Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD
Bergabung sejak: 25 Sep 2022

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Lagu "Ojo Dibandingke" dan "Saweran Digital"

Baca di App
Lihat Foto
YOUTUBE.COM / DC. Production
Lagu viral Ojo Dibandingke diciptakan oleh Abah Lala. Lagu ini menjadi semakin viral usai dinyanyikan Farel Prayoga saat peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta.
Editor: Egidius Patnistik

JIKA ada saweran yang bukan dalam bentuk uang tetapi ujungnya menghasilkan uang, maka itulah saweran digital. Peristiwa unik, itu hanya terjadi di era transformasi digital, saat kita memasuki industri 5.0.

Fenomena itu juga menunjukan masifnya hubungan Business to Individual (B2i) dalam ekonomi digital.

Saweran digital begitu mudah untuk dilakukan. Cukup dengan subscribe dan klik lonceng di platform YouTube. Jika berbaik hati atau ingin orang lain ikut menjadi penonton (viewer), bagikan linknya melalui platform lain seperti Whatsapp, Facebook, Instagram, atau media sosial lainnya.

Baca juga: Video YouTube Indonesia dengan Viewers Terbanyak

Semakin banyak viewers dan subscriber, semakin banyak “saweran”, dan akan semakin banyak penghasilan yang diterima artis atau sang musisi idola dari platform digital. Teknologi digital memang luar biasa, dia telah menjadi "sihir" baru perkembangan konten hak cipta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat infrastruktur telekomunikasi dan layanan over the top digital, yang didukung quality of service yang andal, siapapun bisa terkenal tanpa ada yang menghalangi.

Melalui fasilitas platform digital, para pelaku musik juga bisa dengan mudah berinteraksi dengan penggemarnya. Pada kanal lagu yang bersangkutan, mereka bisa menuliskan kontak elektronik, yang bisa dihubungi, jika ingin mengundang mereka tampil live, atau pun jika berminat menggunakan lagu untuk iklan atau kepentingan lain.

Konten digital dan cerdas memilah

Kepopuleran lagu "Ojo Dibandingke” tidak terlepas dari realitas transformasi digital. Kreator konten di Indonesia memang diuntungkan oleh populasi negeri ini yang berjumlah 277 juta jiwa.

Ditambah pula dengan jumlah pengguna internet melampaui 204,7 juta ( Digital 2022 Indonesia, Datareportal). Infrastruktur telekomunikasi dan platform digital adalah adalah variabel kunci.

Populasi pengguna internet Indonesia yang lebih dari dua ratus juta, menjadi ekosistem digital yang sangat besar, dan sekaligus kekuatan pasar konten digital.

Saat ini memang waktu terbaik menjadikan musik Indonesia tidak hanya sebagai tuan di negeri sendiri, tetapi juga menjadi konsumsi mancanegara, dengan memanfaatkan sifat global platform digital itu.

Fenomena konten digital memang unik. Jika diamati, jenis konten yang paling diminati di YouTube misalnya, diduduki daily vlog, gosip selebritas, unboxing, komedi, kuliner, dan seterusnya. Musik dan lagu harus bersaing dengan konten di atas.

Meskipun komunitas penggemar lagu tentunya akan tetap abadi, karena musik sudah menjadi bagian dari kehidupan begitu banyak orang di seluruh dunia. Konten yang laris-manis adalah yang memiliki kedekatan dengan kehidupan sehari-hari, menjadi hiburan, memiliki manfaat untuk dicontoh sebagai idola, atau dianggap sejalan dengan pola pikir publik digital atau netizen.

Baca juga: Ini Tips Membuat Konten Digital untuk Para Santri ala Sandiaga Uno

Pola pikir praktis pragmatis, tidak ribet, interaktif, komunikatif dan demokratis, adalah faktor lainnya yang membuat sebuah konten menarik dan viral. Tetapi jangan heran, jika konten nyeleneh, bahkan prank juga bisa viral.

Hal ini seringkali tidak terlepas dari spirit dan pola pikir out of the box. Makanya jangan heran, jika realitasnya konten yang viral itu tidak selalu paralel dengan konten bernas-berkualitas.

Masyarakat digital, memang harus cerdas memilih dan memilah konten sendiri, karena seleksi konten pada platform digital, relatif tidak ada. Jika ada pun biasanya tayang dulu baru kemudian take down setelah ada kasus.

Pemilik akun dapat mengupload apapun. Hal terakhir inilah yang seringkali memunculkan persoalan etika, sosial, budaya bahkan hukum di kemudian hari.

Kekuatan lagu dan hak cipta

Salah satu jenis konten yang pada umumnya sarat kualitas adalah musik dan lagu. Kenapa demikian, karena untuk menghasilkan sebuah lagu, pencipta tidak cukup berbekal inpirasi dan ilham saja.

Penuangan lirik yang memiliki daya pikat, dekat dengan perasaan pendengar dan melodi yang harmoni adalah hal penting. Setelah itu tentu pemilihan vokalis yang tepat, aransemen musik yang andal dan mumpuni, kualitas studio rekaman, serta sentuhan instink seniman adalah faktor penting.

Sebagai contoh, lagu Ojo Dibandingke meskipun dinyanyikan Farel sebagai pendatang baru, tetapi langsung melesat terutama sejak tampil di Istana Presiden. Saat tulisan ini dibuat, Viewers Ojo Dibandingke dengan vokal Farel jumlahnya bervariasi di beberapa kanal Youtube.

Akun One Nada Record Official telah ditonton 44 juta viewers dengan 870 ribu subscriber. Sementara di akun Youtube lainnya ada yang sudah ditonton 38 juta dan 11 juta viewers.

Baca juga: Pesan Penting Ojo Dibandingke

Lagu yang sama, versi vokalis Denny Caknan dan Abah Lala sendiri tidak kurang peminat dan sudah ditonton 41 juta viewers di kanal DC Production dengan 2 juta subscribers. Belum lagi tayangan lagu itu diberbagai kanal lain, misalnya kanal YouTube dari stasiun TV, yang juga banyak ditonton.

Jadi, jika dilihat dari sisi obyek lagu dan dikumulatifkan, bisa melebihi seratus juta viewers. Kondisi ini akan paralel dengan jumlah “penyawer” dan ujungnya nilai penghasilan yang diterima pemilik kanal.

Komposer atau penulis lagu adalah kreator konten atau dalam istilah UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebut sebagai pencipta lagu. Di samping itu ada peran penyanyi, musisi, dan produser yang digolongkan sebagai pelaku hak terkait dalam hak cipta.

Farel Prayoga dan lagu Ojo Dibandingke sendiri ibarat sebuah magnet. Sebagaimana dilansir Kompas.com, 26 Agustus 2022, perjalanan hidup Farel Prayoga memang berliku, dari ngamen hingga diundang ke Istana.

Farel Prayoga dulunya adalah pengamen cilik. Farel berlatih vokal di sebuah sekolah musik sejak tahun 2018 hingga 2019. Tahun 2021 Farel terpublikasi secara digital di YouTube.

Lagu Ojo Dibandingke ditulis komposer Abah Lala. Lagu itu pertama kali ditayangkan di akun YouTube Abah Lala Official pada 26 April 2022. Pada Juni 2022 Abah Lala berkolaborasi dengan Denny Caknan.

Vokal bagus Denny Caknan waktu itu juga membuat lagu tersebut viral. Viralnya lagu itu menarik minat penyanyi lain untuk menyanyikannya.

Lagu Ojo Dibandingke melesat antara lain juga karena kekuatan liriknya. Lirik yang menceritakan tentang seseorang yang merasa selalu dibandingkan dengan kesuksesan, dan kesempurnaan orang lain.

Penulis lagu sukses menangkap perasaan banyak orang. Kekuatan sebuah lagu memang sangat ditentukan juga oleh keterlibatan rasa para pendengarnya.

Melodi dan irama lagu yang berakhir klimaks, dan mudah dinikmati, tutur lirik yang mudah dicerna, dan tentu saja, tema yang identik dengan kepasrahan, dan kejujuran, membuat lagu itu disukai.

Lirik lagu Ojo Dibandingke laksana mantra bagi pendengarnya. Tidak hanya menginspirasi, tetapi bisa juga mewakili perasaan pendengar yang memiliki kondisi serupa seperti yang dipikirkan penulis lagunya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi