Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Virus Mirip Ebola di Monyet Afrika, Dapat Memicu Pandemi Berikutnya

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/haughters
Ilustrasi monyet.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah studi laboratorium di University of Colorado Boulder menyebutkan bahwa para ilmuwan menemukan virus baru mirip ebola yang diduga bisa menyebabkan kematian pada September 2022.

Virus itu adalah Simian Hemorrhagic Fever Virus (SHFV).

SHFV adalah virus yang sangat patogen yang biasa ditemukan pada primata non-manusia. Ini menyebabkan demam parah dan pendarahan internal, serta belum ada obatnya.

Wabah pertama terjadi di Uni Soviet dan laboratorium NIH yang berbasis di AS pada 1960-an. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dokter Meninggal Akibat Ebola di Uganda, Petugas Kesehatan Pertama yang Tewas

Terdeteksi pada monyet di Afrika

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (30/9/2022), para ilmuwan menyebut, SHFV terdeteksi pada lima monyet di Afrika.

Monyet-monyet yang terinfeksi itu mengalami gejala demam, retensi cairan di jaringan tubuh, anoreksia, dan pendarahan.

Penyakit ini hampir selalu berakibat fatal dalam waktu sekitar dua minggu.

Tidak hanya menyebabkan gejala mirip Ebola yang menghancurkan sistem imun, virus ini juga bisa menyebabkan pendarahan internal dan membunuh hampir semua primata yang terinfeksi.

Mereka pun khawatir jika virus ini akan menjadi ancaman besar berikutnya sebab ada kemungkinan menular ke manusia.

"Virus hewan ini telah menemukan cara untuk mendapatkan akses ke sel manusia, menggandakan dirinya sendiri, dan melarikan diri dari beberapa mekanisme kekebalan penting yang kita harapkan untuk melindungi kita dari virus hewan," ujar penulis senior studi terkait, Dr. Sara Sawyer.

Dr. Sawyer menambahkan, virus ini dinilai virus yang cukup langka. Oleh karena itu, para ilmuwan wajib memperhatikan aktivitas virus.

Baca juga: Wabah Ebola Sudan Muncul Kembali di Uganda, Catat 7 Kasus dan 1 Kematian

Ada kesamaan antara SHFV dengan Simian.

Sementara itu, penulis lain dalam studi terkait, Prof Cody Warren menyampaikan, ada kesamaan yang mendalam antara SHFV dengan Simian.

"Kesamaan yang mendalam antara virus ini dan virus simian yang memunculkan pandemi HIV," ujar Prof Warren.

Menurut dia, hanya karena para ilmuwan belum mendiagnosis infeksi virus arteri pada manusia bukan berarti tidak ada manusia yang terpapar.

Para peneliti memfokuskan pekerjaan mereka pada keluarga virus yang disebut arterivirus yang biasanya beredar di antara babi dan kuda, tetapi tidak cukup dipelajari pada primata non-manusia.

Mereka memusatkan perhatian pada virus demam berdarah simian (SHFV), sejenis virus arteri yang menyebabkan penyakit mematikan yang mirip dengan penyakit virus Ebola.

Itu diurutkan pada tahun 1964 setelah wabah simultan di laboratorium AS dan Soviet Rusia, kemungkinan karena pengenalan kera Afrika yang terinfeksi di penangkaran.

Gejala SHFV yang mungkin terjadi pada manusia

Para ahli khawatir virus itu dapat menyebar dari primata non-manusia ke sel manusia, berpotensi menyebabkan masalah kesehatan masyarakat yang besar

Gejala pada manusia diperkirakan mirip dengan Ebola, seperti:

  • Demam
  • Muntah
  • Kegagalan organ
  • Pendarahan internal

Namun hingga kini, tidak ada kasus virus SHFV yang terdeteksi pada manusia, tetapi virus baru yang menyebar dengan mudah dapat menyebabkan pandemi baru.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi