Iwan Dakota yang sangat luas pengetahuannya dan membuat tidak bosan dalam berdiskusi berbagai topik dengan beliau.

Demikianlah sekelumit kisah keberuntungan yang membuat saya bersyukur berkenalan dengan Dakota pesawat terbang dan Dakota Dokter spesialis Jantung.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi