Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Dejavu Masih Misterius, Peneliti Temukan Kemungkinannya

Baca di App
Lihat Foto
Pixabay/Marlonfn
Dejavu.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Perasaan dejavu kerap menghantui sebagian orang.

Bahkan menurut WebMD, sebanyak 60-70 persen orang dengan kesehatan baik pernah mengalami dejavu dalam hidup.

Dejavu secara harfiah berasal dari bahasa Perancis, déjà vu, yang berarti pernah melihat atau pernah terlihat.

Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dejavu adalah perasaan bahwa apa yang dialami sekarang pernah terjadi pada masa lampau.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sejarah Meditasi, Asal Mula dan Berbagai Manfaatnya

Dilansir The Sun, Kamis (6/10/2022), dejavu adalah gambaran perasaan saat seseorang merasa seperti pernah mengalami situasi yang sama persis sebelumnya.

Dejavu membuat seseorang merasakan perasaan tidak asing akan suatu kondisi yang seharusnya tidak pernah dialami.

Selama beberapa dekade, fenomena dejavu masih menyimpan misteri.

Para ilmuwan dapat menjelaskannya, tetapi di sisi lain tidak tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Kendati demikian, peneliti telah sampai pada tahap untuk menjelaskan kemungkinan penyebab fenomena dejavu.

Baca juga: Mengenal Meditasi dan Cara Terbaik Melakukannya...

Dari fenomena supernatural ke ilmiah

Akhir 1800-an, berbagai teori muncul mencoba menjelaskan penyebab dejavu. Beberapa mengira bahwa dejavu berasal dari disfungsi mental atau sejenis masalah otak.

Tak sedikit pula yang mengaitkan dejavu dengan hal-hal supranatural seperti kehidupan di masa lampau dan kemampuan psikis seseorang.

Namun, ilmuwan bernama Alan Brown kemudian menemukan bahwa sekitar dua pertiga orang mengalami dejavu beberapa kali dalam hidup.

Menurut dia, pemicu dejavu paling umum adalah sebuah pemandangan atau tempat, serta percakapan.

Brown juga melaporkan literatur medis selama satu abad, kemungkinan adanya hubungan antara dejavu dengan beberapa jenis aktivitas kejang di otak.

Baca juga: Apa Itu Penyakit Lesi Otak seperti yang Diidap Ruben Onsu?

Kemungkinan penyebab dejavu

Terdorong oleh penelitan Brown, Profesor Psikologi Kognitif di Colorado State University, Amerika Serikat, Anne Cleary, menyelidiki soal kemungkinan penyebab dejavu.

Dilansir dari The Conversation, Senin (3/10/2022), Cleary dan tim meneliti apakah dejavu dapat terjadi apabila ada kemiripan antara pemandangan saat ini dengan pemandangan yang pernah dilihat tapi tidak diingat.

Menurut psikolog, hipotesis atau dugaan tersebut disebut sebagai Gestalt familiarity hypothesis.

Misalnya, apabila seseorang hendak menjenguk temannya dan melewati lorong rumah sakit.

Meski belum pernah mengunjungi rumah sakit itu sebelumnya, tetapi orang ini terkejut dan merasakan dejavu.

Baca juga: Fenomena Kepo, Mengapa Orang Cenderung Mengulik Masa Lalu?

Penyebab paling dasar terjadinya dejavu ini kemungkinan karena tata letak pemandangan, termasuk penempatan benda-benda tertentu mirip dengan pemandangan yang pernah dilihat sebelumnya.

Guna membuktikan hipotesis penyebab dejavu tersebut, tim menggunakan realitas virtual untuk menempatkan orang-orang dalam sebuah pemandangan tertentu.

Tim peneliti memanipulasi pemandangan atau lingkungan tempat orang-orang tersebut berada, yakni pemandangan dengan tata letak sama dan tata letak berbeda.

Sesuai perkiraan, dejavu lebih mungkin terjadi pada orang-orang dalam ruangan bertata letak serupa dengan yang pernah mereka lihat sebelumnya tetapi tidak ingat.

Penelitian ini menunjukkan, salah satu faktor yang berkontribusi menjadi penyebab dejavu adalah kemiripan pemandangan saat ini dengan pemandangan dalam memori yang gagal diingat.

Saat seseorang melihat atau merasakan hal mirip, maka terpanggillah perasaan familiar atau pernah melihat terhadap kejadian tersebut.

Baca juga: Mempelajari Masa Lalu demi Masa Depan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi