Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Agar Tragedi Kanjuruhan Tak Terulang

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Imron Hakiki
Pendamping Trauma Healing tragedi Stadion Kanjuruhan saat melakukan pendampingan ke rumah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan di kawasan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (6/10/2022).
Editor: Egidius Patnistik

SEBAGAI seorang warga Indonesia saya berbelasungkawa atas wafatnya para sesama warga yang jatuh sebagai korban tragedi Kanjuruhan.

Saya yang kehilangan ayah kandung pada masa pasca tragedi G30S dapat merasakan betapa berat beban rasa sedih para keluarga yang ditinggalkan. Maka dengan penuh kerendahan hati saya bersujud demi berdoa memohon perkenan Yang Maha Kasih melimpahkan anugerah kekuatan lahir dan batin kepada keluarga yang ditinggalkan.

Sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, saya prihatin atas kurangnya perhatian kemanusiaan terhadap para korban tragedi Kanjuruhan karena perhatian lebih terarah ke upaya saling menyalahkan atas sesuatu tragedi kemanusiaan yang sudah terlanjur terjadi.

Baca juga: Ancaman Hukuman Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Sebelum para saintis mampu menciptakan mesin waktu yang bisa rewind bahkan replay waktu seperti khayalan HG Wells di dalam novel fiksi ilmiah Time Machine, maka mustahil manusia secara kelirumologis mampu mengoreksi kekeliruan di masa lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maka perilaku saling menyalahkan tentang sesuatu yang sudah terlanjur terjadi di masa lalu pada hakikatnya lebih banyak mudarat ketimbang manfaat.

Pada hakikatya, tragedi Kanjuruhan merupakan suatu indikasi diagnosis bahwa dunia sepakbola Indonesia sedang menderita gangguan penyakit, sehingga menimbulkan dampak buruk infrastruktur ragawiah maupun batiniah terhadap peradaban olahraga bangsa Indonesia.

Gangguan penyakit memang lazim ditangani secara kuratif. Namun tidak kurang dari Lembaga Kesehatan PBB, WHO, demi melengkapi tindakan kuratif sudah resmi menawarkan paradigma penanggulangan penyakit abad XXI dengan mashab sedia payung sebelum hujan dalam bentuk ikhtiar preventif dan promotif.

Maka sebagai warga Indonesia maupun pendiri Pusat Studi Kelirumologi serta Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, saya sangat menghargai dan berterima kasih atas langkah nyata yang diambil oleh Menko Polhukam, Mahfud MD, membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). 

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Pesan Perdamaian, Suporter Harus Hentikan Kebencian

Semoga pembentukan TGPF bukan terbatas mencari fakta tetapi juga memberikan solusi untuk memperbaiki masa depan sebagai upaya nyata preventif demi mencegah dan promotif demi membina agar jangan sampai tragedi Kanjuruhan kembali terulang terjadi di masa depan.

Insya Allah, TGPF Tragedi Kanjuruhan berhasil memberikan solusi yang siap dijadikan sebagai bekal pedoman preventif dan promotif dalam perjalanan perjuangan membentuk masa depan peradaban olahraga Indonesia yang lebih baik ketimbang masa lalu sesuai makna luhur terkandung di dalam Pancasila yaitu sila Kemanusiaan Yang Adil dan Berabad maupun Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi