Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tragedi Nasional Jangan Terulang Kembali

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCKS/WAVEBREAKMEDIA LTD
Ilustrasi kekerasan
Editor: Egidius Patnistik

TRAGEDI nasional berawal pada 30 September 1965 yang menimpa bangsa, negara, dan rakyat Indonesia mustahil dapat saya lupakan selama hayat masih dikandung badan.

Demikian pula para sesama warga Indonesia yang ditinggalkan oleh para sanak keluarga, pasti akan mustahil dapat melupakan lembaran sejarah bangsa, negara, dan rakyat Indonesia yang digores dengan tetesan air mata dan darah.

Saya pribadi, yang pada masa itu masih remaja, senantiasa teringat bahwa ayah kandung saya yang tidak bersalah apapun kecuali dilahirkan sebagai warga keturunan China telah diculik pada suatu malam hari kemudian dibunuh entah oleh siapa.  Sampai saat naskah ini ditulis pada 30 September 2022, belum ditemukan di mana jenazah beliau dikubur atau dibuang.

Baca juga: Gerakan 30 September dan Salah Perhitungan Aidit - (Bagian 1 dari 3 tulisan)

Syukur alhamdullilah, ibu kandung dan saudara-saudari kandung saya sempat diselamatkan kemudian diungsikan dari pulau Bali ke pulau Jawa oleh pada sahabat keluarga yang kebetulan tahu bahwa keluarga kami sama sekali bukan anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) dan segenap onderbouw-nya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun mujur tak bisa diraih nahas tak bisa ditolak, banyak sanak keluarga saya di Jawa dan Bali yang sebenarnya juga bukan anggota PKI hilang lenyap entah oleh siapa dan ke mana dilenyapkan.

Gedung sekolah di Semarang, di mana saya bersekolah, diserbu kaum demonstran pendukung Orde Baru kemudian digunakan sebagai kamp konsentrasi untuk mereka yang dianggap anggota PKI dan segenap jejaringannya.

Sebagai seorang remaja pada masa prahara nasional itu terjadi, saya hanya bisa menyaksikan sebagai penonton pasif belaka, tanpa berdaya apapun, kecuali ikut merasakan betapa kecemasan dan ketakutan mencengkam lubuk sanubari setiap warga Indonesia yang tidak tahu siapa lawan siapa kawan.

Baca juga: Gagasan Rekonsiliasi dari Anak Korban PKI…

Setiap kali tiba tanggal 30 September, dengan penuh ketendahan hati saya bersujud demi memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kuasa berkenan melimpahkan anugerah kesadaran serta kekuatan lahir dan batin bagi bangsa Indonesia untuk senantiasa menggalang persatuan Indonesia demi bersama mencegah tragedi nasional yang telah merenggut jutaan nyawa warga Indonesia kembali terjadi di Tanah Air Udara nan gemah ripah loh jinawi tata tenterem kerta raharja. Amin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi