Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Go Tik Swan, Budayawan Tionghoa Pelopor Batik Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Ariska Anggraini
Go Tik Swan, orang Tionghoa yang pencipta batik Indonesia
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini 2 Oktober 2022 diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Berbicara tentang batik, terdapat salah satu pelopor batik Indonesia, yakni Go Tik Swan atau K.R.T. Hardjonagoro.

Dia merupakan pakar seni lawas kontemporer dalam urusan mewarnai kain dengan lilin panas yang dikenal sebagai batik.

Mari mengenal Go Tik Swan lebih dekat...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil Go Tik Swan, Pelopor Batik Indonesia

Profil Go Tik Swan

Go Tik Swan lahir pada 11 Mei 1931 di Solo, Jawa Tengah dan meninggal dunia saat berusia 77 tahun tepatnya pada 5 November 2008.

Harian Kompas pada 6 November 2008 memberitakan, Go Tik Swan adalah budayawan yang tekun dengan beragam minat.

Pada masa muda, dia dikenal sebagai penari Jawa alusan.

Ketika menjadi mahasiswa di Jurusan Sastra Jawa Universitas Indonesia (UI) pada 1955, ia sempat menari di Istana Negara.

Momen itu adalah peringatan Dies Natalis UI, ia mengadakan misi kesenian dengan membawakan tarian Jawa di hadapan Presiden Soekarno.

Go Tik Swan membawakan tarian Gambir Anom yang merupakan tarian klasik Jawa bergaya Solo dan berhasil membuat Bung Karno kagum.

Dikutip dari Kompas.com, (2/10/2018), Bung Karno langsung memanggilnya, mengajaknya bersalaman, serta mengundangnya untuk datang ke Istana Negara.

Baca juga: 40 Link Twibbon Hari Batik Nasional 2022 dan Serba-serbi Motif Batik

Pelopor batik Indonesia

Inilah awal perkenalannya dengan Bung Karno yang kemudian menjadikannya sebagai staf ahli kebudayaan.

Karena kedekatannya dengan Bung Karno, Go Tik Swan diminta untuk menciptakan "batik Indonesia" sekitar 1957.

Untuk diketahui, Go Tik Swan lahir di tengah keluarga Tionghoa.

Ayahnya Go Dhian Ik, memiliki usaha dalam industri batik, karena itu ia sangat mengenal dan mencintai batik.

Nah, karena tidak ingin mengecewakan sang presiden, Go Tik Swan langsung menyanggupi permintaan itu.

Setelah lama mencari inspirasi, akhirnya Go Tik Swan menggabungkan berbagai karakter dari batik Solo, Jogja dan Pesisiran menjadi satu hingga terciptalah batik Indonesia.

Baca juga: Mengenal K.R.T. Hardjonagoro alias Go Tik Swan, Budayawan Tionghoa Solo

Menciptakan 200 motif batik

Semasa hidupnya, Go Tik Swan menciptakan sekitar 200 motif batik Indonesia, sehingga pemerintah memberikan penghargaan sebagai putra terbaik atas jasa-jasanya dengan tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.

Diberitakan Antara, 10 November 2011, ahli waris Go Tik Swan Siti Supiah Agreni menjelaskan, 200 motif batik tersebut dihasilkan Go Tik Swan sejak 1950-2008.

Bahkan, hasil karya batik Go Tik Swan yang luar biasa tersebut banyak mendapat pesanan dari kalangan pejabat negara seperti Presiden RI pertama Soekarno dan Megawati Soekarno Putri.

Di antara batik ciptaannya antara lain bermotif radyo kusumo, kuntul nglayang, kutila peksawani, dan parang anggrek.

Batik yang diciptakan Go Tik Swan merupakan perpaduan multi warna antara batik Solo dominasi hitam dan cokelat dengan daerah pesisir yang memiliki warna cerah.

Baca juga: Alasan Adanya Peringatan Hari Batik Nasional dan Sejarahnya...

Batik yang turun temurun dalam keluarganya

Menurut Siti, keluarga Go Tik Swan tersebut sudah turun-temurun mengusahakan batik. Awal diciptakan motif batik Indonesia, ketika itu atas saran Presiden Soekarno.

Sehingga, Go Tik Swan tergugah untuk mendalam segala sesuatu tentang batik di Solo, termasuk sejarah dan falsafahnya.

Go Tik Swan yang memiliki hubungan akrab dengan keluarga Keraton Solo memungkinkan belajar langsung dengan ibunda Susuhunan Paku Buwono XII yang memiliki pola pola batik pusaka.

Pola batik langka yang dulunya tidak dikenal umum maupun pola tradisional lainnya yang digalinya. Go Tik Swan berhasil mengembangkan tanpa menghilangkan ciri dan maknanya yang hakiki.

Pola yang dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya cokelat, biru, dan putih kekuningan seperti lazimnya dijumpai pada batik Solo dan Yogyakarta.

Baca juga: Go Tik Swan, Menyatukan Indonesia Lewat Batik

Budayawan, sastrawan, hingga pemerhati keris

Bukan hanya maestro batik, Go Tik Swan juga dikenal sebagai seorang budayawan dan sastrawan Indonesia di Surakarta.

Semasa kecilnya bersekolah di "Neutrale Europesche Lagere School" di Solo bersama keluarga keraton, keturunan ningrat, anak-anak pembesar Belanda.

Ia juga dikenal sebagai pemerhati tosan aji (keris). Karena kecintaannya akan keris yang mendalam, pada 1959 ia mendirikan perkumpulan Bawarasa Tosanaji di Solo.

Go Tik Swan pernah menjabat sebagai Ketua Presidium Yayasan Radya Pustaka yang mengelola Museum Radya Pustaka di Solo.

Terakhir, dia juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Empu di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Pada 11 Agustus 2005, Go Tik Swan menandatangani wasiat berisi penyerahan sejumlah koleksinya berupa benda purbakala kepada Pemerintah RI apabila dia meninggal dunia.

Koleksinya yang amat berharga antara lain terdiri atas keris dan berbagai arca perunggu maupun batu amat langka. Penandatanganan wasiat ketika itu disaksikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi